Seorang yang ingin memasuki atau mengambil
dzikir dari thoriqoh Syadzaliyah, persyaratan secara umumnya adalah Islam,
berakal, dewasa dan sudah paham ilmu syari’at minimal tentang amaliyah
sehari-hari, khususnya sholat. Jika dia seorang wanita yang sudah bersuami,
maka harus mendapatkan izin dari suaminya.
Sedang persyaratan khususnya dan tata caranya
adalah sebagai berikut;
1. Datang kepada guru Mursyid untuk memohon izin
memasuki thoriqohnya dan menjadi muridnya.Hal ini dilakukan sampai memperoleh izinnya
dan perkenannya.
2. Puasa tiga hari
(biasanya hari Selasa, Rabu, dan Kamis).
3. Setelah selesai
berpuasa, datang lagi pada guru mursyid dalam keadaan suci yang sempurna untuk
menerima talqin dzikir atau bai’at.
Setelah memperoleh talqin
dzikir atau bai’at dari guru musyid tersebut, yang berarti telah tercatat
sebagai anggota thoriqoh syadzaliyyah, maka dia berkewajiban untuk melaksanakan
aurad (wirid-wirid) sebagai berikut;
a. Rabithah kepada
guru mursyid.
b. Hadlrah Al-Fatihah
untuk;
1. Memohon ridlo Allah
Swt.
2. An-Nabiyyil
Musthofa Muhammad Saw
3. Hadlaratusy-Syaikh
Abul Hasan Ali Asy-Syadziliy dan ahli silsilahnya.
4. Guru mursyidnya dan
ahli silsilahnya.
c. Membaca istighfar
100x.
d. Membaca sholawat Nabi
100x sebagai berikut;
Dalam kondisi normal/biasa:
اللهم صل
على سيدنا محمد عبدك ونبيك ورسولك النبي الامي وعلى اله وصحبه وبارك وسلم تسليما
بقدر عظمة ذاتك فى كل وقت وحين
Dalam kondisi mendesak
atau musafir
صل على سيدنا محمد
e. Membaca tahlil/hailalah 100x, yang ditutup
dengan tiga kali membaca:
لا اله
الا الله سيدنا محمد رسول الله صلى عليه وسلام الله عليه وسلم
f. Kemudian dilanjutkan
3x membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى
g. Membaca Al-Fatihah
3x.
h. Membaca ayat kursi
sekali.
i. Membaca Al-Ikhlas
3x.
j. Membaca Al-Falaq
3x.
k. Membaca An-Nas 3x.
l. Membaca do’a.
Keterangan;
Untuk pelaksanaan puasa
tiga hari, tergantung pada petunjuk guru mursyidnya. Misalnya pada saat pertama
datang dan langsung mendapat izin serta perkenan dari guru mursyid untuk
bai’at, maka puasa bisa dilaksanakan setelah bai’at atau di qodlo’.
Pembacaan aurad
tersebut di atas dilakukan setiap hari 2 kali, yaitu setiap pagi (ba’da sholat
shubuh) dan sore (ba’da shalat maghrib).
Untuk bacaan aurad,
kemungkinan ada perbedaan antara guru mursyid yang satu dengan yang lainnya,
tetapi yang ini adalah sama, yaitu; istighfar 100 kali, sholawat Nabi ala
syadziliyah 100x dan tahlil 100x.
Sikap duduk pada saat
melaksanakan aurad tersebut bisa dengan tawarruk sholat atau murabba’ (bersila)
atau menurut guru mursyidnya.
Aurad tersebut di atas adalah untuk para
pemula, sedangkan bagi yang sudah meningkat pengajarannya maka sesuai dengan
petunjuk dan arahan guru mursyidnya.
Suluk Thoriqoh Syadziliyyah
Para murid thoriqoh Syadziliyah hendaknya
mengisi hari-harinya dengan suluk-suluk sebagai berikut;
1. Membaca Alqur’an dengan melihat mushaf
setiap hari walau hanya satu maqra’.
2. Melaksanakan shalat
lima waktu dengan berjama’ah.
3. Mengajarkan ilmu atau
mencari tambahan ilmu setiap hari.
Catatan:
1. Keterangan mengenai kaifiyah
atau tata cara pelaksanaan aurad Thoriqoh Syadziliyah ini diperoleh dari para
murid Sayyidisy Syaikh Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya,
dan dinukil dari kitab Aurad Ath-Thoriqoh Asy-Syadzaliyah Al-‘Uluwiyah yang
diterbitkan oleh kanzus sholawat Pekalongan Jawa Tengah.
2. Untuk kegiatan
irsyadat dan ta’limat yang dilakukan oleh Sayyidisy Syaikh Al-Habib Muhammad
Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya adalah sebagai berikut:
a. Setiap
malam rabu jam 20.00 sampai jam 21.30 WIB, dengan materi fiqh dan tashawuf
/kitab ihya ‘ulumudin (untuk umum, khususnya para muridin thoriqoh).
b. Setiap
rabu pagi jam 06.00 sampai jam 07.30 Wib, dengan materi fiqh dan kitab taqrib
(khusus para wanita).
c. Setiap
jum’at kliwon jam 06.00sampai jam 08.00 Wib, dengan materi thoriqoh dan
tashawuf/kitab jami’ul ushul fil ‘auliya’.(untuk umum khususnya para muridin
thoriqoh)
3. Sedangkan untuk bai’at
yang dilakukan oleh beliau adalah; setiap jum’at kliwon ba’da pengajian, yang
dilakukan secara massal (banyak orang). Sedang untuk bai’at yang dilakukan
secara perorangan atau jama’ah terbatas, tidak ada waktu khusus (tergantung
situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi masing-masing yang bersangkutan).
