BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Administrasi
sebagai suatu kegiatan bersama terdapat dimana-mana selama ada manusia yang
hidup dan bekerjasama dalam kelompok. Jika kita melihat sebuah pabrik bekerja
menghasilkan semacam benda sebagai produknya, maka di situ kita melihat ada
Administrasi. Jika kita melihat suatu lembaga yang melatih dan memberikan suatu
pelajaran yang akhirnya mereka mendapat sertifikat dari proses pendidikan
itu,maka disitu ada Administrasi pendidikan. Jika kita melihat suatu lembaga yang
mempunyai suatu organisasi yang tersusun baik ataupun terencana, maka di situ
kita melihat ada sebuah Manajemen.
Manajemen pendidikan memiliki peranan strategis dalam membentuk
peradaban manusia. Peradaban manusia yang sudah ada adalah bentukan dari manusia
– manusia yang pernah melalui proses pendidikan. Di sinilah titik krusial
manajemen pendidikan. Output dari sebuah proses pendidikan sangat ditentukan
bagaimana tempat pendidikan tersebut dikelola. Adanya beragam pengelolaan
pendidikan dan dalam rentang waktu yang panjang kini telah melahirkan sebuah
ilmu tersendiri yaitu ilmu manajemen pendidikan.
Manajemen
pendidikan merupakan suatu proses untuk mengkoordinasi-kan berbagai sumber daya
pendidikan seperti guru, sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan,
laboratorium, dan sebagainya untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Manajemen pendidikan merupakan hal yang harus
diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan, sehingga menghasilkan impact yang
diinginkan. Kenyataannya, banyak institusi pendidikan yang belum memiliki
manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya. Pendidikan yang visioner,
memiliki misi yang jelas akan menghasilkan keluaran yang berkualitas. Dari
sanalah pentingnya manajemen pendidikan diterapkan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
definisi administrasi dan manajemen pendidikan?
2.
Bagaimanakah
Perbedaan administrasi dan manajemen pendidikan?
3.
Bagaimanakah
tujuan dan manfaat administrasi dan manajemen pendidikan?
4.
Apa
saja ruang lingkup manajemen pendidikan?
5.
Bagaimana
Keterampilan manajerial dan tanggung jawab serta peranan manajer?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi
administrasi dan manajemen pendidikan?
2. Untuk mengetahui perbedaan administrasi dan manajemen pendidikan?
3. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat administrasi dan manajemen
pendidikan?
4. Untuk mengetahui ruang lingkup manajemen pendidikan?
5. Untuk mengetahui Keterampilan manajerial dan tanggung jawab serta
peranan manajer?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Administrasi
Menurut
asal katanya, administrasi berasal dari bahasa latin ad + ministrare. ad berarti
intensif sedangkan ministrare yang
berarti melayani, membantu, dan memenuhi.Dari perkataan itu terbentuk kata
benda administration dan kata sifat administrativus yang kemudian masuk ke dalam bahasa
inggris administrasion. Perkataan
itu selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi administrasi.[1]
Jadi tugas utama seorang administrator atau manajer adalah memeberikan pelayanan
prima dalam arti sebenarnya maupun dalam arti singkatannya.
PELAYANAN PRIMA dalam arti singkatan adalah: Pantas (tepat
janji dalam Biaya, Mutu, dan Waktunya = BMW), Empati (memahami kebutuhan
konsumen); Langsung (responsif, segera dikerjakan dan tidak berbelit-belit),
Akurat (tepat atau teliti, reliabel); Yakin (kredibiltas, dapat dipercaya),
Aman (risiko kecil, keraguan kecil), Nyaman (menyenangkan dan memuaskan), Alat
(lengkap dan modern), Nyata (penampilan sarana dan parasarana, personil), Perkataan
(sopan santun, bersahabat, mudah berkomunikasi, mudah dipahami, konsisten
dengan tindakan), Rahasia (kerahasiaan pelayanan terjamin), Informasi
(penyuluhan jelas mudah didengar dan dipahami, objektif, valid, reliabel,
komprehensif, lengkap, dan mutakhir); Mudah (kesediaan melayani, mudah
dihubungi, mudah ditemui, mudah disuruh), dan Ahli (dikerjakan oleh orang yang
benar-benar kompeten).
Singkatan PELAYANAN PRIMA di atas sesungguhnya sudah
mengandung dimensi pelayanan prima seperti yang dinyatakan Zeithaml, et.al.
(1990) dan Anonim (2000), yaitu tangible (nyata), reliability (pantas),
responsiveness (mudah, kesediaan melayani), competence (ahli), courtesy
(perkataan sopan dan ramah), credibility (yakin), security (aman), access
(mudah), communication (informasi), dan understanding (empati).[2]
1.
Administrasi
dalam arti sempit
Dalam pengertian ini, administrasi
diambil dari istilah dalam bahasa Belanda administratie yang berarti pekerjaan
yang berhubungan dengan ketatatausahaan.[3] Setiap penyusunan keterangan-keterangan secara sistematis dan
pencatatannya secara tertulis dengan maksud untuk memperoleh suatu ikhtisar
mengenai keterangan-keterangan itu dalam keseluruhannya dan dalam hubungannya
satu sama lain.[4]
Adminisitrasi dalam arti sempit
disebut juga sebagai adminsitrasi sekolah atau ketatausahaan sekolah.
Administrasi sekolah meliputi 12 hal
yaitu:[5]
a.
Administrasi
persuratan dan kearsipan (kesekretariatan)
b.
Adminsitrasi
Pendidikan dan tenaga kependidikan dan standarnya.
c.
