Beranda

Minggu, 09 September 2018

PEMBELAJARAN KOTEMPORER DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


A.  Pendahuluan
Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan ajaran agama Islam, supaya kelak menjadi manusia yang cakap dalam menyelesaikan tugas hidupnya yang diridhai Allah SWT, sehingga terjalin kebahagiaan dunia dan akhirat.[1]Dari pengertian di atas dapat diketahui pendidikan tujuannya bukan hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan yang beragam tetapi juga pembinaan moral dan karakter agar bisa mencapai tujuan akhir yakni menjadi insan kamil.
Kemajuan zaman dan arus globalisasi yang tidak terhindarkan menyebabkan SDM dari suatu Negara dituntut untuk mampu mengikuti modernitas yang telah berkembang di dunia agar mampu bersaing dengan baik. Maka dari itu pendidikan umum selalu dinomor satukan dengan dalih segala kesuksesan dewasa ini dipandang dari tercapainya benda materil dalam jumlah yang majemuk. Sementara itu pendidikan Islam cenderung termarjinalkan baik dari pemerintah maupun masyarakat umum yang menyebabkan ketidakefektifan pendidikan Islam itu sendiri. Hal ini terlihat dengan kemrosotan moral dan akhlak dari masyarakat yang sebenarnya pernah mengenyam pendidikan agama Islam sewaktu sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.
 Alasan pendidikan Islam kurang mendapat perhatian dan tidak mengalami kemajuan yang signifikan dari segi output bisa disebabkan beberapa hal yaitu karena kurangnya visi, keshalehan individual beriring ketertinggalan teknologi, adanya dikotomi ilmu, dan tradisi berpikir normatif-deduktif.[2]
Seiring perkembangan zaman, pendidikan Islam mencoba membenahi diri. Pemerintah juga berupaya mendukung pengoptimalan dari pelaksanaan pendidikan Islam yang terangkum dalam kurikulum 2013. Empat aspek yaitu aspek spiritual, aspek sikap aspek pengetahuan dan aspek keterampilan merupakan bentuk kepedulian pemerintah dalam hal ini akademisi dan praktisi pendidikan untuk lebih memperhatikan pembentukan karakter dan akhlak peserta didik dengan harapan mencerdaskan kehidupan bangsa yang berakal dan bermoral.
Keberhasilan dari upaya pemerintah dengan membenahi kurikulum dapat diukur dari pelaksanaan pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah. Persoalannya disini adalah, apakah pembelajaran dalam PAI sudah mampu membentuk akhlak peserta didiknya. Sedangkan pada realitanya, strategi yang digunakan adalah pembelajaran klasik dengan menfokuskan pada pemahaman verbal peserta didik karena rata-rata materi dalam PAI bersifat doktrinal, abstrak, dan cenderung kurang menyentuh pada aspek keterampilan (psikomotorik). Berdasarkan latar belakang di atas pemakalah akan memaparkan tentang isu pembelajaran kontemporer dalam PAI dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kontemporer dalam  PAI?
2.      Bagaimana isu yang ada pembelajaran kontemporer dalam PAI?

B.  Pembelajaran Kontemporer dalam PAI
1.    Pembelajaran Kontemporer dalam PAI
a.    Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti aktifitas yang dilakukan sesorang atau peserta didik secara sepihak. Sementara pembelajaran melibatkan dua pihak yang meliputi dua unsur sekaligus yaitu mengajar dan belajar. Istilah pembelajaran ini merupakan perubahan istilah dari yang sebelumnya dikenal dengan istilah PBM (Proses belajar mengajar) atau KBM (Kegiatan belajar mengajar).[3]
Oemar Hamalik mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material, fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Secara sederhana pembelajaran merupakan upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang memadai.[4]
Dari dua definisi di atas, untuk definisi kedua memiliki makna yang lebih maju yakni lebih terfokus pada peserta didik. Memang itulah yang seharusnya terlaksana, pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik jadi siswa/peserta didiklah yang seharusnya aktif, sedangkan guru bukan hanya mentransfer pengetahuan dan internalisasi nilai tapi juga berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peran guru diibaratkan sebagai jembatan untuk mencapai ilmu yang diharapkan peserta didik.
Pendapat pemakalah ini didukung oleh pendapat R. Poppy Yaniawati yang mengatakan bahwa pola interaksi peserta didik dan guru merupakan hubungan yang setara antara dua manusia yang tengah mendewasakan diri, meskipun yang satu telah ada tahap yang seharusnya maju. Dengan kata lain guru dan peserta didik merupakan subjek yang masing-masing memiliki kesadaran dan kebijakan secara aktif. Dengan menyadari hal tersebut akan memungkinkan keterlibatan mental peserta didik secara optimal dalam merealisasikan pengalaman belajar.[5]
Sehubungan dengan pola interaksi tersebut maka peserta didik harus mutlak diperlakukan seperti peserta didik sebagai manusia. Selama ini pendidikan di Indonesia cenderung kurang memanusiakan manusia. Lebih condong pada “penjejalan materi” daripada penguasaan skill dan pembentukan karakter.