4. Adapun silsilah
kemursyidan Sayyidisy Syaikh Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin
Yahya ini adalah sebagai berikut:
As-Sayyid Al-Habib
Muhammad Luthfiy bin Ali bin Hasyim bin Yahya dari Sayyid Habib Muhammad Abdul
Malik dari Sayyid Habib Ahmad Nahrowiy Al-Makki dari Sayyid Sholeh Al-Mufti
Al-Hanafi dari Sayyid Ali bin Thohir Al-Madaniy dari Sayyid Ahmad Minatullah
Al-Maliki Al-Aazhuriy dari Sayyid Muhammad Al-Bahitiy dari Sayyid Yusuf
Adl-Dlaririy dari Sayyid Muhammad bin Al-Qasim As-Sakandariy dari Sayyid
Muhammad Az-Zurqoniy dari Sayyid Ali Al-Ajhuriy dari Sayyid Nur Al-Qorofiy dari
Sayyid Al-Hafidh Al-Qasqalaniy dari Sayyid Taqiyudin Al-Wasithi dari Sayyid
Abil Fath Al-Maidumiy dari Sayyid Abil ‘Abbas Al-Mursiy dari Sayyidisy Syaikh
Abil Hasan Ali Asy-Syadziliy dari Sayyid ‘Abdus Salam bin Masyis dari Sayyid
Abdurrahman Al-Madaniy Al-Maghribiy dari Sayyid Taqiyudin Al-Faqir dari Sayyid
Fakhrudin dari Sayyid Nuruddin dari SayyidTajudin dari Sayyid Syamsudin dari
Sayyid Zainuddin dari SayyidAbu Ishaq Ibrahim Al-Bashriy dari Sayyid Abul Qasim
Ahmad Al-Marwaniy dari Sayyid Sa’id dari Sayyid Sa’ad dari Sayyid Abu Muhammad
Fathus- Su’udi dari Sayyid Abu Muhammad Al-Ghozwaniy dari Sayyid Abu Muhammad
Jabir dari Sayyidina Hasan bin Ali r.a dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib
radliallahu anhum ajma’in dari Sayyidil mursalin Imamil Anbiya’ wal Atqiya’
Sayidina Muhammad Saw dari Jibril AS dari Allah SWT.
TIJANIYAH
Thoriqoh Tijaniyah di dalam mendidik
mengarahkan dan membina para muridnya yang dalam istilah mereka disebut Ikhwan
Thoriqoh Tijaniyyah atau Ikhwan Tijani mempunyai syarat- syarat dan
aturan-aturan sebagai berikut;
1. Syarat Masuk
Untuk memasuki atau mengambil wirid dzikir
dari Thoriqoh Tijaniyah, seorang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut;
a. Calon Ikhwan Tijaniy
tidak mempunyai wirid Thoriqoh.
b. Mendapatkan talqin
wirid Thoriqoh Tijaniyah dari orang yang mendapat izin yang sah untuk memberi
wirid Thoriqoh Tijaniyah.
Keterangan
1. Apabila calon Ikhwan Tijaniy telah masuk
thoriqoh lainnya, maka harus dilepaskan. Karena Thoriqoh Tijaniyah tidak boleh
dirangkap dengan thoriqoh lainnya.
2. Wirid dari selain Syaikh Ahmad At-Tijaniy
yang tidak termasuk ikatan thoriqoh, seperti hizib-hizib, shalawat dan
sebagainya, boleh diwiridkan oleh Ikhwan Tijaniy selama tidak mengurangi
kemantapannya terhadap Thoriqoh Tijaniyah
2. Kewajiban Ikhwan Tijaniy
Setelah seorang tercatat sebagai Ikhwan
tijaniy, maka dia mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut:
a. Harus menjaga syari’at.
b. Harus menjaga sholat
lima waktu berjama’ah bila mungkin.
c. Harus mencintai Syaikh
Ahmad At-Tijani selama-lamanya.
d. Harus menghormati
siapa saja yang ada hubungannya dengan Syaikh Ahmad At-Tijani.
e. Harus menghormati
semua Wali Allah dan semua thoriqoh.
f. Harus mantap pada
thoriqohnya dan tidak boleh ragu-ragu.
g. Selamat dari mencela
Thoriqoh Tijaniyah.
h. Harus berbuat baik
kepada kedua orang tua.
i. Harus menjauhi orang
yang mencela Thoriqoh Tijaniyah.
j. Harus mengamalkan
Thoriqoh Tijaniyah sampai akhir hayatnya.
3. Larangan atas Ikhwan
Tijani
a. Adapun hal-hal yang
tidak boleh dilakukan oleh seorang ikhwan tijani adalah sebagai berikut;
b. Tidak boleh mencaci,
membenci dan memusuhi Syaikh Ahmad At-Tijaniy.
c. Tidak boleh ziarah
kepada wali yang bukan Tijani, khusus mengenai robithah saja.
d. Tidah boleh memberi
wirid Thoriqoh Tijaniyah tanpa ada izin yang sah.
e. Tidak boleh meremehkan
wirid Thoriqoh Tijaniyah.
f. Tidak boleh memutuskan
hubungan dengan makhluk tanpa izin syara’,terutama dengan ikhwan Tijani.
g. Tidak boleh merasa
aman dari makrillah.
Keterangan
- Ziarah kepada wali yang
bukan Tijani yang tidak boleh adalah ziarah karena istimdad, tawassul,dan do’a.
Sedangkan ziarah untuk silaturrahim, untuk mengaji/menuntut ilmu atau ziarah
semata-mata karena Allah Swt, maka boleh.Bagi Ikhwan Tijani yang belum tahu ziarah
yang boleh dan yang tidak boleh, hendaknya jangan melaksanakan ziarah, karena
bisa membatalkan keterikatannya dengan Thoriqoh Tijaniyah.
- Yang dimaksud
meremehkan wirid ialah musim-musiman dalam melaksanakan wirid Thoriqoh
Tijaniyah, mengundurkan waktunya tanpa udzur dan melakukan wirid dengan
bersandar tanpa adanya udzur
- Makrillah adalah siksa
/azab Allah yang tampaknya seperti rahmat-Nya.