Administrasi
keuangan (termasuk RAPBS dan Perpajakan) dan standarnya
d.
Administrasi
isi dan standarnya
e.
Administrasi
proses dan standarnya
f.
Administrasi
kesiswaan
g.
Standar
kompetensi kelulusan
h.
Administrasi
sarana dan dan prasarana
i.
Administrasi
kehumasan
j.
Administrasi
standra pengelolaan ( termasuk implementasi manajemen berbasis sekolah) dan
standarnya.
k.
Administrasi
standar penilaian pendidikan
l.
Administrasi
unit produksi sekolah (untuk SMK/MAK)
2.
Administrasi
dalam arti luas
Administrasi adalah seni (art) dan ilmu (science) mengelola (memanaj)
sumber daya 7M + 1I (man, money, material, machines, methods, marketing, and
minutes + Informasi) untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Mengelola di sini meliputi perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing),
pengarahan (Leading), dan pengendalian (Controlling) disingkat
POLC. Efisien (daya guna) adalah proses penghematan 7M + 1I dengan cara
melakukan pekerjaan dengan benar (do things right), sedangkan efektif (hasil
guna) adalah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan (outcomes)
dengan cara melakukan pekerjaan yang benar (do the right things).[6] Adapun ayat-ayat al-Qur’an yang dapat dijadikan acuan tentang
Efisien dan efektif adalah terdapat
dalam surah al-Kahfi ayat 103-104 yaitu:
ö@è% ö@yd Lälã¤Îm7t^çR tûïÎy£÷zF{$$Î/ ¸x»uHùår& ÇÊÉÌÈ
tûïÏ%©!$# ¨@|Ê öNåkß÷èy Îû Ío4quptø:$# $u÷R9$# öNèdur tbqç7|¡øts öNåk¨Xr& tbqãZÅ¡øtä $·è÷Yß¹ ÇÊÉÍÈ
Artinya: “Katakanlah: Apakah akan Kami
beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu
orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan
mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS.Alkahfi:103-104).[7]
Adapun ayat lainnya yang
mengisyaratkan tentang pekerjaan yang efektif dan efisien di antaranya dalam
surah al-Israa’ ayat 26-27 yang berbunyi:
ÏN#uäur #s 4n1öà)ø9$# ¼çm¤)ym tûüÅ3ó¡ÏJø9$#ur tûøó$#ur È@Î6¡¡9$# wur öÉjt7è? #·Éö7s? ÇËÏÈ
¨bÎ) tûïÍÉjt6ßJø9$# (#þqçR%x. tbºuq÷zÎ) ÈûüÏÜ»u¤±9$# ( tb%x.ur ß`»sÜø¤±9$# ¾ÏmÎn/tÏ9 #Yqàÿx. ÇËÐÈ
Artinya :“Dan berikanlah kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang
dalam perjalanan dan janganlah kamu menghamburhamburkan hartamu secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan
itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya” (QS.Al Isro:26-27).[8]
a.
Administrasi adalah kegiatan kerjasama yang dilakukan sekelompok
orang berdasarkan pembagian kerja sebagaimana ditentukan dalam struktur dengan
mendayagunakan sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Jadi, administrasi dalam arti luas memiliki unsur-unsur sekelompok orang,
kerjasama, pembagian tugas secara terstruktur, kegiatan yang runtut dalam
proses, tujuan yang akan dicapai, dan memanfaatkan berbagai sumber.[9]
Merujuk kepada buku Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan, pengertian administrasi mengandung makna adanya (1) tujuan yang
harus dapat direalisasikan guna kepentingan lembaga, individu ataupun kelompok,
(2) keterlibatan personil, material dan juga finansial dalam posisinya yang
saling mendukung dan satu sama lain saling memerlukan dan juga saling melengkapi,
(3) proses yang terus menerus dan berkesinambungan yang dimulai dari hal yang
kecil dan sederhana sampai kepada hal yang besar dan rumit, (4) pengawasan atau
kontrol guna keteraturan, keseimbangan dan keselarasan, (5) tepat guna dan
berhasil guna supaya tidak terjadi penghambur-hamburan waktu, tenaga, biaya dan
juga fasilitas agar dapat mencapai keberhasilan dan produktivitas yang cukup
memadai, (6) hubungan manusiawi yang menempatkan manusia sebagai unsur utama
dan terhormat serta miliki kepentingan di dalamnya.[10]
Kiranya pengertian administrasi dalam arti sempit dan
luas serta poin-poin penting dalam administrasi yang dipaparkan diatas dapat
memberikan penjelasan dan pengantar kepada bahasan selanjutnya. Memang antara
ahli pendidikan satu dengan lainya berbeda dalam mengartikan administrasi,
namun setidaknya masih terdapat persamaan dalam substansi atau isi ide yang
terkandung didalamnya.
Suatu lembaga pendidikan dinyatakan produktif jika
memenuhi tiga syarat: (1) pelayanan administratif memuaskan, (2) pelayanan
edukatif mampu mengubah Sikap (attitude), Pengetahuan (kognitif), dan
Keterampilan (skill) atau SPK secara bermakna atau berarti (signifikan) bagi
peserta didik; dan (3) biaya sekolah relatif memadai dengan mutu pelayanan,
lulusannya cepat diterima di tempat kerja, gajinya cepat mengembalikan modal
selama sekolah, dan menduduki posisi penting di tempat kerja atau di
masyarakat.
B.
Pengertian Manajemen
Sama halnya dengan administrasi,
kata manajemen juga berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata
itu digabung menjadi kata kerja manager
yang berarti menangani. Manager diterjemahkan
dalam bahasa inggris dalam bentuk kata kerjato
manage, dengan kata benda management,
dan manager untuk orang yang
melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya management
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengolahan.
