Labels

Beranda

Tampilkan postingan dengan label Religi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Religi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Oktober 2025

Pendidikan Akhlak di Pesantren NU: Membentuk Karakter di Jantung Tradisi Islam Nusantara

Pondok pesantren telah lama menjadi tulang punggung pendidikan Islam di Indonesia. Di antara ribuan pesantren yang tersebar di seluruh nusantara, jaringan pondok pesantren yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran sentral dalam membentuk karakter dan moral (akhlak) generasi bangsa. Lebih dari sekadar lembaga transfer ilmu agama, pesantren NU adalah kawah candradimuka yang menempa akhlakul karimah (akhlak yang mulia) melalui perpaduan unik antara doktrin, keteladanan, dan tradisi yang hidup.

Pendidikan akhlak di lingkungan pesantren NU tidak bisa dilepaskan dari fondasi ideologisnya, yaitu Ahlussunnah wal Jama'ah An-Nahdliyah (Aswaja). Prinsip-prinsip utama Aswaja seperti tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), i'tidal (adil), dan tasamuh (toleran) bukan hanya menjadi materi ajar, tetapi juga menjadi ruh yang menjiwai seluruh proses pendidikan. Tujuannya adalah membentuk pribadi yang saleh secara ritual, sekaligus saleh secara sosial—pribadi yang mampu menempatkan diri dengan bijak di tengah masyarakat yang majemuk.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pesantren NU menerapkan beberapa metode khas yang telah teruji oleh waktu:

1. Keteladanan Kiai sebagai Figur Sentral (Uswah Hasanah)

Di pesantren, seorang kiai bukan hanya pengajar, tetapi juga seorang mursyid (pembimbing spiritual) dan figur ayah. Para santri belajar akhlak tidak hanya dari apa yang diucapkan kiai, tetapi dari cara beliau berbicara, berjalan, makan, berinteraksi dengan tamu, hingga cara beliau menyelesaikan masalah. Keteladanan atau uswah hasanah ini menjadi metode internalisasi nilai yang paling efektif. Sikap tawadhu' (rendah hati), wara' (hati-hati), dan ikhlas (tulus) dari seorang kiai menjadi cermin hidup bagi para santri.

2. Kajian Kitab Kuning sebagai Kurikulum Akhlak

Kurikulum utama pendidikan akhlak di pesantren NU bertumpu pada kajian kitab-kitab klasik atau yang dikenal sebagai "kitab kuning". Kitab-kitab spesialis di bidang tasawuf dan akhlak menjadi bacaan wajib. Beberapa di antaranya adalah:

  • Ta'limul Muta'allim: Kitab dasar yang mengajarkan etika seorang penuntut ilmu, seperti cara menghormati guru, memuliakan ilmu, dan memilih teman.

  • Bidayatul Hidayah & Ihya Ulumiddin: Karya monumental Imam Al-Ghazali yang mengupas secara mendalam tentang cara menyucikan hati, mengendalikan hawa nafsu, dan menata adab dalam kehidupan sehari-hari.

  • Al-Hikam: Karya Ibnu Atha'illah As-Sakandari yang berisi kata-kata hikmah untuk memperkuat tauhid dan kebergantungan hanya kepada Allah SWT.

Melalui pengajian kitab ini, santri tidak hanya belajar teori, tetapi juga diajak untuk merenung dan mengaplikasikannya.

3. Kehidupan Asrama sebagai Laboratorium Akhlak

Pesantren adalah miniatur masyarakat. Kehidupan komunal di asrama selama 24 jam menjadi laboratorium nyata bagi para santri untuk mempraktikkan akhlak. Mereka belajar untuk bersabar saat antre, berbagi makanan, menghormati yang lebih tua (senior), menyayangi yang lebih muda (junior), menyelesaikan konflik, dan bekerja sama dalam menjaga kebersihan. Nilai-nilai seperti gotong royong, empati, dan kepedulian sosial tumbuh subur dalam ekosistem ini.