4. Aturan Melaksanakan Dzikir
Seorang Ikhwan Tijani
yang akan melaksanakan wirid atau dzikir Thoriqoh Tijaniyah, hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
a. Dalam keadaan normal,
suara bacaan dzikir harus terdengar oleh dirinya sendiri.
b. Harus suci dari
najis,baik badan, pakaian,tempat dan apa saja yang dibawanya.
c. Harus suci dari
hadats, baik besar maupun kecil.
d. Harus menutup aurat
seperti sholat, baik pria maupun wanita.
e. Tidak boleh berbicara.
f. Harus menghadap
kiblat.
g. Harus dengan duduk.
h. Harus ijtima’ dalam
melaksanakan dzikir wadhifah dan dzikir hailalah sesudah ‘Ashar pada hari
jum’at apabila di daerahnya ada ikhwan Tijani lain.
i. Istihdlorul-Qudwah,
yaitu saat melakukan wirid dari awal hingga akhir membayangkan seakan-akan
berada di hadapan Syaikh Ahmad At-Tijani dan lebih utama membayangkan Sayyidil
Wujud Muhammad Saw, dengan keyakinan bahwa beliaulah yang mengantarkan wushul
kepada Allah Swt.
j. Mengingat dan
memikirkan makna wirid dari awal sampai akhir. Kalau tidak bisa, hendaknya
memperhatikan dan mendengarkan bacaan wiridnya.
Keterangan
- Kalau ada udzur boleh
berbicara asal tidak lebih dari dua kata. Kalau lebih dari itu, maka wiridnya
batal, kecuali disebabkan oleh orangtuanya atau suaminya sekalipun bukan ikhwan
Tijani.
- Kalau ada udzur boleh
tidak menghadap kiblat, seperti sedang dalam perjalanan atau sedang berada
dalam ijtima’ (perkumpulan).
- Kalau ada udzur boleh
tidak duduk, seperti sakit atau dalam perjalanan.
5. Penyebab keluar dari Thoriqoh Tijaniyah
Seorang Ikhwan Tijani
dianggap keluar dari Thoriqoh ini jika:
- Mengambil wirid dari thoriqoh lain.
- Melanggar larangan ziarah kepada wali yang
di luar Tijani.
- Berhenti dari Thoriqoh
Tijaniyah.
6. Aurad Thoriqoh
Tijaniyah
Di dalam Thoriqoh
Tijaniyah ada dua macam dzikir yaitu :
a. Dzikir Lazim (yang
harus di amalkan) dan
b. Dzikir Ikhtiyari (yang
lebih baik kalau di amalkan).
Dan pada kesempatan ini
hanya dzikir lazim saja yang akan di jelaskan secara agak terperinci. Dzikir lazim yang harus
di amalkan oleh setiap ikhwan tijani terdiri dari tiga macam:
1. Wirid Lazim
Waktu Pelaksanaan
Wirid lazim di amalkan
dua kali sehari semalam, yaitu yang pertama, pagi hari (setelah shubuh sampai
waktu dhuha).Apabila ada udzur, maka waktunya bisa di undur sampai waktu
maghrib. Lebih baik serta
memperoleh keutamaan yang besar, jika diamalkan sebelum waktu shubuh dengan
syarat harus selesai ketika waktu shubuh telah tiba. Kedua, sore hari (setelah
ashar sampai waktu isya’). Apabila ada udzur, maka waktunya bisa diundur sampai
waktu shubuh.
Bacaan Wirid Lazim
a. Hadlrah Al-Fatihah kepada Nabi Muhammad Saw
dan Sayyidisy Syaikh Abil Abbas Ahmad bin Muhammad At-Tijaniy.
b. Membaca istighfar 100 kali.
c. Membaca Shalawat Nabi 100 kali, berupa
shalawat fatih sebagai berikut:
اللهم صل
على سيدنا محمد الفاتح لما اغلق والخاتم لما سبق ناصر الحق بالحق والهادى الى
صراطك المستقيم وعلى اله وصحبه حق قدره ومقداره العظيم
Atau Shalawat biasa ;
صل على
سيدنا محمدلا اله الا الله محمد رسول الله عليه سلام الله atau
اللهم صل
على سيدنا محمد
d. Membaca tahlil /hailalah 100 kali, yang
terakhir kalinya dipanjangkan lalu disambung dengan:
لا اله
الا الله محمد رسول الله عليه سلام الله
2. Wirid Wadhifah
Waktu Pelaksanaan
Wirid wadhifah dilaksanakan dua kali dalam
sehari semalam, yaitu siang hari dan malam hari. Kalau tidak bisa dua kali,
maka cukup sekali saja yaitu siang hari saja atau malam hari saja. Apabila
dalam sehari semalam tidak melaksanakan sama sekali maka wajib mengqodlo’.
Demikian pula jika wirid lazim sudah habis tapi belum mengerjakannya,maka harus
diqodlo’ juga.
Bacaan Wirid Wadhifah
a. Hadlrah Al-Fatihah sama dengan wirid lazim.
b. Membaca shalawat fattih sekali
c. Membaca isighfar 30 kali sebagai berikutò
استغفر
الله العظيم الذى لا اله الا هو الحي القيوم
d. Membaca Shalawat fatih 50 kali.
e. Membacatahlil atau hailalah 100 kali yang
ditutup seperti pada wirid lazim.
f. Membaca Shalawat Jauharaul Kamal 12 kali
sebagai berrikut:
اللهم صل
وسلم على عين الرحمة الربانية والياقوتة المتحققة الحائطة بمركز الفهوم والمعانى
ونور الاكوان المتكونة الادمي صاحب الحق الرباني البرق الاسطع بمزون الارباح
المالئة لكل متعرض من البحور والاوانى ونورك اللامع الذى ملأت به كونك الحائط
بامكنة المكانى, اللهم صل وسلم على عين الحقق التىتتجلىمنها عروش الحقائق عين
المعارف الاقوام صراطك التام الأسقم.