Manajemen menurut Parker ialah seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang
(the art of getting things done through people). [11]
Manajemen menurut Hadari Nawawi adalah merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh manajer dalam memanage organisasi, lembaga, maupun
perusahaan6. Ramayulis menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan
hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan).[12]
Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat
dalam Al Qur’an seperti firman Allah SWT :
(QS32. As Sajdah ayat 5)
ãÎn/yã tøBF{$# ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# n<Î) ÇÚöF{$# ¢OèO ßlã÷èt Ïmøs9Î) Îû 5Qöqt tb%x. ÿ¼çnâ#yø)ÏB y#ø9r& 7puZy $£JÏiB tbrãès? ÇÎÈ
Artinya:
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu (QS. As-Sajdah : 5).[13]
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt
adalah pengatur alam (al-Mudabbir/manager). Keteraturan alam raya ini merupakan
bukti kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang
diciptakan Allah Swt telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus
mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur
alam raya ini.
Menurut Nanang Fattah,
manajemen merupakan proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan
mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi
tercapai secara efektif dan efisien.[14]
Sahertian menyebutkan
manajemen terkandung dua kegiatan, yaitu fikir (mind) dan kegiatan
tindak (action). Kedua kegiatan ini tampak dalam fungsi-fungsinya
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan
dan penilaian.[15] Stoner menyatakan
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha anggota organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Pendapat Mourell, dkk menyebutkan “management
is the process of efficeintly getting activities completed with and through
other people”.
Dari berbagai definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
manajemen adalah suatu proses atau fungsi-fungsi yang harus dijalankan dalam
suatu kelompok tertentu secara efektif dan efisien sehingga mencapai hasil atau
tujuan yang ditetapkan. Dari definisi di atas juga diketahui bahwa manajemen
dapat dikatakan suatu proses yang mengandung cara sistematis untuk melakukan
pekerjaan.
Dalam tinjauan manajemen,
terdapat beberapa aspek yang tidak bisa lepas dengan empat komponen yang ada
yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Untuk lebih jelasnya,
penjelasan tersebut akan penulis paparkan sebagai berikut:
1.
Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah
“Keseluruhan proses dan penentuan keputusan secara matang tentang hal-hal yang
akan dikerjakan di masa akan datang dalam rangka pencapaian tujuan.[16] Dengan
demikian apabila dikaitkan dengan sistem pendidikan dalam suatu organisasi
kependidikan, maka perencanaan pendidikan dapat didefinisikan sebagai
“Penggunaan analisis yang bersifat rasional dan sistematis terhadap proses
pengembangan pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan program-program
pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan dan
tujuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat”.[17]
Dalam perencanaan
memungkinkan seorang administrator untuk melakukan prognosis
secara jitu kemungkin dan resiko yang muncul dari berbagai kekuatan, sehingga
dapat mempengaruhi dan sedikit banyak mengontrol arah terjadinya perubahan yang
dikehendaki”.[18] Dalam proses perencanaan
terhadap program pendidikan yang akan dilaksanakan, khususnya dalam lembaga
pendidikan Islam, maka prinsip perencanaan harus mencerminkan nilai-nilai
keislaman yang bersumberkan pada al-Qur’an dan hadis. Dalam tinjauan
perencanaan tersebut, al-Qur’an mengajarkan bahwa:
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuatnya untuk hari esok, dan
bertakwalah kepada Alloh, sungguh Alloh mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS.Al Hasyr ayat 18)[19]
Dalam ayat tersebut, ada isyarat
bahwa perencanaan harus melibatkan pengalaman - pengalaman masa lalu, yang
dalam proses pendidikan di antaranya adalah potensi – potensi yang ada dalam
diri pendidik maupun peserta didik.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
Rasulullah shallallah ‘alaihi
wa sallam pernah menasehati
seseorang:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ . شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ . وَصِحَتَكَ قَبْلَ سَقَهَكَ وَ غَنَمِكَ قَبْلَ فَقْرُكَ وَ فَرَغَكَ قَبْلَ سَغَلُكَ وَ حَيَتُكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ . شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ . وَصِحَتَكَ قَبْلَ سَقَهَكَ وَ غَنَمِكَ قَبْلَ فَقْرُكَ وَ فَرَغَكَ قَبْلَ سَغَلُكَ وَ حَيَتُكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Artinya: “Manfaatkalah lima perkara sebelum
datangnya lima perkara : masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu
sebelum datang masa tuamu, masa kayamu sebelum masa fakirmu, masa luangmu
sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum masa matimu.”
(HR.Baihaqi dari Ibn Abbas).
Hal itu menunjukkan bahwa
pesiapan dan perencanaan untuk masa yang akan datang sangatlah kita butuhkan.
Untuk itu persaipan atau perencanaan ternasuk pendidikan baik itu perencanaan
jangka pendek, sedang, atau panjang, harus benar-benar dilaksanakan agar dalam
semua kegiatn atau aktifitas dapat terukur, teramati dan terevaluasi secara
baik dan bertenggung jawab.
Dari
segi jangka waktunya, perencanaan ada yang berupa jangka pendek, menengah dan
panjang. Ketiga perencanaan tersebut dibuat dalam cakupan kehidupan dunia yang
itu juga dibolehkan Alloh yang kesemuanya merupakan proses awal untuk menuju
kehidupan yang labadi yaitu kehidupan di kampung akhirat. Untuk itulah
rencanaan jangka pendek harus menunjang pencapaian rencanaan jangka menengah.
