Oleh:
RIZKI AGUNG ANSORI (1706761)
Jurusan
Tarbiyah Pasca Sarjana IAIN Metro
Pendidikan Agama Islam
Abstrak
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. usaha-usaha
tersebut dalam rangka untuk mewariskan nilai-nilai tersebut kepada generasi
muda.
Masalah ketuhanan
setiap agama dianut oleh manusia dunia ini,sementara berhubungan dengan
keyakinan akan adanya kekuatan yang luar biasa yang datang dari diri manusia.
Oleh karena itu islam, islam sebagai agama maka dalam pelaksanaan pendidikan
mengarahkan perkembangan manusia sesuai dengan norma-norma ajaran islam. Sosial
kemasyarakatan , manusia sebagai makhluk ,sehingga memandang adanya
persenyawahan antara kehidupan perseorangan dan kehidupan sebagai anggota
masyarakat. Pendidikan salah satu bentuk interaksi manusia ia adalah tindakan
sosial diman terjadi interaksi sosial melalui jaringan kemanusiaan.kesadaran
dan pemanfaatan lingkungan,persoalan lingkungan yang dijadikan sarana untuk
digunakan untuk menunjang kehidupan manusia dalam merangka beribadah kepada
Allah.
Prinsip sebagai
kebenaran yang bersifat universal (universal trith) yang menjadi
sifat dari sesuatu apabila dikaitkan dengan pendidikan,maka prinsip
pendidikan dapat sebagai kebenaran yang universal sifatnya dan menjadi dasar
dalam merumuskan perangkat pendidikan.prinsip pendidikan islam yamg bersumber
dari Al-qur’an, hadist ,ijma, dan
qiyas.hal itu disebabkan karna apabila
prinsip pendidikan tidak
berpegang pada Al-qur’an dikhawatirkan akan terjadi sekularisasi dan
liberalisasi pendidikan.pendidikan islam sebagai ilmu yang harus senantiasa
mampu mengilmiahkan wawasan atau pandangan
tentang kependidikan yang terdapat dalam sumber-sumber pokoknya dengan
bantuan dari pendapat para sahabat
dan ulama atau ilmuan muslim.oleh
karenanya kita sebagai insyan
akademika yang terdapat dalam
sebuah lembaga pendidikan harus lebih
mengoptimalkan daya fikir dan mental untuk
menatap pendidikan kedepan yang lebih maju.
Kata kunci : memnuntut ilmu menurut perspektif al qur’an
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah
Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang
mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu.
Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan
berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun
juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang
menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan
berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak
pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan
akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan
ilmu agama atau akhirat. Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam diwajibkan
untuk menuntuk ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan ilmu?
2. Apa yang
dimaksud dengan menuntut ilmu ?
3. Mengapa
manusia wajib menuntut ilmu ?
4. Apakah
keutamaan orang yang berilmu ?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari ilmu
2. Untuk
mengetahui pengertian menuntut ilmu
3. Untuk
mengetahui kewajiban menuntut ilmu
4. Untuk
mengetahui keutamaan orang yang berilmu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
ilmu
Ilmu berasal dari kata علم- يعلم- علما yang artinya mengetahui,
lawan dari kata جهلyang artinya bodoh.[1]
Ilmu pengetahuan adalah terjemahan dari kata bahasa
Inggris, Science, yang berarti pengetahuan. Kata science itu sendiri berasal
dari bahasa Yunani Scientia yang berarti pengetahuan. Namun pengertian yang
umum digunakan ilmu pengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang
dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat diterima oleh rasio.
Imam Raghib al- Ashfahani dalm kitabnya, Mufradat Al
–Qur’an, berkata, “ ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan
hakikatnya. Ia terbagi dua: pertama, mengetahi inti sesuatu itu (oleh ahli
logika dinamakan ahli tashawwur). Kedua, menghukum adanya sesuatu
pada sesuatu yang ada (oleh ahli ligika dinamakan tashdiq, maksudnya mengetahui
hubungan sesuatu dengan sesuatu).”[2]
Az-Zubaidi berkata dalam kamus Tajul-‘Arus, “Mayoritas
ahli membedakan masing-masing term itu. Bagi mereka ilmu adalah yamg paling
tinggi karena ilmu itulah yang mereka perkenankan untuk dinisbatkan kepada
allah swt. Sementara, mereka tidak mengataknan: ‘Allah arif’ atau ‘Allah
syair’. Perbedaan-perbedaaan tersebut disebut dalahm karangan-karangan ahli
basaha.