اللهم صل
وسلم على طلعة الحق بالحق الكنز الاعظم افاضتك منك اليك احاطة النور المطلسم صلى
الله عليه وعلى اله صلاة تعرفنا بها اياه.
g. Membaca do’a semampunya.
سبحان
ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين.
h. Diakhiri dengan membaca Al-Fatihah sekali dan shalawat
fatih sekali.
3. Wirid Hail'alah
Waktu Pelaksanaan
Wirid hailalah dilakukan setelah sholat ‘Ashar
hari jum’at sampai waktu maghrib. Apabila ada udzur dan tidak bisa
melaksanakannya sampai waktunya habis, tidak usah di qodlo’.
Bacaan Wirid Hailalah
Yang dibaca pada saat melaksanakan wirrid
hailalah adalah “Laa ilaaha illallah” atau “Allah” tanpa hitungan, mulai
setelah melaksanakan sholat ‘Ashar sampai maghrib. Kalau sendirian, membaca
sebanyak 1600 kali,atau 1500 kali, aau 1200 kali atau 1000 kali . Dan di akhiri dengan bacaan:
لا اله
الا الله سيدنا محمد رسول الله عليه سلام الله عليه وسلم.
Dengan suara keras danmemanjangkan bacaan “Laa ilaaha illallah”,lalu membaca:
سبحان
ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين.
7. Syarat Membaca Jauharatul Kamal
Dalam melaksanakan pembacaan wirid Shalawat
Jauharatul Kamal ada syarat-syarat yang harus di penuhi, yaitu sebagai berikut;
a. Harus dalam keadaan suci dari Najis, baik pada badan, pakaian, tempat, dan
apa saja yang dibawanya.
b. Harus dalam keadaan suci dari Hadats, baik hadats kecil atau besar dan
c. bersucinya harus
dengan air, tidak boleh dengan tayamum.
d. Harus menghadap qiblat.
e. Harus duduk dan tidak
boleh berjalan.
f. Tempatnya harus luas
dan cukup dengan tujuh orang.
Keterangan.
Sumber infomasi mengenai
Thoriqoh Tijaniyah ini adalah dari dua orang ulama’ muqoddam Thoriqoh
Tijaniyah, yaitu 1). KH.Abdur
Rasyid Anwar Pengasuh Pondok Pesantren “Al-Anwar” Pasawahan, Sindang Laut,
Cirebon. 2).KH.Abdullah Syifa’, salah satu pengasuh Pondok Pesantren “Buntet
Pesantren”, Buntet, Astana Japura, Sindang Laut , Cirebon. Yang Sanaad kedua
Muqoddam tersebut adalah sebagai berikut;
1. KH.Abdur Rasyid Anwar dari Syaikh KH.
Muhammad Akyas dari Ali bin Abdillah bin Musthofa At-Thayyib dari Syaikh Adam
bin Muhammad Sya-ib Al Barnawiy dari Syaikh Ahmad Al-Bannaniy Al-Fa-si dari
SyaikhAbdul Wahhab Al-Ahmar dari Syaikh Muhammad bin Al-Qasim Al-Bashriy yang
keduanya dari Sayyidisy Syaikh Ahmad At-Tijaniy dari Sayyidil Basar Sayidina wa
Maulana Muhammad Saw dengan cara talqin muwajahah (berhadap-hadapan)dan
Musyafahah (dari mulut ke mulut langsung).
Sanad lainnya : KH.Abdur Rasyid Anwar dari
Syaikh KH. Khawi dari Syaikh Muhammad Al-Hasyimi yang mashur dengan Al-Fahasyim
dari SyaikhSa’id dari Syaikh Umar bin Sa’id dari Syaikh Muhammad Al-Gholli dari
Syaikh Al-Qutb Al-Maktum wal-Makhtum Ahmad bin Muhammad Al-Hasani At-Tijani
dari Rasulullah Saw.
2. KH.Abdullah Syifa’ Dari Ayahandanya KH.
Muhammad Akyas dari Ali bin Abdillah bin Musthofa At-Thayyib dari Syaikh Adam
bin Muhammad Sya-ib Al Barnawiy dari Syaikh Ahmad Al-Bannaniy Al-Fa-si dari
SyaikhAbdul Wahhab Al-Ahmar dari Syaikh Muhammad bin Al-Qasim Al-Bashriy yang
keduanya dari Sayyidisy Syaikh Ahmad At-Tijaniy dari Sayyidil Basar Sayidina wa
Maulana Muhammad Saw dengan cara talqin muwajahah (berhadap-hadapan)dan
Musyafahah (dari mulut ke mulut langsung).
SYATHORIYAH
Di dalam mendidik, membimbing,dan membina para
murid, Thoriqoh Syathoriyyah menerapkan aturan-aturan sebagai berikut;
1. Syarat Masuk Thoriqoh Syathoriyah
Untuk menjadi anggota Thoriqoh Syathoriyah,
seseorang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.
a. Memperoleh talqin dzikir untuk mengamalkan
wirid Thoriqoh Syathoriyah.
b. Yang memberi talqin dzikir adalah mursyid atau
orang yang telah mendapatkan izin dan ijazah yang sah memberi wirid Thoriqoh
Syathoriyah.
2. Kewajiban Murid Syathoriyyah
Setelah menjadi anggota Thoriqoh Syathoriyah,
maka dia mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai beikut:
1.
a. Harus menjaga syari’at.
b. Harus menjaga sholat lima waktu berjama’ah
bila mungkin.
c. Harus mencintai Sayyidisy Syaikh Abdullah Asy-Syathari
selama-lamanya.
d. Harus menghormati siapa saja yang ada
hubungannya dengan Sayyidisy Syaikh Abdullah Asy-Syathari.
e. Harus menghormati semua wali Allah Swt dan
semua thoriqoh.
f. Harus mantap pada thoriqohnya dan tidak boleh
ragu-ragu.
g. Harus selamat dari mencela Thoriqoh Syathoriyah.
h. Harus berbuat baik kepada kedua orang tua.
i.