Rencana jangka menengah harus menuju tercapainya rencana jangka panjang dan
rencana jangka panjang harus dalam upaya mencapai tujuan rencana jangka abadi.
2.
Pengorganisasian (organizing)
Organisasi adalah sistem
kerjasama dengan sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Proses organizing
yang menekankan pentingnya
kesatuan dalam segala tindakan, dalam hal ini al-Qur’an telah menyebutkan
betapa pentingnya tindakan kesatuan yang utuh, murni dan bulat dalam suatu
organisasi. Selanjutnya al-Qur’an memberikan petunjuk agar dalam suatu wadah, tempat,
persaudaraan, ikatan, organisasi, kelompok, janganlah menimbulkan pertentangan,
perselisihan, percekcokan yang mengakibatkan hancurnya kesatuan, serta
runtuhnya mekanisme kepemimpinan yang telah dibina. Hal ini sesuai dengan
firman-Nya:
¨bÎ) ©!$# =Ïtä úïÏ%©!$# cqè=ÏG»s)ã Îû ¾Ï&Î#Î6y $yÿ|¹ Oßg¯Rr(x. Ö`»u÷Yç/ ÒÉqß¹ö¨B ÇÍÈ
Artinya:
“Sungguh Alloh menyukai orang-orang yang berjihad di jalanNYA dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh. (QS.Ash Shaff ayat 4)[20]
3.
Penggerakan/pelaksanaan (actuating)
Actuating
adalah mengelola
lingkungan organisasi yang melibatkan lingkungan dan orang lain dengan tata
cara yang baik. Al-Qur’an dalam hal ini telah memberikan fondasi dasar terhadap
proses bimbingan dan pengarahan ataupun memberikan peringatan dalam bentuk actuating
ini. Deskripsi tersebut
sesuai dengan firman Allah Subḥanahu wa Ta’ala:
$VJÍhs% uÉZãÏj9 $Uù't/ #YÏx© `ÏiB çm÷Rà$©! tÏe±u;ãur tûüÏZÏB÷sßJø9$# z`Ï%©!$# cqè=yJ÷èt ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNßgs9 #·ô_r& $YZ|¡ym ÇËÈ
“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk
memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita
gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa
mereka akan mendapat pembalasan yang baik” (QS.Al Kahfi ayat 2).[21]
4.
Pengawasan (Controlling)
Controlling adalah
penilaian dan pengawasan terhadap segala hal yang dilakukan anggota organisasi sehingga dapat diarahkan
ke jalan yang benar sesuai tujuan. Controlling dalam konteks manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilaksanakan benar-benar sesuai
dengan perencanaan sebelumnya.
Dalam bingkai ilmu administrasi, controlling merupakan jembatan
terakhir dalam rantai fungsional dari kegiatan-kegiatan manajemen. Pengendalian
merupakan salah satu cara para manajer untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan
organisasi tercapai atau tidak dan mengapa tercapai atau tidak tercapai. Selain
itu,controlling
adalah konsep
pengendalian, pemantauan efektivitas dari perencanaan, pengorganisasian, dan
kepemimpinan serta pengambilan keputusan pada saat dibutuhkan. Adapun ayat
al-Qur’an yang berkaitan dengan controlling dapat diterjemahkan dalam
al-Qur’an sebagai berikut:
¨bÎ)ur öNä3øn=tæ tûüÏàÏÿ»ptm: ÇÊÉÈ
$YB#tÏ. tûüÎ6ÏF»x. ÇÊÊÈ
tbqçHs>ôèt $tB tbqè=yèøÿs? ÇÊËÈ
¨bÎ) u#tö/F{$# Å"s9 5OÏètR ÇÊÌÈ
Artinya: “Dan sungguh bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang
mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia dan yang mencatat, mereka mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Infithor;10-13).[22]
Alloh menugaskan para malaikat untuk mengawasi manusia dan mencatat
apa saja yang dilakukan oleh manusia. Ini memberikan inspirasi bahwa pengawasan
itu penting, perlu didukung data yang valid, dan tidak harus dilakukan sendiri
oleh atasan tetapi bisa melibatkan unsur lain baik internal maupun external
seperti lembaga penjamin mutu.
C.
Perbedaan Administrasi dengan Manajemen
Dalam Bahasa
Inggris kata Administrasi dan Manajemen digunakan dalam konteks dan beberapa
variasi pengertian. Dalam beberapa konteks keduanya mempunyai persamaan arti
dengan kandungan makna to control yang berarti mengatur dan mengurus.[23]
Sedangkan Sutisna
menyatakan bahwa administrasi sama artinya dengan manajemen, tetapi di bidang
pendidikan, pemerintahan, rumah sakit dan kemiliteran umumnya dipakai istilah
admistrasi sedangkan di bidang industri dan perusahaan menggunakan istilah
manajemen.[24] Dengan
mengesampingkan pro-kontra perbedaan antara administrasi dan manajemen, yang
jelas keduanya mengacu kepada bagaimana mengelola suatu urusan (affairs). Pada
dasarnya manajemen dan administrasi mempunyai cakupan fungsi yang sama yakni
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.
Menurut mantja (2000) orang yang menjabat dalam
tongkaatan pertama struktur oraganisasi disebut manajer, sedangkan pejabat yang
lebih tinggi diatasnya disebut administrator, dan pejabat yang paling
tinggi disebut eksekutif atau leader.
Perbedaan manajer dan leader seperti dalam table berikut ;
No
|
Fokus Manajer
|
Fokus Leader
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
|
Tujuan
Banyak Mengatakan
bagaimana dan kapan ?