4. Riyadhah Ruhiyah (Latihan Spiritual)

Pendidikan akhlak di pesantren NU juga menekankan pentingnya disiplin spiritual (riyadhah). Amalan seperti puasa sunah, salat tahajud berjamaah, membaca Al-Qur'an, serta mengamalkan wirid dan hizib (rangkaian doa) secara rutin adalah bagian tak terpisahkan. Tujuannya adalah untuk membersihkan hati, mendekatkan diri kepada Allah, dan melatih jiwa agar tidak mudah terpengaruh oleh godaan duniawi. Proses ini diyakini sebagai fondasi utama untuk membangun akhlak yang kokoh.

Relevansi di Era Modern

Di tengah tantangan zaman seperti arus digitalisasi, radikalisme, dan krisis karakter, model pendidikan akhlak pesantren NU menunjukkan relevansinya yang semakin kuat. Pesantren terbukti mampu mencetak individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual. Lulusannya dibekali dengan moralitas yang kuat, sikap toleran, dan kemampuan untuk menjadi penyejuk di tengah masyarakat.

Dengan demikian, pendidikan akhlak di pondok pesantren NU bukan sekadar program, melainkan sebuah ekosistem holistik yang membentuk manusia seutuhnya (insan kamil). Ia adalah warisan berharga yang terus berkontribusi dalam menjaga keadaban dan merawat ke-Indonesiaan.

Kamis, 16 Oktober 2025

Melihat Dunia dari Bilik Pesantren: Sebuah Sudut Pandang

Pondok pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan. Lebih dari itu, ia adalah sebuah ekosistem peradaban mini, sebuah "kawah candradimuka" yang menempa manusia tidak hanya pada ranah intelektual, tetapi juga spiritual, karakter, dan sosial. Saat kita berbicara tentang "sudut pandang pondok pesantren", kita sedang menggali sebuah cara pandang dunia yang unik, yang dibentuk oleh nilai-nilai luhur dan tradisi yang mengakar kuat. 

Bagi orang di luar, pesantren mungkin terlihat seperti menara gading yang terisolasi dari modernitas. Namun dari dalam, pesantren adalah pusat kehidupan yang berputar selama 24 jam, di mana proses belajar tidak pernah berhenti. Sudut pandang ini dibangun di atas beberapa pilar fundamental.

1. Tujuan Pendidikan: Mencari Berkah, Bukan Sekadar Ijazah

Sudut pandang utama pesantren dalam pendidikan adalah tafaqquh fiddin, yaitu upaya untuk memahami agama secara mendalam. Tujuannya bersifat ukhrawi (berorientasi akhirat), di mana ilmu dicari untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Ijazah, gelar, dan pekerjaan adalah "bonus duniawi", bukan tujuan utama.

Hal ini melahirkan keikhlasan dalam proses belajar-mengajar. Seorang santri belajar untuk memahami, bukan sekadar untuk lulus ujian. Seorang Kiai mengajar untuk mendidik, bukan sekadar menggugurkan kewajiban. Hubungan antara Kiai dan santri bukanlah seperti guru dan murid, melainkan seperti bapak dan anak, yang terikat oleh sanad keilmuan dan spiritual yang tak terputus.

2. Nilai-Nilai Kehidupan: Kesederhanaan dan Kemandirian

Di tengah gempuran budaya konsumerisme, pesantren menawarkan sudut pandang alternatif melalui kesederhanaan (zuhud). Kehidupan di bilik yang sempit, makan bersama dengan menu sederhana, dan jauh dari kemewahan material bukanlah sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah latihan spiritual. Tujuannya adalah untuk mengasah kepekaan hati, menumbuhkan rasa syukur, dan membebaskan jiwa dari ketergantungan pada dunia.