b.    Pengertian Pembelajaran Kontemporer
Pembelajaran kontemporer merupakan bagian dari bentuk pembelajaran selain dari pembelajaran behavioristik. Pembelajaran kontemporer juga sering disebut dengan pembelajaran konstruktivisme. Dalam konstruktivisme ini pengetahuan dibentuk oleh subjek aktif yang menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan subjek itu sendiri. Sedangkan struktur kognitif harus relevan dengan perubahan lingkungan. Proses adaptasi ini berlangsung terus menerus melalui proses rekonstruksi.[6]
Belajar dalam teori konstruktivisme merupakan suatu proses mengasimilasikan dan mengaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya lebih bisa dikembangkan. Dan subjek belajar mempunyai potensi masing-masing yang harus dibentuk sendiri dan dikembangkan dengan langkah-langkah mandiri.[7]
Dengan kata lain peserta didik harus aktif mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya dengan bantuan guru yang membantunya mengaitkan dengan pengalaman yang telah dimiliki di lingkungannya. Istilah umum dari pembelajaran kontemporer adalah pembelajaran aktif yang bukan hanya berlangsung pada satu arah yang dilakukan dengan metode tradisional saja (metode ceramah). Pendekatan tradisional dalam pembelajaran yang berupa teacher-centered secara perlahan diubah menjadi student-centered. 


2.    Isu Pembelajaran Kontemporer dalam PAI
Membicarakan masalah pembelajaran maka tidak bisa lepas dari kata kurikulum. Kurikulum yang sekarang bergulir yakni kurikulum 2013 merupakan suatu pengembangan atau tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (2004). Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung.[8]
Secara khusus pembelajaran berbasis kompetensi dalam kurikulum 2013 harus ditujukan untuk:[9]
a.       Memperkenalkan kehidupan kepada peserta didik sesuai dengan konsep learning to know, learning to do, learning to be dan learning to life together.
b.      Menumbuhkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya belajar dalam kehidupan, yang harus direncanakan dan dikelola secara sistematis.
c.       Memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada para peserta didik, agar mereka dapat belajar dengan tenang dan menyenangkan.
d.      Menumbuhkan proses pembelajaran yang kondusif bagi tumbuh kembangnya potensi peserta didik, melalui penanaman berbagai kompetensi dasar.
Maka dengan demikian, pembelajaran dalam kurikulum 2013 diharapkan mampu membentuk peserta didik yang siap untuk menghadapi kehidupan nyata, setelah diberikan suatu kondisi belajar yang lebih nyata dan banyak melibatkan lingkungan sekitar.
a.    Implikasi Pembelajaran Kontemporer dalam PAI
Secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang diaplikasikan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:[10]
1)      Pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri.
2)      Pengetahuan tidak dapat ditransfer oleh guru ke peserta didik tanpa keaktifan peserta didik untuk menalar.
3)      Peserta didik aktif mengonstruksi secara terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4)      Guru sekedar menjadi fasilitator agar proses konstruksi berjalan lancar.
5)      Menghadapi masalah yang relevan dengan peserta didik.
6)      Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7)      Mencari dan menilai pendapat peserta didik.
8)      Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan peserta didik.
b.    Macam-macam Model Pembelajaran Kontemporer
Dari berbagai prinsip konstruktivisme, pembelajaran pada kurikulum 2013 berfokus pada pembelajaran kontekstual (CTL), belajar tuntas, dan pembelajaran partisipatif.
1)   Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning)
CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.[11]
Peran guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Secara singkat CTL mempunyai ciri-ciri yaitu, bermakna, hubungan kelas dengan dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, kritis dan kreatif, inkuiri dan bertanya, komunikasi dan kolaborasi, penilaian otentik, refleksi, model dan masyarakat ikut belajar.[12]
Dalam pembelajaran kontekstual proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan memahami. Pembelajaran akan lebih bermakna bagi peserta didik karena merekalah yang mencari sumber belajar, informasi serta menganalisis informasi-informasi yang diperoleh, baik secara individu ataupun mendiskusikannya secara kelompok.
2)   Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi ysng dipelajari. Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing peserta didik.[13]
Pembelajaran tuntas merupakan salah satu solusi alternatif pemecahan masalah pendidikan terkait penguasaan materi peserta didik yang kurang. Penguasaan yang kurang ini dipicu juga dari faktor guru yang tidak memperhatikan tingkat penguasaan materi peserta didiknya. Guru terus menambahkan materi lain sementara materi sebelumnya belum dipahami secara menyeluruh oleh peserta didik.