Berpikir dan bertindak
jangka pendek
Organisasi dan struktur
Otoriter
Perintah
Pemeliharaaan
Kompromi
Peniruan
Pengadministrasian
Pengawasan
Prosedur
Konsistensi
Risiko dihindari
Bawahan
Manajer yang baik : do
things right (efisiensi)
|
Visi
Banyak menawarkan apa
dan mengapa?
Berpikir dan bertindak
jangka panjang
Manusia
Demokrasi
Membolehkan
Pengembangan
Penantang
Keaslian
Inovasi
Pengarahan
Kebijakan
Keluwesan
Resiko sebagai peluang
Atasan
Leader yang baik : do
the right things (kefektifan)
|
Stewart dalam manning & Curttis (2003) membedakan bos
dengan pemimpin debagai berikut :
No
|
Bos
|
Pemimpin
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
|
Memeritah
Ingin berkuasa
Menciptakan rasa takut
Berkata ‘saya’
Suka menyalahkan
Mengetahui caranya
Menggunakan orang
Menasehati
Mengambil kredit
Memerintah
Berkata ‘pergi’
|
Melatih
ingin niat baik (good will)
Menciptakan kebanggaan
Berkata ‘kita’
Suka memecahkan masalah
Menunjukkan caranya
Melayani orang
Menggurui
Memberi kredit
Menanyakan
Berkata ‘mari kita pergi’
|
D.
Definisi Pendidikan
Defenisi pendidikan sejauh ini belum ada
keseragaman formulasi yang dapai dipakai sebagai pegangan karena masing-masing
ahli mengemukakan defenisi yang agak berbeda satu dengan yang lainnya,
tergantung dari konsepsi pendekatannya masing-masing.
Namun ditinjau dari sudut hukum, defenisi
pendidikan berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,
Pasal 1 ayat (1) yaitu : ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Ada tiga istilah arab yang biasa
dimaknai sebagai pendidikan, yaitu ; tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Asal usul ketiga istilah tersebut bisa ditemukan dalam al-Qur’an dan Sunnah.
Tentang mana dari ketiga istilah tersebut yang lebih tepat dijadikan istilah
baku dalam pendidikan, terdapat perbedaan pendapat di kalangan pakar pendidikan
Islam. Akan kita bahas lebih detail sebagai berikut:
1.
Tarbiyah
Secara etimologis, al-tarbiyah adalah
bentuk masdar dari kata rabba (fi’l madi), yang memiliki pengertian sama dengan makna kata rabba substansi maknanya sama dengan kata rabb
yang merupakan satu di antara nama Tuhan. Abdurrahman al-Nahlawi[25]
berpendapat bahwa istilah tarbiyah yang paling tepat untuk menggambarkan
pengertian pendidikan. Menurut al-Nahlawi, istilah tarbiyah bisa dilacak
dari tiga asal-usul kata; pertama berasal dari kata raba-yarbu yang
artinya bertambah dan tumbuh. Dalam al-Qur'an pengertian ini dapat dilihat pada
surat Ar-rum: 39
وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا
يَرْبُو عِنْدَ اللَّهِ ۖ وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ
فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ
Artinya
: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridlaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orangorang yang melipatgandakan (pahalanya)”.
2.
Ta’lim
Secara
etimologis, kata al-ta’lim yang berasal dari kata dasar ’allama, yang
berarti mengajar, menanamkan keyakinan danpengetahuan. Abdul Fattah Jalal[26]
berbeda pandangan dengan Abdurahman al-Nahlawi. Menurut beliau istilah yang
paling tepat untuk menggambarkan pengertian pendidikan adalah al-ta’lim.
Pendapat Jalal tersebut diilhami ayat al-Qur’an surat al-Baqarah : 151,
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ
آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Artinya : “Sebagaimana kami telah mengutus kepadamu
Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepadamu dan mensucikanmu
dan mengajarkan kepada al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah), serta mengajarkan
kepadamu apa yang belum kamu ketahui.” dan surat Ali Imran : 164,
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ
رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي
ضَلَالٍ مُبِينٍ
Artinya:
“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman
ketika Allah mengutus seorang Rasul di antara mereka dari golongan
merekasendiri, yang membacakan ayat-ayat Allah kepada mereka,
membersihkan(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan
al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Rasul) itu, mereka benar-benar
dalam kesesatan yang nyata”.
Dengan berpedoman pada substansi ayat di atas, Abdul Fattah Jalal
berpendapat bahwa ta’lim lebih universal dibanding tarbiyah.
Rasulullah pada waktu mengajarkan al-Qur'an kepada umat Islam tidak terbatas
pada sekedar membuat mereka dapat membaca saja, melainkan membaca dengan
perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman
amanah. Dari membaca semacam ini Rasul membawa mereka kepada tazkiyah (pensucian),
yaitu pensucian dan pembersihan diri manusia dari segala kotoran dan menjadikan
diri itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah
serta mempelajari segala yang apa bermanfaat baginya dan yang tidak
diketahuinya.[27]
3.
Ta’dib
Kata ta’dib,
secara etimologis adalah bentuk masdar kata addaba yang
berarti akhlaq, sinonimnya adalah budi pekerti, kelakuan yang baik,
sopan santun. Berbeda dengan dua
pendapat terdahulu adalah Sayid Muhammad al-Nuqa’ib al-Attas. Menurut beliau
justru kata al-ta’dib istilah yang paling tepat sebagai makna
pendidikan. Istilah ta’dib memang tidak ditemukan dalam al-Qur’an, Namun
Al-Attas mendapatkannya dalam sebuah Hadits Nabi yang berbunyi : “ Addabani
rabbi fa ahsana ta’dibi” (Tuhanku telah mendidikku dan dengan itu
menjadilah pendidikanku yang terbaik). Tentu, menurut al-Attas, cara Tuhan
mendidik Nabi mengandung konsep pendidikan yang sempurna.[28]
E.