Al Manawi dalam kitab
At-taufiq berkata , “ ilmu adalah keyakinan kuat yang tetap sesuai dengan
realita. Bisa juga bersifat yang membuat perbedaan tanpa kritik. Atau, ilmu
adalah tercapainya bentuk sesuatu dalam akal.”
B. Pengertian menuntut ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena
pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan
kebodohan.
Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum
beramal.Maksud dari beramal adalah melakukan kegiatan atau melakukan suatu
pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan manusia dituntut mengetahui ilmunya
dari pekerjaan tersebut. Karena dengan mengetahui ilmunya pekerjaan akan
lebih terarah dan tidak berantakan.
MenuntutilmumerupakanibadahsebagaimasabdaNabi Muhammad
Saw.Artinya :Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari
ilmu karena mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya
adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya
untuk keluarga adalah Taqarrub.”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di
bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari
menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih
baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada
setiap individu.
Perbedaan Orang yang Berilmu dengan Orang Bodoh
dalam Al- Qur’an Allah SWT. Berfirman, Artinya: "(Apakah kamu hai orang
musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam
dengan sujud dan berdiri, sedang dia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya
orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran."(Q.S. Az-Zumar:9)
Allah SWT membedakan antara orang yang berilmu dan
orang yang jahil.Keduanya tidak sama. Terlepas dari substansi ilmu pengetahuan,
yang terpenting adalah antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh jelas
tidaklah sama.Seperti halnya antara orang yang buta dan orang yang
melihat,kegelapan dan cahaya, orang yang hidup dana mati, manusia dan hewan,
serta antara penghuni surga dan penghuni neraka.
C.
Kewajiban Menuntut Ilmu
Dasar hukum menuntut ilmu yaitu berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadits nabi Muhammad saw. Banyak sekali hadits dan ayat Al-Qur’an yang
menerangkan tentang menuntut ilmu.
Di dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perintah
sekaligus kewajiban. Manusia diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan
ilmu pengetahuan kita bisa mencapai apa yang dicita-citakan baik di dunia
maupun di akhirat. Apalagi sebagai seorang muslim itu wajib hukumnya seperti
dalam sebuah hadits disebutkan bahwa :Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda:“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”(Hadits sahih,
diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu
Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu
Anhum. Lihat: Sahih al-jami: 3913).
Maka jelas kiranya bahwa menuntut ilmu pengetahuan
memang diwajibkan. Dengan ilmu kita bisa meraih dunia, dengan ilmu kita dapat
meraih akhirat dan dengan ilmu pula kita bisa meraih kedua-duanya.Firman Allah
pada surat Al-Alaq ayat 1-5 ,berbunyi:
Artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.”( Al-Alaq : 1-5)
Ini ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat
ini berisi perintah untuk membaca,menulis, dan juga belajar. Allah telah
memberikan manusia sifat fitrah dalam dirinya untuk bisa belajar dan menggapai
bermacam ilmu pengetahuan dan keterampilan hingga dapat menambah kemampuannya
untuk mengembanamanat kehidupan di muka bumi ini.
Rasulullah sering berbicara tentang keutamaan ilmu dan
bahkan mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini
merupakan salah satu pusat perhatian Islam bagi para pemeluknya.
Manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu karena hal ini
sebenarnya telah dijawab oleh Al-Qur’an sendiri. Dimana menurut Al-Qur’an,
Allah menciptakanmanusia dalam keadaan vakum dari ilmu, lalu Allah memberinya
perangkat ilmu agar mampu menggali ilmu dan mempelajarinya. Karena memang ilmu
itu harus digali, dipelajari, dan diamalkan sebagaimana firman-Nya:
Artinya : "Dan Allah mengeluarkan kalian dari
perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi
kalian pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian bersyukur”.(Q.S. An Nahl:
78)
Pendengaran, penglihatan dan hati atau akal adalah
merupakan perangkat atau alat untuk menuntut ilmu. Perangkat ilmu yang Allah
berikan kepada manusia merupakan sebuah potensi yang tiada ternilai harganya,
dengan penglihatan, pendengaran dan hati (akal) manusia mampu menggali ilmu.