3)   Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan pada partisipasi peserta didik. Yakni keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari peserta didik.
Untuk mendorong partisipasi peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain, memberikan pertanyaan dan menanggapi respon peserta didik secara positif, menggunakan pengalaman berstruktur, menggunakan beberapa instrumen dan menggunakan metode yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.[14]

C.    Analisa
Pendidikan Islam dipergunakan dalam dua hal, yaitu: satu, segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau lembaga untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa. Dua, keseluruhan lembaga pendidikan yang mendasarkan segenap program dan kegiatannya atas pandangan dan nilai-nilai Islam.
pendidikan Islam ialah usaha dalam pengubahan sikap dan tingkah laku individu dengan menanamkan ajaran-ajaran agama Islam dalam proses pertumbuhannya menuju terbentuknya kepribadian yang berakhlak mulia, Dimana akhlak yang mulia adalah merupakan hasil pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu individu yang memiliki akhlak mulia menjadi sangat penting keberadaannya sebagai cerminan dari terlaksananya pendidikan Islam.
Pendidikan agama islam disekolah memiliki peran yang sangat penting, karena di dalamnya terkandung beberapa norma, aturan, moral, akhlak, etika dan kesantunan yang harus dipatuhi oleh setiap aparat sekolah, dari kepala sekolah, guru, siswa sampai penjaga sekolah. Pendidikan agama islam juga berperan dalam mempercepat proses pencapaian tujuan pendidikan nasional dan memberi nilai pada mata pelajaran umum.
Agar keluaran pendidikan menghasilkan SDM yang sesuai harapan, harus dibuat sebuah sistem pendidikan yang terpadu. Artinya, pendidikan tidak hanya terkonsentrasi pada satu aspek saja. Sistem pendidikan yang ada harus memadukan seluruh unsur pembentuk sistem pendidikan yang unggul.
Dalam hal ini, minimal ada 3 hal yang harus menjadi perhatian, yaitu : Pertama, sinergi antara sekolah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan yang integral harus melibatkan tiga unsur di atas. Sebab, ketiga unsur di atas menggambarkan kondisi faktual obyektif pendidikan. Saat ini ketiga unsur tersebut belum berjalan secara sinergis, di samping masing-masing unsur tersebut juga belum berfungsi secara benar.
Mengingat pentingnya peran pendidikan agama islam, maka mata pelajaran ini harus diupayakan dapat dilaksanakan dengan baik agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Itu sebabnya titik sentral dari sasaran pembelajaran pendidikan agama islam adalah meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang bermoral. Membangun dan menyiapkan para siswa menjadi generasi penerus bangsa.
Diantara banyaknya isu-isu kontemporer yang berkembang pada pendidikan Islam pada saat ini salah satunya yang perlu diperhatikan adalah pembelajaran kontekstual (CTL). Pada praktiknya pembelajaran kontekstual belum maksimal dan cenderung kurang optimal dari segi pelaksanaan. Pembelajaran kontemporer disini terkait dengan pembelajaran aktif yang ada pada kurikulum 2013.
Hal ini terkendala dari profesionalisme guru yang sangat minim, seperti salah satunya kurang mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Selain itu fasilitas sekolah sering kurang memadai untuk mendukung keefektifan pembelajaran kontemporer yang sangat membutuhkan penguasaan IT bagi para guru. Dan khusus dalam mata pelajaran agama Islam yang ada dalam kurikulum 2013, materi-materi yang diajarkan masih dilakukan melalui strategi pembelajaran konvensional. RPP yang dibuat sudah mengacu pada pendekatan scientifik dan model pembelajarannya adalah pembelajaran kontekstual dan pembelajaran langsung. Namun kenyataannya sulit untuk dipraktikan mengingat materi PAI bersifat doktrinal sehingga peran guru masih banyak dalam pembelajaran kontemporer dan juga peserta didiknya kurang bisa diarahkan pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientifik. Berbeda hasil, ketika pembelajaran kontemporer ini dilakukan oleh mahasiswa.
Intinya pembelajaran kontemporer saat ini yang menggunakan pendekatan scientifik, model pembelajaran CTL dan pembelajaran langsung lebih cocok untuk andragogi (pendidikan orang dewasa) bukan untuk pendidikan anak sekolah (pedagogi). Hal ini dikarenakan budaya dari guru sendiri yang sudah sulit untuk tidak mendominasi di dalam kelas, selain itu administrasi juga memicu seorang guru untuk lebih condong melakukan penyampaian materi tanpa memedulikan tingkat pemahaman peserta didik