Definisi
Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan dapat
didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklhak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsadan Negara.
Menurut Bush dalam Bush dan Coleman (2000:4) menyatakan
"Manajemen pendidikan adalah suatu studi dan praktek yang dikaitkan atau
diarahkan dalam operasional organisasi pendidikan".[29]
Organisasi pendidikan membutuhkan suatu bentuk pengaturan kegiatan. Pengaturan
kegiatan tersebut mengarah pada suatu sistem yang sistematis. Pengaturan
kegiatan yang sistematis itu akan dijadikan sebagai patokan dalam pelaksanaan
kegiatan operasional yang terwujud dalam suatu manajemen pendidikan.
Menurut E. Mulyasa Manajemen pendidikan merupakan proses
pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan tersebut
mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan
(actualiting) dan pengawasan (controlling), sebagai suatu proses untuk
menjadikan visi menjadi aksi.[30]
Sedangkan menurut Prof. Dr. Made Pidarta, Manajemen ialah
proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi system
total untuk menyelesaikan suatu tujuan (Johnson, 1973, h.15) Yang dimaksud
sumber disini ialah mencakup orang-orang, alat-alat media, bahan-bahan, uang
dan sarana. Semuanya diarahkan dan dikoordinasi agar terpusat dalam rangka
menyelesaikan tujuan.[31]
Dari beberpa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen pendidikan adalaha sebuah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif dalam mengembangkan potensi dirinya.
F.
Tujuan Dan
Manfaat Manajemen Pendidikan
Menurut shrode dan voich (1974) tujuan utama Manajemen
pendidikan adalah produktifitas dan kepuasan. Mungkin saja tujuan ini tidak
tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan mutu
pendidikan/lulusannya, keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhan kesempatan
kerja pembangunan daerah/nasional, tanggung jawab sosial. Tujuan-tujuan ini
ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi,
seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman.[32]
Secara terperinci tujuan dan manfaat
manajemen pendidikan antara lain:
1. Terwujudnya
suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan, dan Bermakna (PAKEMB)
2. Terciptanya
peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
3. Terpenuhinya
salah satu dari lima kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnyakompetensi
manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer)
4. Tercapainya
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien
5. Terbekalinya
tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi
pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manjer atau konsultan manjemen
pendidikan)
6. Teratasinya
masalah mutu pendidikan karena 80% masalh mutu disebabkan oleh manajemennya.
7. Terciptanya
perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan dan akuntabel.
8. Meningkatnya
citra positif pendidikan.
G.
Faktor-Faktor
Yang Memengaruhi Perilaku Manajer Pendidikan
Manusia sebagai manajer dimanapun
berada tidak terlepas dari wadah untuk melakukan kegiatan atau yang disebut organisasi.
Organisasi tidak akan ada tanpa ada manusia. Manusia dalam berorganisasi tidak luput
dari system yang dibuatnya sendiri. Sistem sangat diperlukan agar cara
berpikir, berperasaan, dan bertindak setiap anggota organisasi tidak terkotak-kotak
melainkan secara menyeluruh.
Secara filosofis, perilaku manusia
terbentuk oleh interaksi antarmanusia, iklim organisasi (konteks organisasi)
dan sistem yang dianut. Ketiga interaksi tersebut, baik secara sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama saling berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
manajemen pendidikan adalah:
1.
interaksi
antarmanusia
2.
iklim
organisasi
3.
sistem
pendidikan yang dianut (sisdiknas)
4.
lingkungan
eksternal
H.
Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
Substansi
yang menjadi garapan manajemen pendidikans ebagai proses atau disebut juga sebagai
fungsi manajemen adalah
Sebuah patokan untuk mempermudah menejer
agar tercapainya sebuah tujuan, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan
mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.
2.
Pengorganisasian
Merupakan fungsi kedua dalam Manajemen
dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan
struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan
lingkungannya.
3.
Pengarahan
(motivasi, kepemimpinan, kekuasaan, pengambilan keputusan, komunikasi,
koordinasi, negosiasi, manajemen konflik, perubahan organisasi, keterampilan
interpersonal, membangun kepercayaan, penilaian kinerja, dan kepuasan kerja). Kegiatan ini merupakan suatu proses membimbing, pemberian
petunjuk, intruksi kepada bawahan agar mereka bekerja dengan rencana yang telah
ditetapkan.
4.
Pengendalian
meliputi pemantauan (monitoring),
penilaian, dan pelaporan.
Pengendalian merupakan suatu proses,
yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang
dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif
tertentu
Gambaran menyeluruh tentang ruang lingkup
manajemen pendidikan sebagai proses tampak pada tabel berikut ini:
Bidang
Tugas
|
Peserta didik
|
Tenaga pendidik dan kependidikan
|
Keuangan
|
Sarana dan prasarana
|
Humas
|
Layanan khusus
|
Kurikulum dan pembelajaran
|
Perencanaan
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
Pengorganisasian
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
Pengarahan
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
Pengendalian
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
Secara yuridis, ruang lingkup manajemen
pendidikan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah di sekolah mengacu pada
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Sekolah/Madrasah adalah :
1.
Rencana program sekolah
2.
Pelaksanaan program sekolah
3.
Kepemimpinan
4.
Pengawasan/evaluasi
5.
Sistem informasi manajemen
I.