Karena kemampuannya menalar dan mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil
pemikiran yang abstrak..
Pengetahuan itu diperoleh manusia bukan hanya dengan
penalaran, melainkan juga dengan kegiatan berfikir lainnya, dengan perasaan dan
intuisi. Lain halnya dengan hewan yang tidak memiliki potensi tersebut karena
hewan tidak mampu berbuat seperti apa yang dapat dicapai oleh manusia. Maka
sangat beralasan jika Allah memerintahkan manusia untuk menggali lautan
ilmu-Nya.
Seberapapun tingginya ilmu dan pengetahuan manusia,
hanyalah merupakan sebagian kecil saja dari ilmu Allah. Namun kesempatan untuk
memperoleh sebagian-sebagian dari ilmu Allah yang lain tetaplah ada selama
manusia mempunyai kemauan, kemampuan dan usaha.
Dalam mencari ilmu pengetahuan, hendaklah yang dapat
memberikan manfaat bagi kebaikan di dunia dan di akhirat baik untuk diri kita
sendiri maupun untuk orang lain.Mengajarkan ilmu kepada orang lain merupakan
sadaqoh, sesuai dengan sabda Nabi,
Selagi ada kesempatan untuk mencari ilmu dan sebelum
Allah mencabut atau mengangkat ilmu dari manusia, maka carilah ilmu
sebanyak-banyaknya untuk kita manfaatkan serta kita amalkan di jalanNya. Sebab
ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu amal jariyah yang tak akan terputus.
“Sesungguhnya dunia adalah terkutuk dan terkutuklah
semua penghuninya kecuali orang-orang yang mengingat Allah,para wali Allah,para
orang-orang yang berilmu dan juga orang orang yang belajar untuk mendatkan
ilmu” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Rasulullah selalu antusias dalam menyebut ilmu dan
orang-orang yang mempelajarinya dengan gigih. Rosulullah selalu menyerukan
kepada semua kaum muslimin untuk mempelajari berbagai macam ilmudan
mengajarkannya kepada manusia sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud
bahwa rosulullah bersabdaArtinya belajarlah akan suatu ilmu dan lalu
ajarkanlah (ilmu tersebut) kepada manusia. Pelajarilah ilmu faroidh (ilmu
waris) dan lalu ajarkan kepada manusia. Pelajarilah al-qur’an dan lalu ajarkanlah
kepadda manusia.
D.
Keutamaan ilmu
Selain Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan
keutamaan ilmu dan kedudukan ulama, baik dimata Allah maupun dimata manusia, di
dunia maupun di akhirat. Ulama di hargai demikian tingginya tak tertandingi oleh
siapapun, dan tak mungkin dapat dikejar, kecuali melalui ilmu.
Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan
didalam Al-qur’an dan As-Sunnah:
1. kelebihan
ilmu dibanding ibadah
Salah
satu fadhilah ilmu dari ibadah adalah bahwa kebanyakan manfaat ibadah terbatas
pada pelakunya. Orang yang melakukan salat atauberpuasa, haji, zikir dan ibadah
yang lai, akan mendapat kebaikan-kebaikan amal perbuatannya dan peningkatan
derajatnya. Tetapi, masyarakat lain tidak akan mndapat ganjaran mereka
sedikitpun secara langsung. Berbeda dengan ilmu; ia bermanfaat jauh melampui si
pilaku itu sendiri, sampai pada orang yang mendengarnya, atau membacanya. Ilmu
tidak mengenal ikatan, tidak pula mengakui adanya dinding dan jurang pemisah.
Lebih-lebih pada zaman kita sekarang, ketika ilmu tersebar luas melalui radio
dan televisi yang dapat ditangkap dalam beberapa detik dan bahkan dalam
seketika itu juga para pendengar dan para pemirsa yang ada diberbagai tempat.
2. Ilmu
tidak terputus lantaran berahirnya hayat
Ilmu tidak
terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu tidak mati dengan kematian
pemiliknya. Tetapi bagi orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar
zakat,berhaji, berumroh, bertasbih, bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua
amal ini mendapat balasandari allah, tetapi balasan itu terputus lantaran
selesai atau berakhirnya amala tertentu. Adapun ilmu, ia terus berpengaruh
selama orang masih memanfaatkanya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:"Apabila
seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari
tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak
shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh
orang yang berilmu berupa pahala dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala
tadi akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan
oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama
kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai
negeri, dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap
sampai kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia
tinggalkan untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya.