Harus menjauhi orang yang
mencela Thoriqoh Syathoriyah.
j.
Harus mengamalkan aurad
Thoriqoh Syathoriyah sampai akhir hayatnya.
3. Larangan Atas Murid
Syathoriyah
Seseorang yang telah
menjadi anggota Thoriqoh Syathoriyah, maka dia dilarang melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Mencaci, membenci dan memusuhi Sayyidisy Syaikh Abdullah Asy-Syathari.
b. Meremehkan wirid Thoriqoh Syathoriyah.
c. Memutuskn hubungan dengan makhluk tanpa ada
izin syara’,terutama dengan sesama anggota Thoriqoh Syathoriyah.
d. Merasa aman dari
makrillah.
4. Aturan Melaksanakan
Wirid Syathoriyah
Untuk melaksanakan wirid
atau dzikir dalam Thoriqoh Syathoriyah,hendaknya seseorang mempehatikan
aturan-aturan sebagai berikut;
a. Dalam keadaan normal hendaknya bacaan
wiridnya terdengar oleh dirinya sendiri.
b. Harus suci dari najis, baik pada pakaian,
badan ,tempat maupun apa saja yang dibawanya.
c. Harus suci dari
hadats,baik besar maupun kecil.
d. Harus menutup aurat sebagaimana
dalam keadaan sholat, baik laki-laki maupun perempuan.
e. Tidak boleh berbicara.
f. Harus menghadap
kiblat.
g. Harus dengan duduk.
h. Tashawwurr, yaitu
membayangkan wajah mursyidnya dengan memejamkan mata setelah membaca Al-Ikhlas,
Al-Mu’awwidzatain, istighfar, dan shalawat ummy serta sebelum hadlrah
Al-fatihah.
i. Memikirkan dan mengingat makna wirid yang
dibacanya dari awal sampai akhir. Kalau tidak bisa hendaknya memperhatikan dan mendengarkan bacaan
wiridnya.
Keterangan
Kalau ada udzur boleh berbicara asal tidak
lebih dari dua kata. Kalau lebih dari itu, maka wiridnya batal, kecuali
disebabkan oleh orangtuanya atau suaminya sekalipun bukan murid Syathariyah.
Kalau ada udzur boleh tidak menghadap
kiblat, seperti sedang dalam perjalanan atau sedang berada dalam ijtima’
(perkumpulan).
Kalau ada udzur boleh tidak duduk, seperti
sakit atau dalam perjalanan.
5. Aurad Thoriqoh Syathoriyah
Wirid –wirid yang
harus dibaca ketika melaksanakan amalan Thoriqoh Syathoriyyah adalah sebagai
beikut:
a. Membaca surat Al-Ikhlas 3 kali.
b. Membaca surat
Al-Falaq sekali.
c. Membaca surat
An-Nas sekali.
d. Membaca istighfar 3
kali, dengan sighot sebagai berikut:
استغفر
الله العظيم الذي لا اله الا هو الحي اليوم واتوب اليه.
e. Membaca shalawat ummy 3 kali sebagai berikut:
اللهم صل
على سيدنا محمد النبي الاميى وعلى اله وصحبه وسلم.
f. Tashawwur kepada mursyidnya.
g. Hadlrah Al-Fatihah kepada :
- Nabi Muhammad Saw
- Ahli silsilah Thoriqoh Syathoriyyah,
khususnya kepada Sayyidisy Syaikh Abdullah Asy-Syathori.
- Guru mursyidnya.
h. Istidrok bi Kalimah At-Tauhid, yaitu
membaca kalimah thoyyibah dengan memejamkan mata sambil menggenggam ibu jari
tangan dengan kedua tangan masing-masing, serta dengan memanjangkan bacaan
kalimah thoyyibah sekuat nafas dan membacanya di dalam hati saja dengan di
ulang tiga kali.
i. Membaca kalimah thoyibah lagi tujuh kali,
dengan dibaca biasa seperti pada umumnya.
j. Membaca kalimah Thoyibah lagi yang
sighotnya sebagai berikut;
لااله
الا الله, لا اله الا الله لا اله الا اللهم حمد رسول الله صلى الله عليه وسلم
كلمة حق عليها نحي وعليها نموت وعليها نبعث ان شاء الله تعالى من الامنين.
dan Membaca do’a yang diberikan oleh
mursyidnya.
6. Waktu Pelaksanaan
Untuk melaksanakan dalam Thoriqoh Syathoriyyah
seperti tersebut di atas,waktunya terbagi menjadi dua bagian, yaitu;
a. Ba’da dhuhur, ba’da ‘Ashar dan ba’da
maghrib.Diamalkan adalah tersebut di atas, baik urutannya maupun bacaannya,
yang jumlah semua kalimah thoyyibahnya adalah 13 kali.
b. Ba’da ‘Isya’ dan ba’da Shubuh. Diamalkan adalah juga sama, hanya ada sedikit
perbedaan yaitu pada huruf(i), jumlah kalimah thoyyibahnya adalah 107 kali.
Jadi jumlah semua kalimah thoyyibahnya adalah 113 kali.
Keterangan:
Sumber informasi mengenai Thoriqoh
Syathoriyyah ini adalah; 1).KH. Abdul Hamid bin KH.Anas bin KH.Abdul Jamil,
salah satu pengasuh Pondok Pesantren “Buntet Pesantren”, Buntet, Astana Japura,
Sindang Laut, Cirebon. 2).KH.M. Anis Wahdi Abbas bin KH. Ahmad Mustahdy bin KH.
Muhammad Abbas bin KH.Abdul Jamil , Cirebon. 3).KH.M Ni’amullah Khan bin KH.
Abdul Hamid bin KH Anas bin KH.Abdul Jamil, Cirebon.
