Beranda

Selasa, 24 September 2013

Tasawuf Falsafi



 Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran ajarannya memadukan antara visi mistis denagn visi rasional sehingga dalam penyampaian materinya menggunakan terminology falsafi dari berbagi macam ajaran filsafat (seperti Yunani Persia India dan agama Nasrani) yang akhirnya mempengaruhi peikiran luar para tokoh-tokohnya. Walaupun demikian keorisinilan  inti tasafuf tetap pada islam. Oleh karena itu hati adalah sangat penting dari pada akal para sufi[1]. Namun istilah tasawuf   falsafi bulum terkenal pada waktu itu, setelah itu baru tokoh-tokoh sufi falfasi  yang populer. Abu Yazid al-Bustami, Ibn Masarrah (w.381 H) dari Andalusia dan sekaligus sebagai perintisnya. orang kedua yang mengombinasikan antara teori filsafat dan tasawuf ialah Suhrawardi al-Maqtul yang berkembang di Persia atau Iran. Masih banyak tokoh tasawwuf falsafi yang berkembang di Persia ini sepeti al-Haljj dengan konsep al-Hulul yakni perpaduan antara Mansusia dengan sifat-sifat tuhan[2]. Karakteristik dari ajaran tasawuf ini adalah
· ajarannya lebih mengarah pada teori-teori yang rumit dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam.
· Mengedepankan akal mereka 
· Ajarannya memadukan antara visi mistis dan rasional
Beberapa ajaran tasawuf yang berpadu dengan filsafat:
A.       Al-fana’ dan al-baqa’
Scara bahasa fana’ berarti hancur, lebur, musnah, lenyap, hilang atau tidak ada. Dan baqa’ berarti tetap, kekal, abadi, atau hidup terus[3].
Keduanya adalah sifat yang tidak dapat di pisahkan. Sebagai ilustrasinya sbagi berikut:
Apabila sseorang dapat menghilangkan amarahnya (fana’), maka yag tinggal adalah sabar (baqa’).
            Kemudan definisi fana’ berkembang menjadi hancurnya atau hilangnya kesadaran akan dirinya dan lingkunkannya, padahal diri dan lingkungannya sebenarnya ada. Fana’ akan terjadi pada seseorang scara langsung setelah seseorang merasa dirinya tinggalah rohaninya saja. Menurut al-qusyairi, sesorang akan fana’ apabila melihat tuhannya. Sebagai ilustrasi di jelaskan dalam firman allah (qs.12.31 ) yang menggambarkan bagai mana para wanita tidak sadar melukai tangannya sendiri ketika melihat keindahan wajah yusuf. Sehngga sufi mendefinisikan fana’ adalah arunia allah yang tidk dapat di capai dengan usaha dan latihan yang berupa hilangnya kesaksian mengenai diri dan lingkungannya ( yang bukan berarti pingsan.bodoh,menjadi malaikat atau sepiritiual)

B.                 Al ittihat.
Scara etimology ittihat berarti persatuan. Sedangkan menurut Harun Nasution adalah suatu tingkatan dimana seeorang telah bersatu dengan Tuhan.  Setelah seseorang menghayati fana’ hingga mencapai Fana’ Al-Fana’ maka terbukalah hijab seseorang sehingga dia dapat melihat dan mendengar sesuatu yang belum pernah di rasakannya, bahkan belum melintas di hati[4]. Sehingga sufi akan mengeluarkan ucapan yang ganjil dan aneh yang dalmm tasawuf disebut dengan syatohat. Contohnya ungkapan abu yazid,“Sungguh aku adalah allah, tidak ada tuhan selain aku, maka hendaklah engkau sekalian menyembahku. Tidak ada di dalam jubah ini kecuali allah.”
C.  Hulul
Scara etimology hulul adalah menempat, nitis, bereinkarnasi,atau immament.
Menurut sufi, hulul adalah imamament roh tuhan  dalam diri manusia, setelah sifat- sifat manusianya  di lenyapkan. Sebagi mana tokoh hulul (husein ibn Mansur al-hallaj berpendapat bahwa dalam diri manusia terdapat sifat ketuhanan dan sebaliknya. Pada kenyataaanya , seperti terjadi pada Abu Yazid dan Al Hallaj yang mengucapkan ungkapan ungkapan ganjil yang scara harfiah syariat tidak dapat di terima. Sebagai mana potongan syatoyat alhalaj berikut:
Kami adalah  jiwa yang bertempat pada satu tubuh ,
Jika engkau lihat aku engkau liaht dia.
Jika engkau lihat dia engkau lihat kami.

D.  Wahdatul wujud
Berarti kesatuan wujud. Menurut Muhyi Al-Din Arabi wujud hal yang mungkin adalah wujud allah semata, selainya merupakan hasil dari indra, akal dan  manusia yang tidak mampu memahami ke unggulan zat segala sesuatu. Dlam bentuk lain wahdatul wujud di jelaskan.wujudnya mahluk itu karena ada wujudnya tuhan. Apabila tuhan tidak wujud maka mahlukpun tidak akan wujud. Karena wujud yang hakiki dan hakikatnya wujud adalh milik tuhan. Wujud selain tuhan adalah wujud bayangan. Seperti saat kita bercermin dalam beberapa kaca, gambar yang ada dalam kaca hanyalah bayangan kita.


Referensi:
·         Simuh. Tasawuf Dan Perkembangannya Dalam Islam,Grafindo Persada.Jakarta.1997. Hal 40
·        Hadi, muhtar. Sebuah Pengantar Ilmu Tasawuf, Aura Media.Yogyakarta,2009,Hal.120






[1] Simuh. Tasawuf Dan Perkembangannya Dalam Islam,Grafindo Persada.Jakarta.1997. Hal 40
[3] Muhtar Hadi,Sebuah Pengantar Ilmu Tasawuf, Aura Media.Yogyakarta,2009,Hal.120
[4] Ibit, hal. 25

0 komentar:

Posting Komentar