Keterampilan
Manajerial dan Tanggung Jawabnya
Keterampilan
manajerial untuk setiap tingkatan organisasi meliputi keterampilan konseptual,
sosial dan operasional dengan komposisi yang berbeda-beda. Berikut komposisi
keterampilan manajerial, dikaitkan dengan tingkatannya dalam organisasi:
Level
Manager
|
Keterampilan Konseptual
|
Keterampilan
Sosial
|
Keterampilan
Operasional
|
Top Manager
|
40%
|
50%
|
10%
|
Middle
Manager
|
25%
|
50%
|
25%
|
Lower Manager
|
10%
|
50%
|
40%
|
J.
Peranan Manajer
Menurut Stoner & Freeman (2000), peranan
manajer muncul karena adanya pemberian otoritas formal berupa surat keputusan
kepada seseorang sekaligus dengan status atau kedudukannya. Untuk melaksanakan
otoritas formal dan statusnya, setiap manajer minimal mempunyai tiga peranan,
yaitu:
1.
Peranan
Interpersonal
Peranan
interpersonal meliputi kepala sekolah sebagai:
a.
Figure-head (lambang atau simbol)
1)
mewakili sekolah menghadiri acara-acara
seremonial
2)
menerima tamu, menyampaikan pidato, meninjau ke
sekeliling sekolah, mengenal siswa, dan sebagainya
b.
Leader (pemimpin)
1)
Memimpin sekolah mendayagunakan sumber daya
sekolah secara optimal.
2)
Mengembangkan visi dan melaksanakan visi
sekolah
3)
Berperan sebagai coordinator, director,
motivator, communicator, delegator, dsb.
c.
Liason (penghubung)
1)
Sebagai politisi dan pengelola hubungan sekolah
dengan masyarakat
Kepala sekolah/madrasah sebagai lambang, ia mewakili
sekolah/madrasahnya dalam menghadiri acara-acara seremonial, baik resmi maupun
tidak resmi seperti upacara-upacara resmi di sekolah/madrasah dan
pemerintahan/swasta, menerima tamu, menyampaikan pidato-pidato, menghadiri
undangan pernikahan pendidik dan tenaga kependidikannya, meninjau ke sekeliling
sekolah/madrasahnya, mengunjungi kelas-kelas, mengenal siswa-siswanya,
menyiapkan visi, dan sebagainya
2.
Peranan
Informasional
Dalam peranan ini, seorang manajer dalam pemberian,
penerimaan dan penganalisaan informasi, menyangkut pengawas, penyebar informasi
dan juru bicara.
Peranan informasional
meliputi peranan sebagai:
a.
Monitor
1)
Mencari informasi di dalam dan di luar sekolah
secara konstan
2)
Orang yang paling banyak memiliki informasi
terbaik dibandingkan dengan pendidik dan tenaga kependidikan
3)
Dijadikan sebagai tempat bertanya oleh pendidik
dan tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, komite sekolah, dewan
sekolah, aparat pemerintah dan masyarakat
4)
Mengelola informasi sekolah, pemanfaatan
kemajuan teknologi informasi
5)
Pelaksana pemantauan, pengevaluasian dan
pelaporan
b.
Disseminator
1)
Mendistribusikan informasi yang penting kepada
pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, komite sekolah,
dewan sekolah, aparat pemerintah dan masyarakat
2)
Memberikan informasi penting yang dibutuhkan
oleh pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga mereka dapat melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya secara professional
c.
Spokesperson
1)
Sebagai diplomat, kepala sekolah harus mampu
berbicara dengan penuh diplomasi dan mampu membuat pendengarnya terpesona dan
siap melaksanakan yang ia bicarakan
2)
Sebagai orator yang profesional, kepala sekolah
menyampaikan pembicaraannya di depan pendidik dan tenaga kependidikan, orang
tua peserta didik, komite sekolah, dewan sekolah, aparat pemerintah dan
masyarakat, dalam rangka membangun citra positif mereka terhadap sekolah
3)
Sebagai pemotivasi atau pengarah
3.
Peranan
Decisional
a.
Enterpreneur
1) Kreatif dan
inovatif dalam mengembangkan sekolah dengan menciptakan produk/jasa pendidikan
2) Mampu memasarkan
sekolahnya agar diminati masyarakat
3) Pekerja keras
yang memiliki motivasi pantang menyerah
4) Mampu memanfaatkan
dan menciptakan peluang dan berani mengambil resiko
b.
Disturbance hander (penangkal kesulitan)
1)
menanggulangi pemogokan, pembatalan kontral,
penampung keluhan, kekurangan bahan, dan sebagainya.
c.
Resources allocator (pengalokasian sumber daya)
1)
kepada siapa, kapan, untuk apa dan bagaimana
sumber daya di alokasikan.
d.
Negotiator
1)
Perundingan dengan serikat buruh, klien dan
pihak-pihak lain.
Setidaknya tiga peranan tersebut diatasa harus
dikuasai seorang manajer dalam setiap aktivitasnya di perusahaan. Karena akan
meningkatkan efektivitas dari kinerja seorang manajer tersebut. Kendati seperti
itu, manajer bukanlah malaikat yang bekerja tanpa kesalahan. Disini kedewasaan
manajer dituntut agar mampu beradaptasi dalam setiap musimnya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa Administrasi pendidikan adalah suatu media untuk mencapai tujuan
pendidikan secara produktif yaitu efektif dan efisien dengan mendayagunakan
segala tenaga, sarana, dan dana secara optimal, teratur, dan relevan. Sedangkan
Manajemen Pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan serta penilaian usaha pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.