Dari kesederhanaan ini, lahirlah kemandirian. Santri terbiasa mengurus segala kebutuhannya sendiri, mulai dari mencuci pakaian, mengatur keuangan, hingga mengelola waktu. Proses ini membentuk mereka menjadi pribadi yang tangguh, tidak mudah mengeluh, dan siap menghadapi tantangan hidup apa pun setelah lulus.

3. Perspektif Sosial: Ukhuwah dan Khidmah (Pengabdian)

Kehidupan komunal di pesantren menumbuhkan ikatan ukhuwah (persaudaraan) yang sangat kuat. Santri dari berbagai latar belakang daerah, suku, dan status sosial hidup bersama, saling membantu, dan menjadi keluarga. Sudut pandang ini mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk bersatu, dan solidaritas adalah kunci kekuatan.

Lebih jauh lagi, pesantren menanamkan konsep khidmah, atau pengabdian. Pengabdian ini tidak hanya kepada Kiai dan pesantren, tetapi juga sebagai bekal untuk mengabdi kepada masyarakat luas. Lulusan pesantren diharapkan menjadi garam di tengah masyarakat—menjadi agen perubahan, pemimpin informal, guru ngaji, dan penjaga moral di lingkungannya masing-masing.

4. Menghadapi Modernitas: Adaptif, Bukan Reaktif

Banyak yang salah mengira bahwa pesantren anti-modernitas. Padahal, kaidah yang dipegang adalah Al-muhafadhotu 'ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah (Memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik).

Dari sudut pandang ini, modernitas dan teknologi bukanlah sesuatu yang harus ditolak mentah-mentah, melainkan harus disaring dan diadaptasi. Pesantren modern kini banyak yang mengintegrasikan kurikulum formal (SMP, SMA, bahkan universitas), mengajarkan keterampilan digital, bahasa asing, dan kewirausahaan. Tujuannya adalah melahirkan generasi yang tidak hanya kokoh secara spiritual dan keilmuan klasik, tetapi juga mampu bersaing dan berkontribusi secara relevan di zaman modern.

5. Kesimpulan

Sudut pandang pondok pesantren menawarkan sebuah visi tentang manusia ideal: seorang yang memiliki kedalaman ilmu agama, keluhuran akhlak, kemandirian dalam hidup, dan kepekaan sosial untuk mengabdi. Ini adalah sebuah perspektif yang melihat kesuksesan bukan hanya dari materi, tetapi dari keberkahan dan kebermanfaatan. Di tengah zaman yang terus berubah, cara pandang ini tetap relevan sebagai kompas moral dan sumber inspirasi dalam membangun peradaban yang lebih baik.

Jumat, 24 Juli 2020

KHUTBAH IDUL FITRI: MEMETIK HIKMAH IDUL FITRI MENUJU PERUBAHAN AKHLAK YANG LEBIH BAIK

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

 

اَللهُ أَكْبَرُاَللهُ أَكْبَرُاَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ ِللهِ الْعَزِيْزِ الْقَهَّارِ، نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَهْدِيْهِ، وَ نُؤْمِنُ بِهِ وَ نَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ وَ نَشْكُرُهُ وَ لاَ نَكْفُرُهُ وَ نَخْلَعُ وَ نَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُهُ.

أَشْهَدَ أَنَّ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، اَلْمُتَوَحِّدُ فِيْ الْجَلاَلِ بَكَمَالِ الْجَلاَلِ تَعْظِيْمًا وَ تَقْدِيْرًا،

وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَإِمَامِ الْمُتَّقِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ،

يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ مَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَ يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، فَاتَّقُوْا اللهَ يَا عِبَادَ اللهِ.

وَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿مَن كَانَ يُرِ‌يدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّـهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا ۚ إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْ‌فَعُهُ ۚ وَالَّذِينَ يَمْكُرُ‌ونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۖ وَمَكْرُ‌ أُولَـٰئِكَ هُوَ يَبُورُ‌ )فاطر:١٠  (اَمَّا بَعْدُ

اَللهُ أَكْبَرُاَللهُ أَكْبَرُاَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْد

Kaum Muslimin rahimakumullah…

Alhamdulillah, hari ini kita kembali berjumpa dengan Hari Raya Idul Fitri. Layaknya hari raya, hari ini merupakan hari yang penuh dengan kebahagiaan.  Ucapan takbir, tahlil dan tahmid terus keluar dari hati dan mulut kita semua, menembus langit, menggema ke angkasa. Kalimat thayyibah itu kita lantunkan sebagai rasa syukur kita. Kita berharap, hari ini dosa-dosa kita telah dihapus oleh Allah SWT. Semoga hari ini kita mendapatkan apa yang disabdakan Rasulullah saw yang artinya : Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan puasa Ramadhan atas kalian dan aku mensunnahkan kepada kalian shalat malamnya. Maka barangsiapa yang melaksanakan puasa dan qiyam Ramadhan dengan dilandasi keimanan dan semata-mata mengharap ridha Allah SWT, maka ia keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari dilahirkan oleh ibunya (HR an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

1

اَللهُ أَكْبَرُاَللهُ أَكْبَرُاَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ

Sebagai manusia yang tidak memiliki kesempurnaan mutlak dan pasti, Allah telah memberikan kesempatan kepada kita untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan puasa Ramadhan. Tujuannya adalah agar kita menjadi insan yang bertaqwa, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi :

 $ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇÊÑÌÈ  

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

 

Ketaqwaan sebagaimana dijanjikan Allah tersebut pada akhirnya akan menentukan derajat kemuliaan manusia di sisi Allah SWT. Allah SWT berfirman :

 

مَن كَانَ يُرِ‌يدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّـهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا ۚ

Siapa saja yang menghendaki kemuliaan maka milik Allahlah kemuliaan itu semuanya… (QS Fathir : 10).

 

اَللهُ أَكْبَرُاَللهُ أَكْبَرُاَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ

Untuk mencapai derajat ketaqwaan, sepanjang bulan Ramadhan itu telah terbentang jalan suci untuk dilalui yaitu :

Pertama, dengan beribadah kepadaNya serta menjauhi laranganNya sebagai wujud dari penghambaan dan pengabdian kita kepada Allah SWT karena itulah tujuan penciptaan manusia, sebagaimana dinyatakan di dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi :

$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  

Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

2

Sepanjang bulan Ramadhan, pahala ibadah yang dilakukan memiliki nilai dan kedudukan yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Oleh karenanya, sangatlah rugi bagi mereka yang menyia-nyiakan kesempatan menapaki jalan taqwa ini. Sebaliknya, bagi mereka yang benar-benar menggunakan kesempatan emas ini tentu saja merasa tiga puluh hari pada bulan Ramadhan sungguh teramat singkat. Inilah bentuk pengabdian dan penghambaan kita kepada Allah SWT.

Selanjutnya, di akhir Ramadhan kita diwajibkan untuk berzakat sebagai indikasi keutuhan dan keikhlasan hati dalam menjalankan perintah Allah.

Kedua, memperkokoh hubungan sosial kepada sesama manusia khususnya umat Islam terutama berkaitan dengan hubungan dalam keluarga baik antara anak dan orang tua, suami dan isteri, kakak dan adik, tetangga dan masyarakat.

Selain memperbaiki silaturahim, kita dituntut hubungan sosial perlu diwujudkan dengan meningkakan kualitas kesalehan sosial yaitu dengan meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Segala sukacita yang kita rasakan pada hari ini hendaknya tidak membuat kita lupa betapa perihnya rasa lapar dan dahaga. Di balik rasa lapar itu akan timbul sikap hemat, bersahaja dan mampu mengendalikan diri dari nafsu duniawi.