3. Ilmu
merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika
seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu
menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan
membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya
menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah
dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda:“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan
difahamkan tentang agamanya.”(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan
Radhiallahu anhuma)
4. Orang
yang berilmu akan ditinggian derajatnya
Sesungguhnya
allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang mau menuntut ilmu sebagaimana
firmannya: Artinya :Hai orang orang yang beriman apabila kamu
dikatakan kepadamu: “ Berlapang lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah
kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S
Al-Mujaadalah:11)
Ditinggikannya
derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan
ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya
kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan
mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera)
di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Allah pun
akan meninggikan derajat orang orang yang berilmu sebagaimana diri-Nya
memuliakan diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia
memuliakan malaikat dan kemudian memuliakan orang orang yang berilmu,
sebagaimana firman-Nya yang Artinya: “Allah menyatakan bahwasannya tidak ada
Tuhan(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para
malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana” (Q.S Ali Imran:18)
5. Menuntut
ilmu merupakan ibadah dan akan dipermudah jalan menuju syurga
Menuntut
ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama,
sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah,
sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122 yang Artinya: Tidak
sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya (medan perang), mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan pada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Rosulullah
bersabda yang artinya: “Barang siapa menempuh jalan demi mengharapkan
suatu ilmu, maka Allah akan mempermudah jalan baginya menuju syurga.
Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena keridhaannya akan
pencari ilmu. Sesungguuhnya semua yang ada di langit dan di bumi dan bahkan
lomba-lomba di lautan sekalipun, akan selalu memintakan ampunan bagi orang yang
berilmu.
6. Ilmu
adalah kehidupan dan cahaya
Dalam
banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu sebagai kehidupan dan cahaya, sedangkan
kebodohan merupakan kematian dan kegelapa. Seperti diketahui semua bentuk
kejahatan disebabkan oleh ketiadaan kehidupan dan cahaya,dan semua kebaikan
disebabkan oleh cahaya dan kehidupan.
Ø Syarat-syarat
menuntut ilmu
Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh
Imam Al-Zarnuji, beliau menulis bahwa syarat-syarat mencari ilmu itu ada 6
yaitu:
a. Cerdas
(Dzakaun)
Kecerdasan merupakan syarat pertama yang harus
dipenuhi oleh thalibul ilmi. Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa orang yang
pintar adalah orang yang mengetahui bahwa ia tidak tahu akan sesuatu dan
karenanya dia mau belajar.
Maksud cerdas disini bukanlah tingkatan kepintaran,
melainkan tidak gila. Orang tersebut haruslah waras, dapat membedakan mana
angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana baju dan celana.
b. Rakus
(hirsun)
Rakus adalah (punya kemauan dan semangat
untuk berusaha mencari ilmu) menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu
janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya
menuntut ilmu di satu daerah saja.“Tidak cukup teman belajar di dalam negeri
atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar di luar negeri, di sana
banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama, jangan takut sengsara,
jangan takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah menderita.”
(diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi
Tanara Banten yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4).
c. Sabar
Seorang yang menuntut ilmu sudah barang tentu akan
menghadapi macam-macam gangguan dan rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah
untuk menghadapi semua itu, dan perlu diketahui bahwa sabar adalah sebagian
dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”. Dan Sabar disini mengandung arti tabah,
tahan menghadapi cobaan atau menerima pada perkara yang tidak disenangi atau
tidak mengenakan dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah Swt, akan
tetapi kesabaran disini harus diartikan dalam pengertian yang aktif bukan dalam
pengertian yang pasif. Artinya nrimo (menerima) apa adanya tanpa usaha untuk
memperbaiki keadaan.