Manajemen pendidikan
dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklhak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsadan Negara. Tujuan utama Manajemen pendidikan adalah produktifitas dan
kepuasan.
B.
SARAN
Dengan selesainya penulisan
makalah ini, maka penulis mengharap kepada pembaca sekiranya menemukan
kesalahan pada makalah ini untuk memperbaikinya. Sebab penulis bukanlah orang
sempurna yang tidak lepas dari sifat kekeliruan, sehingga penulis juga biasa
melakukan kesalahan. Dan jika ada sesuatu yang biasa di jadikan bahan kajian
oleh pembaca maka penulis akan merasa termutifasi. Saran dan kritik dari pembaca
yang sifatnya membangun semangat menulis penulis akan selalu ditunggu oleh
penulis.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Fattah Jalal, Asas-asas Pendidikan Islam, terj. Herry
Nor Ali, (Bandung : Diponegoro, 1998)
Abdurrahman
al-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di
Sekolah dan di Masyarakat, terj. Herry Noer Ali, (Bandung ; Diponegoro,
1992)
AW. Widjaya, Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen,(Jakarta: Bina Aksara, 1987)
Departemen
Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, (Bandung: J-ART, 2002)
E. Mulyasa, Menjadi
Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remajda Rosda Karya, 2005)
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan,
(Jakarta: Gunung Agung, 1981)
Hendi Haryadi, Administrasi
Perkantoran untuk Manajer & Staf, (Jakarta: Visimedia, 2009)
Hendiyat
Soetopo dan Wasty Soemanto, Pengantar
Operasional Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional. 1982)
Husaini Usman, Manajemen:
Teori,Praktek dan Riset Pendidikan,(Jakarta: Bumi aksara, 2011)
Husnul
Yaqin, Administrasi dan Manajamen Pendidikan, (Banjarmasin : IAIN
Antasari press Banjar-masin, 2011,
Imam Bawani, Segi-Segi
Pendidikan Islam, (Surabaya; al-Ikhlas, 1987)
Made Pidarta, Manajemen
Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT. Bina Aksara,1988)
Mohammad Ali,
ed., Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,
(Jakarta: Garasindo ,2007)
Nanang
Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: 2004, Rosdakarya)
Nanang Fattah, Landasan
Manajemen Pendidikan,( Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 1996)
Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994)
Ramayulis,
Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008)
ST. Vembriarto, Pengantar
Perencanaan Pendidikan: Educational Planning, (Yogyakarta: Andi Offset, 1988)
Wildan Zulkarnain, Raden Bambang Sumarsono, Manajemen
Perkantoran Profesional, (Malang: Gunung Samudra, 2015)
[1].Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan,
(Jakarta: Gunung Agung, 1981), h. 5
[2] Wildan Zulkarnain, Raden Bambang
Sumarsono, Manajemen Perkantoran Profesional, (Malang: Gunung Samudra,
2015) h. 134
[3] Husaini Usman,
Manajemen: Teori,Praktek dan Riset Pendidikan,(Jakarta: Bumi aksara,
2011)h. 4
[4].Hendiyat
Soetopo dan Wasty Soemanto, Pengantar
Operasional Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional. 1982). h.
16.
[5] Husaini Usman, Manajemen: Teori,Praktek
dan Riset Pendidikan..h. 4
[6] Husaini Usman,
Manajemen: Teori,Praktek dan Riset Pendidikan..h. 4
[7]Departemen
Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya,( Bandung: J-ART, 2002) h.231
[8]
Departemen
Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya,..h. 216
[9] Hendi Haryadi,
Administrasi Perkantoran untuk Manajer & Staf, (Jakarta: Visimedia,
2009), hlm.1
[10] Mohammad Ali,
ed., Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,
(Jakarta: Garasindo ,2007), hlm.149
[11] Husaini Usman,
Manajemen: Teori,Praktek dan Riset Pendidikan..h. 5
[13]
Departemen
Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, (Bandung: J-ART, 2002) h.317
[14]Nanang
Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: 2004, Rosdakarya), h.1.
[15]Husnul
Yaqin, Administrasi dan Manajamen Pendidikan, (Banjarmasin : IAIN
Antasari press Banjar-masin, 2011, h.3.
[17] ST. Vembriarto, Pengantar Perencanaan Pendidikan: Educational
Planning, (Yogyakarta: Andi
Offset, 1988), h. 39.
[19]
Departemen
Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, (Bandung: J-ART, 2002) h.418
[20]
Departemen
Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, h.423
[21]
Departemen
Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, h.223
[22]
Departemen
Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, h.451
[23]
Husaini Usman, Manajemen:
Teori,Praktek dan Riset Pendidikan..h. 5
[24]
Husaini Usman, Manajemen:
Teori,Praktek dan Riset Pendidikan..h.6
[25].
Abdurrahman al-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam
Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, terj. Herry Noer Ali, (Bandung ;
Diponegoro, 1992), hlm.30-32.
[26]
.Abdul Fattah Jalal, Asas-asas Pendidikan Islam, terj. Herry Nor Ali,
(Bandung : Diponegoro, 1998), hlm. 25-33.
[27].Ibid.,
hlm. 27.
[28]. Imam Bawani, Segi-Segi
Pendidikan Islam, (Surabaya; al-Ikhlas, 1987), hlm. 216.
[29]
Husaini Usman, Manajemen:
Teori,Praktek dan Riset Pendidikan..h.12
[30] E. Mulyasa, Menjadi
Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remajda Rosda Karya, 2005) h.
7
[31] Made Pidarta, Manajemen
Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT. Bina Aksara,1988),h. 3
[32] Nanang Fattah,
Landasan Manajemen Pendidikan,( Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 1996)h.15