Dengan banyak berbagi dan peduli terhadap sesama, kita menemukan keikhlasan. Dengan keikhlasan, setiap perbuatan baik yang dilakukan tidak akan sia-sia. Berbagi pada hakikatnya membuat kita semakin kaya di mata Allah.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…

Idul Fitri hendaklah menjadi langkah awal perjalanan hidup ke depan ke arah perubahan baru menuju hidup yang lebih baik. Oleh karena itu, di hari yang suci ini yang paling penting dilakukan adalah :

Pertama, perbaiki hubungan silaturahmi. Tidak ada yang bisa menjamin jika hidup manusia itu tidak ada yang bebas dari kesalahan. Di sadari atau tidak, perkataan dan perbuatan kita berakibat kepada kesalah-fahaman dan ketersinggungan, menyebabkan hubungan sosial menjadi retak, renggang bahkan terputus. Anak kepada orangtua, demikian juga orangtua kepada anak, suami isteri, teman dengan teman, tetangga dengan tetangga, atasan dengan bawahan, semua tentu pernah berbuat khilaf. Oleh karena itu, di hari suci ini bersegaralah untuk saling bermaaf-maafan. Sungguh sangatlah rugi jika kesempatan baik ini tidak kita gunakan untuk saling memaafkan dan menyadari khilaf yang telah diperbuat.

3

Kedua, memulai perubahan hidup menjadi lebih berkualitas daripada tahun-tahun sebelumnya, terutama kualitas iman, taqwa dan sosial. Kualitas hidup akan tercapai jika ada perubahan yang dilakukan. Tidaklah bisa dikatakan berkualitas, jika hidup kita sama atau bahkan lebih buruk dari sebelumnya. Tentu saja, tidak ada pihak lain yang bisa memperbaiki kehidupan kita jika bukan kita sendiri yang merubahnya. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi :

 3 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3

 Artinya : sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga ia merubah nasib mereka sendiri (QS. Ar-Ra’ad : 11)

Dapat disimpulkan bahwa Idul Fitri adalah gambaran kembalinya manusia kepada naluri kemanusiaannya yang murni, pada jalan agama yang lurus (siratal mustaqim), bebas dari perbuatan dan perkataan yang tidak baik. Inilah sebenarnya makna terdalam dari perayaan hari raya Idhul Fitri.

Mari kita jadikan Idul Fitri ini sebagai pijakan awal untuk meningkatkan kualitas moral dan akhlak. Karena hanya dengan akhlak lah kita dapat mengisi kehidupan dan pembangunan dengan baik dan benar, ada beberapa nilai dasar yang dapat kita petik dari ibadah Puasa Ramadhan ini, antara lain sebagai berikut: 

1.        اَلصِّدْقُ (Kejujuran, kebenaran, kesungguhan, dan keterbukaan). Bentuk shidq ini adalah jujur dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Mereka inilah yang selalu menga­ta­kan yang sebenarnya diketahui, tidak menutupi kesalahan, baik yang dilakukan dirinya, maupun oleh kawannya, serta menjaga kesamaan setiap perkataan dengan perbuatan dan menjauhi kebohongan.

2.        الأَمَانَةُ  yaitu selalu menepati janji dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Menjaga amanat Ilahi dengan menyadari tugas kekhalifahannya di bumi sehingga ia selalu menjadi al-mushlih (yang memperbaiki), bukan sebagai al-mufsid (yang merusak). Menjalankan amanat terhadap keluarga adalah dengan membimbing dan mendidik mereka kepada tuntunan Ilahi, serta tidak memberikan nafkah kecuali yang halal lagi baik. Amanat terhadap masyarakat adalah dengan selalu mengajak kepada kebaikan dan kesabaran. Amanat terhadap diri sendiri dengan menghindarkan segala yang haram, baik dalam proses pengerjaannya maupun konsumsinya.