Adapun sanad thoriqoh
(bukan kemursyidan) para beliau adalah sebagai berikut;
1. KH.Abdul Hamid bin Anas
dari KH.Ahmad Mustahdy dari ayahandanya KH.Muhammad Abbas dari ayahandanya
KH.Abdul Jamil dari Sayid Sholeh dari Syaikh Muhammad Anwar dari Syaikh Asy’ari
dari Syaikh Sayyid Muhammad As-Sayyid Al-Nadaniy dari Syaikh Sayyid Thohir bin
Ibrahim dari Syaikh Sayyid Ibrahim bin Thohir dari Syaikh Sayyid thohir dari
Ayahandanya ,Sayid Al-Mala’ Ibrahim Al-Mu’alli dari Syaikh Sayyid Ahmad bin
Muhammad Al-Qosyasiy Al-Qurosyi dari Syaikh Sayyid Ahmad Asy-Syanawi dari
Syaikh Sayyid Shibghotullah bin Ruhullah Jamal Al-Buruji Al-Husaini dari Syaikh
Sayyid Wajihuddin Muhammad Al-Ghouts Al-Alawiy dari Syaikh SayyidDhuhur Al-Hajj
Hudlur dari Syaikh SayyidAbul Fath Hidayatullah Sarmasat dari Syaikh Sayyid
Qodli Asy-Syathor dari Syaikh SayyidMaulan Abdullah Asy-Syathor dari Syaikh
Sayyid Muhammad bin Al-‘Arif dari Syaikh Sayyid Muhammad Al-‘Asyiq dari
Ayahandanya, Syaikh Khadzaqoli dari Syaikh Sayyid Abul Hasan Al-Khirqon dari
Syaikh Sayyid Abul Mudhoffar At-turk Ath-Thusi dari Khawajah Al-‘a’rabi Yazid
Al-‘Isyqi dari Khawajah Muhammad Al-Maghrabi dari Syaikh Sayyid Abu Yazid
Al-Bustami dari Syaikh Sayyidina Al-Imam Ja’far Ash-Shodiq dari Sayidina
Al-Imam Muhammad Al-Bagir Dari Sayidina Al-Imam Zainal Abidin dari Sayyina
Al-Imam Al-Husein dari Sayidina Al-Imam Ali bin Abi Thalib radliallhu anhum
ajma’in dari Sayyidina Rasulullah Saw dari Jibril AS dari Allah Swt.
2. KH.M.Anis Wahdy ‘Abbas dari KH.Abdullah Abbas dari KH.Ahmad Mustahdy dari
ayahandanya KH.Muhammad Abbas dari ayahandanya KH.Abdul Jamil dan seterusnya
sama dengan yang di atas.
SYATHORIYAH
NAQSYABANDIYAH MUJADDADIYAH
Untuk memasuki dan mengambil dzikir dari
thoriqoh Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, seorang harus melaksanakan
kaifiyah atau tata cara sebagai berikut:
1. Datang kepada calon guru
mursyid untuk meminta izin memasuki thoriqohnya dan menjadi muridnya. Hal ini
dilakukan sampai memperoleh izin dan perkenannya.
2. Mandi taubat setelah sholat isya’ sekaligus
berwudlu’ secara sempurna.
3. Sholat hajat dua
rakaat dengan niat masuk thoriqoh. Setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun
pada rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua.
4. Setelah salam membaca:
اللهم انى
اسئلك التوبة الانابة والاستقامة على الشريغة الغراء والطريقة البيضاء.
5. Dan dilanjutkan dengan
membaca istighfar 5 kali, atau 15 kali, atau 25 kali.
6. Membaca Al-Fatihah sekali dan
Al-Ikhlas tiga kali, dengan niat menghadiahkan pahalanya ke Hadlratusy Syaikh
Muhammad Bahaudin An-Naqsyabandiy, serta memohon pertolongannya mudah-mudahan
keinginannya masuk thoriqoh diterima.
7. Tidur miring ke kanan
dengan menghadap kiblat.
Setelah prosesi tersebut
dilaksanakan, maka selanjutnya menghadap calon guru mursyidnya lagi untuk
mendapatkan petunjuk dan pengarahan lebih lanjut, yang kemudian setelah itu
akan dilakukan talqin dzikir atau bai’at dari sang guru mursyid itu kepadanya.
Setelah menerima talqin
dzikir atau bai’at, maka dia sudah tercatat sebagai anggota thoriqoh
Naqsyabandiyyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, yang mempunyai kewajiban untuk
mengamalkan wirid-wirid sebagai berikut:
1. Membaca istighfar 5
kali,atau 15 kali, atau 25 kali.
2. Membaca al-Fatihah
sekali dan surat Al-Ikhlas 3 kali, yang dihadiahkan kepada para guru mursyid
thoriqoh ini sejak zaman ini sampai kepada Rasulullah Saw, hhususnya Hadlratusy
Syaikh Muhammad Baha-udin An-Naqsyabandiy.
3. Kedua bibir dirapatkan
sambil lidah ditekan dan gigi di rekatkan seperti orang mati, dan merasa bahwa
inilah nafas terakhirnya sambil memgingat alam qubur dan kiamat dengan berbagai
kerepotannya.
4. Rabithah kepada guru
mursyid.
5. Menenangkan dan
mengkonsentrasikan hati untuk senantiasa ingat pada Allah Swt.
6. Munajat dengan hatinya
membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى
7. Kemudian dengan
hatinya mewiridkan Ismudz-Dzat (Allah…Allah…Allah…)5000 kali, dengan tanpa
menggerakkan lidah, bibir,dan seluruh anggota tubuhnya kecuali jari penunjuk
untuk menarik hitungan tasbih. Dan setiap 100 kali diselingi membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى
8. Setelah selesai wirid,
diam sejenak dan rabithah kepada guru mursyid disertai permohonan anugerah
barakahnya, kemudian berdo’a sebagai berikut:
اللهم يا
حيى يا قيوم يا بديع السموات والارض ياملك الملك ياذاالجلال والاكرام, صل على
سيدنا محمد افضل صلواتك وعدد معلوماتك وعلى اله وصحبه وبارك وسلم كذالك, وارزقنا
الاستقامة على الشريعة الغراء والتمسك التام بهذه الطريقة النقشبندية المجددية
الخالدية, وةارزقنا كمال اتباع خير البرية صلى الله عليه وسلم والصدق فى محبة ورثة
اولى الحصوصية.