D.    Kesimpulan dan Penutup
Pembelajaran kontemporer juga sering disebut dengan pembelajaran konstruktivisme. Dalam konstruktivisme ini pengetahuan dibentuk oleh subjek aktif yang menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan subjek itu sendiri.
CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.



DAFTAR PUSTAKA
Abd. Rachman Assegaf. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Intregatif-interkonektif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Agus N. Cahyo. 2012. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Jogjakarta: Diva Press.

E. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ismail SM. Strategi Pembelahjaran Agama Islam Berbasis Paikem. Semarang: Rasail Media Grup.

Jamal Ma’mur Asmani. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM. Jogjakarta: Diva Press.

Mahfudz Salahuddin. et.al. 1987. Metodologi Pendidikan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.

R. Poppy Yuniawati. 2010. E-Learning: Alternatif Pembelajaran Kontemporer. Bandung: CV Armico.

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-mastery-learning-dalam-ktsp/. Diakses pada 8 mei 2018 






[1] Mahfudz Salahuddin, et.al, Metodologi Pendidikan Agama, Surabaya: Bina Ilmu, 1987, hal. 21.
[2] Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Intregatif-interkonektif, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011, hal 20-22.
[3] Ismail SM, Strategi Pembelahjaran Agama Islam Berbasis Paikem, Semarang: Rasail Media Grup, 2011, hal. 8.
[4] Ismail SM, Strategi Pembelahjaran Agama Islam Berbasis Paikem…. hal. 9
[5] R. Poppy Yuniawati, E-Learning: Alternatif Pembelajaran Kontemporer, Bandung: CV Armico, 2010, hal. 18.
[6] Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, Jogjakarta: Diva Press, 2012, hal. 29
[7] Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler… hal. 29
[8] E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, hal. 66.
[9] E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013….hal. 108.
[10] Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler…hal. 50
[11] E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013….hal. 110.
[12] Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM, Jogjakarta: Diva Press, 2011, hal.54.
[13]https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-mastery-learning-dalam-ktsp/ diakses pada hari Senin, 8 Mei 2018, jam 09.17 WIB.
[14] E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013….hal. 124.

0 komentar:

Posting Komentar