Rasulullah bersabda :

 لاَدِيْنَ لِمَنْ لاَاَمَانَةَ لَهُ  

4

 


artinya “Tidaklah ada agama bagi orang yang tidak amanah” (HR. Addailami).

 

3.        الْعَدَالَةُ (Bersikap dan berlaku adil). Ini mengandung pengertian keberpihakan dan berpegang kepada yang benar, tidak sewenang-wenang, bertin­dak sepatutnya dan tidak berat sebelah. Selalu bersedia saling mengingatkan antara sesamanya, saling menyuarakan kebenaran dan sikap kesabaran, serta saling menghargai pendapat yang lain, tidak memaksakan kehendaknya sendiri tanpa mau memahami kepentingan dan kehen­dak pihak lain. Kebenciannya terhadap seseorang atau satu kelompok tidak menjadikannya menahan hak-hak mereka, baik berupa harta ataupun penghargaan prestasi. Sebaliknya, kasih dan sayangnya tidak membutakan mata untuk bersikap tegas dalam memberi hukuman. Sesungguhnya sifat adil inilah yang selalu men­dekatkan orang kepada ketakwaan. \

4.        Menjaga persaudaraan dan persatuan serta saling membantu sesamanya.Untuk itu, setiap muslim harus menyadari bahwa dia bersaudara dengan orang lain, baik sesama muslim (ukhuwwah Islâmiyah), sesama bangsanya (ukhuwwah wathoniyah), maupun sesama manusia (ukhuwwah basyariyah). Ketiga macam ukhuwah tersebut tidak perlu ditentangkan, tetapi harus diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal ini akan menciptakan rasa kebersamaan, bukan memperuncing perbedaan.

5.        الإٍسْتِقَامَةُ  (istiqomah) yaitu senantiasa berada dalam keteguhan dalam mengikuti jalan kebenaran menurut Allah). Islam selalu menganjurkan umatnya untuk memiliki sifat istiqomah dalam kebajikan. Bagi mereka yang selalu istiqomah dijamin akan terhindar dari kerisauan, kekhawatiran dan ketakutan (di hari kiamat), baik dalam kehidupan di dunia ini maupun pada hari kiamat nanti, bahkan mendapat berita gembira dengan janji dan jaminan masuk surga.

 

Kualitas akhlak akan terpelihara jika umat Islam selalu memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh. Pemahaman yang utuh akan mengakibatkan terjaganya pola fikir yang jernih yang akan menjaga setiap perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

 

الله اكبر  الله اكبر  الله اكبر   ولله  الحمد

5

Dalam suasana yang hidmat ini, marilah kita menanamkan tekad yang kuat untuk membentuk masyarakat maju dengan amaliah yang nyata dan berakhlak mulia sebagaimana telah diajarkan kepada kita melalui puasa Ramadhan. Karena kehidupan masyarakat akan porak poranda jika tidak didasari oleh akhlak.

Begitu banyak tragedi terjadi yang menunjukan betapa rendahnya kualitas akhlak. Masih sangat melekat dalam ingatan kita, peristiwa pilu yang menjadi isu nasional baru-baru ini terjadi di wilayah Kabupaten Rejang Lebong. Seorang remaja puteri akhirnya meregang nyawa setelah diperkosa oleh belasan remaja seusianya. Kalaulah bukan karena kualitas akhlak yang buruk, tidaklah mungkin terjadi peristiwa sadis yang mengakibatkan kematian tragis karena rasa kemanusiaan menipis dan terkikis. Selain itu, rendahnya kualitas akhlak telah berimbas pula pada masih banyaknya terjadi perbuatan yang jauh dari nilai-nilai Islam seperti penyalahgunaan narkoba di semua kalangan dan di setiap tempat, korupsi dan tindakan buruk lainnya.

Mudah-mudahan tidak akan ada lagi peristiwa-peristiwa buruk yang sangat mengerikan seperti itu terjadi di negeri ini khususnya Kabuupaten Lampung Utara yang kami cintai.