Keterangan:
·
Pelaksanaan pembacaan aurad (wirid-wirid) tersebut dilakukan sehari
sekali, waktunya bebas yang penting dicari waktu yang bisa istiqomah.
·
Sikap duduk pada saat membaca aurad tersebut adalah dengan duduk
tawarruk sholat terbalik, artinya telapak kaki kanan dimasukkan di bawah lutut
kaki kiri , kecuali ada udzur.
·
Para murid pemula cukup
mengamalkan aurad tersebut. Sedang untuk murid yang sudah meningkat ajarannya,
akan mendapatkan ajaran dzikir lainnya seperti dzikir Latho-if, Dzikir Nafi
Itsbat, Dzikir Wuquf, Dzikir Muroqobah Muthlak, Dzikir Muroqobah Ahadiyatul
Af’aal, Dzikir Muroqobah Ma’iyyah, dan Dzikir Tahlil bil lisan.
·
Disamping itu masih ada
ajaran Muroqobah, yaitu Muroqobah Aqrobiyah, Muroqobah Ahadiyah Adz-Dzat
Ash-Shomad dan Muroqobah Ahadiyyah Adz-Dzat Ash-Shirf wal Baht.
·
Disamping ada ajaran
suluk, khawajikan, dan tawajuhhan, yang semua hal tersebut di atas secara
terperinci dapat di baca dalam kitab Risalatul mubarakah, yang di susun oleh
Kiai Muhammad Hambali Sumardi Al-Quddusiy.
SULUK THORIQOH
Dalam Thoriqoh
Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, karena ada aturan-aturan tertentu
dalam kaifiyah atau tata caranya, yaitu sebagai berikut;
1. Memperoleh izin dari
guru mursyid atau izin dari orang yang telah mendapat ijazah dari guru
mursyidnya untuk mengajarkan suluk.
2. Kholwah, artinya
menyepi atau memisahkan diri dari anak istri atau saudara-saudaranya yang
sedang tidak melakukan suluk.
3. Berniat suluk selama
40 hari ,atau 20 hari atau minimal 10 hari, dengan niatan sebagai berikut:
نويت ان
ادخل فى السلوك اربعين يوما/ عشرين يوما/ عشرة ايام لاقتداء السلف الصالحين
ولاتباع النبي صلى الله عليه وسلم لله تعالى
Sedang rukun-rukun suluk
yang harus dipenuhi adalah;
a. Menyedikitkan bicara yang tidak perlu atau tidak ada
manfaatnya.
b. Menyedikitkan makan,namun juga jangan sampai kelaparan
sehingga tidak kuat melaksanakan ibadah atau dzikir.
c. Menyedikitkan tidur, artinya mengurangi tidur seperti
yang biasanya dilakukan.
d. Melanggengkan dzikir siang malam dengan memperhatikan
adab dan tata kramanya,dengan jumlah dzikir sesuai dengan tingkatan
pengajarannya.
e. Tawajjuhan 3 kali sehari semalam, Yaitu 1). Setelah
sholat Isya’ dengan terlebih dahulu mengkhatamkan khawajikan selain malam
selasa dan jum’at, 2).Pada waktu sahur setelah khataman khawajikan selain malam
selasa dan jum’at, 3).Setelah dhuhur dengan tanpa khataman khawajikan. Setelah
Ashar hanya dengan khataman khawajikan saja.
Di samping itu ada adab
atau tata krama suluk yang juga harus di perhatikan,yaitu sebagai berikut;
a. Ketika akan melakukan suluk, hendaknya minta
izin dahulu kepada guru mursyidnya.
b. Mandi taubat dan berwudlu dengan sempurrna.
c. Sholat hajat dua rakaat dengan niat memasuki suluk.
d. Ketika masuk ke tempat khalwat, membaca ta’awudz dan
basmalah dengan ikhlas.
e. Niat bersungguh-sungguh dalam ibadah dan memenjarakan
nafsu.
f. Melanggengkan wudlu’ (suci).
g. Tidak berbicara kecuali dzikrullah.
h. Melanggengkan rabithah kepada guru mursyidnya.
i.
Sungguh-sungguh memperhatikan sholat jum’at, jama’ah lima waktu,
sholat rowatib qobliyah dan ba’diyah dan sholat-sholat sunnah lainnya yang
muakkadah.
j.
Melanggengkan dzikir, baik jahri maupun sirri, baik dzikir nafi itsbat
maupun dzikir ismudz-dzat.
k. Membiasakan tidak tidur. Artinya tidak tidur
kecuali sangat kantuk dan kalaupun tidur niatnya untuk menghilangkan capeknya
badan.
l.
Tidak menyandarkan tubuhnya pada sesuatu dan tidak tiduran diatas
lemek (tikar ataupun lainnya).
m. Ketika keluar dari tempat khalwatnya
menundukkan kepala dan tidak melihat-lihat sesuatu kecuali ada perlu.
n. Ketika berbuka, tidak memakan makanan yang berasal dari
yang bernyawa.
Catatan
§ Keterangan tentang Thoriqoh Naqsyabandiah
Mujaddadiyah Kholidiyyah ini di nukil dari kitab risalatul mubarakah yang
disusun oleh kiai Muhammad Hambali Mawardi Al-Quddusy, disamping juga
penjelasan dari KH. M. Salman Dahlawiy seorang mursyid Thoriqoh Naqsyabandiah
Mujaddadiyah Kholidiyyah yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren
“Al-Manshur”, Popongan, Wonosari, Klaten, Jawa Tengah.
§ Untuk kegiatan suluk dan tawajjuhan khusus di
tempat KHM Salman Dahlawiy di adakan 3 kali dalam setahun.