d. Modal/bekal
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan wajib
hukumnya bagi setiap muslim, dan dijelaskan lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu
mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari hadis tersebut kita bisa
mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan bukan hanya
pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan kepada para
penuntut ilmu,“Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya bagi orang
yang menuntut ilmu” Dan yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun
dengan segala kekurangan (biaya) pasti mampu atau bisa menyelesaikan
pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama manusia berusaha dan yakin
terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-Yaqinu Lâ Yuzâlu bi as-Syak
Artinya: ”keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu-raguan”. Dan
akhirnya maka tidak ada alasan orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya, seperti
keterangan sebelumnya carilah jalan lain, solusi lain untuk bisa menuntut ilmu.
e. Petunjuk
guru
Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru,
seoarng tholibul ilmi hendaklah mempunyai seorang guru sebagai petunjuk,
walaupun ada yang mengatakan bahwa buku adalah guru yang besar, tapi buku tidak
bisa mituturi (memberi nasihat)
f. Karena
ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir maka sudah barang tentu membutuhkan
waktu yang sangat lama. Pepatah Arab mengatakan :”Tuntutlah ilmu dari buaian
sampai ke liang lahat” seorang pelajar harus mengulang-ulang pelajaran
yang telah didapat, jadi dalam mencari ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang
singkat.Seperti contoh seorang untuk menjadi Doktor harus melalui SD, SMP, SMA,
hingga perguruan tinggi, dan itu bukanlah waktu yang singkat.
Ø Adab
mencari ilmu
1. Niat
Niat
dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan
hati yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri,
menipu orang lain ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari
kebodohan dan menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain
2. Bersungguh-sungguh
Dalam
menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah
mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang
berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3. Terus
menerus
Hendaklah
kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk
mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin
Ayyinah : “Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun
jika ia menganggap dirinya telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah
lebih menyukai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus menerus
dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari saja.
4. Sabar
dalam menuntut ilmu
Salah
satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah
sabar terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al
Kahfi : 66-70). Kita jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika
mendapatkan kesulitan dalam memahami dan mempelajari ilmu.
5. Menghormati
dan memuliakan orang yan menyampaikan ilmu
Di antara
penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat
yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh
khidmat, dan memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6. Baik
dalam bertanya
Bertanya
hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk meremehkan,
menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak
pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai beliau
mengerti. Orang yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak
bagi dirinya sendiri. Allah pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang
yang berilmu seperti dalam firman-Nya dalam QS An-Nahl:43
yang artinya
: Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami
beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah pada orang-orang yang memiliki
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui
E. MENUNTUT ILMU DALAM AL-QUR’AN
Didalam alqur’an banyak sekali ayat-ayat yang membahas tentang
menuntut ilmu diantaranya:
1.
Surat Al Az-Zumar
Allah Ta'ala berfirman
menerangkan keutamaan ulama dan apa-apa yang mereka miliki dari kedudukan dan
ketinggian:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الأَلْبَابِ
"Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran." (Az-Zumar:9)
2.
Surat al mujadilah ayat 11
3.
Dan Allah juga berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
"Niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang
diberi ilmu (agama) beberapa derajat." (Al-Mujaadilah:11)
Ditinggikannya derajat dengan
beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan ketinggian di
sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan dan
bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula
ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di akhirat
dengan tingginya kedudukan di jannah[3].
4.
Surat Toha Ayat 114
Di antara dalil yang menunjukkan
atas keutamaan ilmu dan wajibnya meminta tambahan darinya adalah firman Allah Ta'ala
yang memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam:
وَقُل رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
"Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku
ilmu (agama)." (Thaahaa:114)
Allah Subhaanahu Wa Ta'ala
tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta
tambahan dari sesuatu kecuali meminta tambahan dari ilmu dan ilmu yang
dimaksudkan di sini adalah ilmu syar'i yang akan menjadikan seorang hamba
mengenal Rabbnya Subhaanah dan mengetahui apa-apa yang diwajibkan atas seorang mukallaf
dari perkara agamanya dalam ibadah dan muamalahnya.[4]
5.