 

اَللهُ أَكْبَرُاَللهُ أَكْبَرُاَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ

Allah SWT telah memberikan kesempatan kepada kita untuk kembali berjumpa dengan bulan suci Ramadhan tahun ini dan merayakan hari raya Idul Fitri. Tentu saja kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.  Oleh karena itu, setelah Ramadhan berlalu, mari kita berupaya sekuat tenaga untuk menjalankan fitrah hidup kita sebagai khalifah fil ardhy dengan sebaik-baiknya, dengan jalan meningkatkan kualitas akhlak dalam hidup dan kehidupan kita berdasarkan tuntunan agama. Mari kita bangkit menuju kehidupan berakhlak yang lebih berarti dan madani. 

Demikianlah khutbah Idul Fitri hari ini, mudah-mudahan bermanfaat, semoga Allah memberkahi dan melindungi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.

Mengakhiri khutbah ini marilah kita tengadahkan kedua tangan, seraya memanjatkan do’a kepada Allah SWT memohon ampunan dan keselamatan serta kekuatan dalam menyongsong hari esok yang lebih cerah.

 اَلْحَمْدُللهِ رَبِّ الْعَلَـــــمِيــــــنَ وَالَّصلَاةُ وَالسَّــــــــلَامُ عَلَى اَشْرَفِ الْاَنْبِيــَــــــاءِ  وَالــــــــمُرْسَلِيـــــْنَ وَعَلَ اَلِهِ  وَصَحْبِــــهِ اَجْمَعِيْــــــــنَ

6

 


·         Ya Allah Ya Tuhan Kami, Engkau Maha Pengampun. Kami sadar ya Allah, selama hidup kami sudah banyak kesalahan-kesalahan kami sehingga membuat kami orang-orang yang menumpuk dosa. Oleh karena itu ya Allah, ampunkanlah segala dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, sanak famili kami dan orang-orang yang telah mendahului kami menghadapMu.

 

·         Jika sekiranya di dalam hidup ini, kami telah melakukan hal-hal bernilai amal ibadah sebagaimana yang telah Engkau perintahkan kepada kami, maka jadikanlah semua itu sebagai imbalan pahala bagi kami Ya Allah.

 

·         Sungguh banyak nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami, tetapi kami lalai untuk mensyukuri semua itu. Kami lalai menjalankan perintahmu dan kami lupa diri sehingga laranganMu lah yang kami kerjakan. Maka itu, ampunilah kami Ya Rabb. Jadikanlah kami umat yang senantiasa mengingat-Mu di kala susah dan senang, memujiMu dikala Engkau tengah menguji kami.

 

·         Ya Allah Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Pemersatu. Jadikanlah kami bersatu dalam kesulitan, bersama dalam kebahagiaan.  jadikanlah kami baik pribadi maupun masyarakat ini sebagai insan yang memiliki kehidupan rukun, aman, nyaman dan sejahtera. Jauhkanlah kami dari permusuhan dan pertikaian yang akan memecah belah keutuhan kami. Hindarkanlah kami dari sikap dan sifat yang tercela yang Engkau murkai dan jadikanlah kami umatMu yang memiliki akhlakul karimah dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan kami.

 

·         Berikanlah kami kekuatan serta kemampuan untuk melangkah ke depan, menapaki jalanMu yang lurus menjadi hambaMu yang berkualitas. Kami menyadari betapa lemahnya kami dan kami akan tersesat tanpa petunjukMu, maka berikanlah petunjuk, taufiq dan hidayahMu Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Penyayang.

 

رَبَّناَ اَتِناَ فِى الْدُّنْيَا حَسَنَةَوَ فِى الاَخِرَةِ حَسَنَة َوَقِنَاعَذَابَّ  لْناَرَ.وَالحْمَدُللهِ رَبِّاالْعَالمَـــيْن .   

·         Wassalamu’alaikum Wr.Wb

7