Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran
ajarannya memadukan antara visi mistis denagn visi rasional sehingga dalam
penyampaian materinya menggunakan terminology falsafi dari berbagi macam ajaran
filsafat (seperti Yunani Persia India dan agama Nasrani) yang akhirnya
mempengaruhi peikiran luar para tokoh-tokohnya. Walaupun demikian
keorisinilan inti tasafuf tetap pada
islam. Oleh karena itu hati adalah sangat penting dari pada akal para sufi[1].
Namun istilah tasawuf falsafi bulum
terkenal pada waktu itu, setelah itu baru tokoh-tokoh sufi falfasi yang populer. Abu Yazid al-Bustami, Ibn
Masarrah (w.381 H) dari Andalusia dan sekaligus sebagai perintisnya. orang
kedua yang mengombinasikan antara teori filsafat dan tasawuf ialah Suhrawardi
al-Maqtul yang berkembang di Persia atau Iran. Masih banyak tokoh tasawwuf
falsafi yang berkembang di Persia ini sepeti al-Haljj dengan konsep al-Hulul
yakni perpaduan antara Mansusia dengan sifat-sifat tuhan[2].
Karakteristik dari ajaran tasawuf ini adalah
· ajarannya lebih mengarah pada teori-teori
yang rumit dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam.
· Mengedepankan akal mereka
· Ajarannya memadukan antara visi mistis
dan rasional
Beberapa ajaran tasawuf yang berpadu
dengan filsafat:
A.
Al-fana’
dan al-baqa’
Scara bahasa fana’
berarti hancur, lebur, musnah, lenyap, hilang atau tidak ada. Dan baqa’ berarti
tetap, kekal, abadi, atau hidup terus[3].
Keduanya adalah
sifat yang tidak dapat di pisahkan. Sebagai ilustrasinya sbagi berikut:
Apabila
sseorang dapat menghilangkan amarahnya (fana’), maka yag tinggal adalah sabar
(baqa’).
Kemudan definisi fana’ berkembang
menjadi hancurnya atau hilangnya kesadaran akan dirinya dan lingkunkannya,
padahal diri dan lingkungannya sebenarnya ada. Fana’ akan terjadi pada
seseorang scara langsung setelah seseorang merasa dirinya tinggalah rohaninya
saja. Menurut al-qusyairi, sesorang akan fana’ apabila melihat tuhannya.
Sebagai ilustrasi di jelaskan dalam firman allah (qs.12.31 ) yang menggambarkan
bagai mana para wanita tidak sadar melukai tangannya sendiri ketika melihat
keindahan wajah yusuf. Sehngga sufi mendefinisikan fana’ adalah arunia allah
yang tidk dapat di capai dengan usaha dan latihan yang berupa hilangnya
kesaksian mengenai diri dan lingkungannya ( yang bukan berarti
pingsan.bodoh,menjadi malaikat atau sepiritiual)
B.
Al ittihat.
Scara etimology ittihat
berarti persatuan. Sedangkan menurut Harun Nasution adalah suatu tingkatan
dimana seeorang telah bersatu dengan Tuhan.
Setelah seseorang menghayati fana’ hingga mencapai Fana’ Al-Fana’ maka
terbukalah hijab seseorang sehingga dia dapat melihat dan mendengar sesuatu
yang belum pernah di rasakannya, bahkan belum melintas di hati[4].
Sehingga sufi akan mengeluarkan ucapan yang ganjil dan aneh yang dalmm tasawuf
disebut dengan syatohat. Contohnya ungkapan abu yazid,“Sungguh aku adalah
allah, tidak ada tuhan selain aku, maka hendaklah engkau sekalian menyembahku.
Tidak ada di dalam jubah ini kecuali allah.”
C. Hulul
Scara etimology hulul
adalah menempat, nitis, bereinkarnasi,atau immament.
Menurut sufi, hulul adalah
imamament roh tuhan dalam diri manusia,
setelah sifat- sifat manusianya di
lenyapkan. Sebagi mana tokoh hulul (husein ibn Mansur al-hallaj berpendapat
bahwa dalam diri manusia terdapat sifat ketuhanan dan sebaliknya. Pada
kenyataaanya , seperti terjadi pada Abu Yazid dan Al Hallaj yang mengucapkan
ungkapan ungkapan ganjil yang scara harfiah syariat tidak dapat di terima.
Sebagai mana potongan syatoyat alhalaj berikut:
Kami adalah jiwa yang bertempat pada satu tubuh ,
Jika engkau lihat aku
engkau liaht dia.
Jika engkau lihat dia
engkau lihat kami.
D. Wahdatul wujud
Berarti kesatuan wujud.
Menurut Muhyi Al-Din Arabi wujud hal yang mungkin adalah wujud allah semata,
selainya merupakan hasil dari indra, akal dan
manusia yang tidak mampu memahami ke unggulan zat segala sesuatu. Dlam
bentuk lain wahdatul wujud di jelaskan.wujudnya mahluk itu karena ada wujudnya
tuhan. Apabila tuhan tidak wujud maka mahlukpun tidak akan wujud. Karena wujud
yang hakiki dan hakikatnya wujud adalh milik tuhan. Wujud selain tuhan adalah
wujud bayangan. Seperti saat kita bercermin dalam beberapa kaca, gambar yang ada
dalam kaca hanyalah bayangan kita.
Referensi:
·
Simuh. Tasawuf Dan
Perkembangannya Dalam Islam,Grafindo Persada.Jakarta.1997. Hal 40
· Hadi, muhtar. Sebuah
Pengantar Ilmu Tasawuf, Aura Media.Yogyakarta,2009,Hal.120
0 komentar:
Posting Komentar