Surat Al Baqoroh ayat 269
Sungguh Allah telah memuliakan
ilmu dan ulama dengan memberikan kepada mereka kebaikan yang umum dan
menyeluruh sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya:
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُولُو الأَلْبَابِ
"Allah menganugrahkan
Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur`an dan As-Sunnah) kepada siapa
yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia
benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah
yang dapat mengambil pelajaran." (Al-Baqarah:269)
Berkata Mujahid: Allah menganugrahkan Al-Hikmah, yaitu ilmu dan pemahamannya.[5]
Berkata Mujahid: Allah menganugrahkan Al-Hikmah, yaitu ilmu dan pemahamannya.[5]
Demikian juga di antara
dalil-dalil yang menguatkan akan pentingnya ilmu dan keharusan mencarinya
adalah firman Allah Ta'ala yang artinya:
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang berhak diibadahi) melainkan Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan." (Muhammad:19)
Maka (seseorang) harus memulai dengan ilmu sebelum beramal sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam Al-Bukhariy. (Shahiihul Bukhaariy, Kitaabul 'Ilmi, Baabul 'Ilmi Qablal 'Amal)
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang berhak diibadahi) melainkan Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan." (Muhammad:19)
Maka (seseorang) harus memulai dengan ilmu sebelum beramal sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam Al-Bukhariy. (Shahiihul Bukhaariy, Kitaabul 'Ilmi, Baabul 'Ilmi Qablal 'Amal)
Adapun ilmu yang bermanfaat
adalah ilmu yang mempunyai buah yang agung, dan yang paling menonjolnya adalah
adanya rasa khasy-yah kepada Allah Subhaanah dari pemiliknya. Maka ulama adalah
manusia yang paling takut kepada Rabbnya, karena apa yang telah mereka pelajari
dari ilmu yang akan menambah pengetahuan mereka kepada Rabbnya dan akan
mengokohkan keimanan yang ada pada hati-hati mereka. Allah Ta'ala berfirman:
yang artinya "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,hanyalaulama."(Faathir:28).
yang artinya "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,hanyalaulama."(Faathir:28).
Ulama adalah orang-orang yang
mempunyai pengetahuan yang lurus dan pemahaman yang mendalam, Allah Ta'ala
berfirman:
وَتِلْكَ الأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلاَّ الْعَالِمُونَ
"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (Al-'Ankabuut:43)
وَتِلْكَ الأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلاَّ الْعَالِمُونَ
"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (Al-'Ankabuut:43)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan menuntut Ilmu kita dapat mengetahui mana yang benar dan mana
yang salah, mana yang haram dan mana yang halal, sehingga menjadi bekal kita di
akhirat. Dunia bagaikan ladang, yang hasilnya akan kita petik di akhirat.
Disunnahkan mengajarkan ilmu nafi’ (yang bermanfaat) yang pahalanya tetap
berlangsung sepanjang zaman. Anjuran untuk mendidik anak dan mengajari mereka
perkara yang fardhu dan sunnah, serta adab sopan santun agar mereka menjadi
orang-orang sholih.
Dalam penerapan menuntut ilmu dan menghargai waktu itu saling
berkaitan seharusnya waktu luang digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat
seperti setiap waktu luang digunakan untuk berdzikir, dan melakukan hal-hal
yang bermanfaat demi kepentingan bersama. Dalam penerapan ilmu bila seseorang
mempunyai ilmu maka harus mengamalkan ilmunya kepada orang yang masih kurang
pengetahuannya maka bila ilmu semakin sering dimanfaatkan akan bertambah pula
pengetahuan yang diperoleh.
B.
Saran
Semoga apa yang telah kami sajikan dapat diambil intisarinya yang
kemudian diamalkan juga. Semoga bermanfaat bagi kehidupan kita di masa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Kamus al munawwir, ahmad munawwir
Imam Raghib al- Ashfahani, Mufradat Al –Qur’an,
Al-Imam Abu Bakr Al-Ajurriy, Akhlaaqul 'Ulamaa, hal 9
Al-Asqolani Ibnu Hajar, 2006, Ringkasan Targhib wa Tarikh.
Jakarta: putaka azam
Asy-Syuhud
Syaikh ali bin Nayif. 2009, Shahih Fadhilah Amal. Solo: PT Aqwam
[1] Kamus al munawwir, ahmad munawwir hal, 230
[2]Imam Raghib al- Ashfahani,Mufradat Al
–Qur’an, hal 29
[3] Ibnu hajar al asqolani,fathul bari hal, 141
[4] Ibid, hal 141
[5]Al-Imam
Abu Bakr Al-Ajurriy, Akhlaaqul 'Ulamaa, hal 9