§ Untuk kegiaan tawajjuhan umum diadakan sekali
dalam seminggu, yaitu setiap hari selasa sebelum dhuhur (antara jam 11.00-12.00
Wib).
§ Untuk kegiatan bai’at bisa dilakukan setiap
saat, kecuali bulan-bulan suluk.
Adapun sanad kemursyidan KH.M.Salman Dahlawiy
adalah sebagai berikut;
KH.M. Salman Dahlawiy dari Syaikh Manshur dari
Syaikh Muhammad Al-Hadi dari Syaikh Sulaiman Az-Zuhdi dari Syaikh Isma’il
Al-Barusiy dari Syaikh Sulaiman Al-Quraimi dari Syaikh Khalid Al-Baghdadiy dari
Syaikh Abdullah Ad-Dahlawiy dari Syaikh Habibillah dari Syaikh Nur Muhammad
Al-Badwaniy dari Syaikh Saifidin dari Syaikh Muhammad Ma’sum dari Syaikh Ahmad
Al-Faruqi dari Syaikh Muhammad Al-Baqi Billah dari Syaikh Muhammad Al-Khawajiki
dari Syaikh Darwisyi Muhammad dari Syaikh Muhammad Az-Zahid dari Syaikh
Ubaidilah Al-Ahrar dari Syaikh Ya’qub Al-Jarhi dari Syaikh Muhammad bin
‘Alaudin Al-Aththar dari Syaikh Muhammad Bahaudin An-Naqsyabandiy dari Syaikh
Amir Kullal dari Syaikh Muhammad Baba As-Samasi dari Syaikh Ali Ar-Rumaitini
dari Syaikh Mahmud Al-Anjir Ghajduwaniy dari Syaikh Yusuf Al-Hamadaniy dari
Syaikh Abi Ali Al-Fadl dari Syaikh Abil Hasan Ali Al-Kharqani dari Syaikh Abi
Yazid Thoifur Al-Bustami dari Syaikh Ja’far Ash-Shadiq dari Syaikh Qosim bin
Ash-Shidiq radliallahu anhum ajma’in dari Sayyidina Muhammad Rasulullah Saw
dari Sayyidina Jibril AS dari Allah SWT.
NAQSYABANDIYAH MUJADDADIYAH
Untuk memasuki dan mengambil dzikir dari
thoriqoh Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, seorang harus melaksanakan
kaifiyah atau tata cara sebagai berikut:
1. Datang kepada calon guru
mursyid untuk meminta izin memasuki thoriqohnya dan menjadi muridnya. Hal ini
dilakukan sampai memperoleh izin dan perkenannya.
2. Mandi taubat setelah sholat isya’ sekaligus
berwudlu’ secara sempurna.
3. Sholat hajat dua
rakaat dengan niat masuk thoriqoh. Setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun
pada rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua.
4. Setelah salam membaca:
اللهم انى
اسئلك التوبة الانابة والاستقامة على الشريغة الغراء والطريقة البيضاء.
5. Dan dilanjutkan dengan
membaca istighfar 5 kali, atau 15 kali, atau 25 kali.
6. Membaca Al-Fatihah sekali dan
Al-Ikhlas tiga kali, dengan niat menghadiahkan pahalanya ke Hadlratusy Syaikh
Muhammad Bahaudin An-Naqsyabandiy, serta memohon pertolongannya mudah-mudahan
keinginannya masuk thoriqoh diterima.
7. Tidur miring ke kanan
dengan menghadap kiblat.
Setelah prosesi tersebut
dilaksanakan, maka selanjutnya menghadap calon guru mursyidnya lagi untuk
mendapatkan petunjuk dan pengarahan lebih lanjut, yang kemudian setelah itu
akan dilakukan talqin dzikir atau bai’at dari sang guru mursyid itu kepadanya.
Setelah menerima talqin
dzikir atau bai’at, maka dia sudah tercatat sebagai anggota thoriqoh
Naqsyabandiyyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, yang mempunyai kewajiban untuk
mengamalkan wirid-wirid sebagai berikut:
1. Membaca istighfar 5
kali,atau 15 kali, atau 25 kali.
2. Membaca al-Fatihah
sekali dan surat Al-Ikhlas 3 kali, yang dihadiahkan kepada para guru mursyid
thoriqoh ini sejak zaman ini sampai kepada Rasulullah Saw, hhususnya Hadlratusy
Syaikh Muhammad Baha-udin An-Naqsyabandiy.
3. Kedua bibir dirapatkan
sambil lidah ditekan dan gigi di rekatkan seperti orang mati, dan merasa bahwa
inilah nafas terakhirnya sambil memgingat alam qubur dan kiamat dengan berbagai
kerepotannya.
4. Rabithah kepada guru mursyid.
5. Menenangkan dan
mengkonsentrasikan hati untuk senantiasa ingat pada Allah Swt.
6. Munajat dengan hatinya
membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى
7. Kemudian dengan
hatinya mewiridkan Ismudz-Dzat (Allah…Allah…Allah…)5000 kali, dengan tanpa
menggerakkan lidah, bibir,dan seluruh anggota tubuhnya kecuali jari penunjuk
untuk menarik hitungan tasbih. Dan setiap 100 kali diselingi membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى
8. Setelah selesai wirid,
diam sejenak dan rabithah kepada guru mursyid disertai permohonan anugerah
barakahnya, kemudian berdo’a sebagai berikut:
اللهم يا
حيى يا قيوم يا بديع السموات والارض ياملك الملك ياذاالجلال والاكرام, صل على
سيدنا محمد افضل صلواتك وعدد معلوماتك وعلى اله وصحبه وبارك وسلم كذالك, وارزقنا
الاستقامة على الشريعة الغراء والتمسك التام بهذه الطريقة النقشبندية المجددية
الخالدية, وةارزقنا كمال اتباع خير البرية صلى الله عليه وسلم والصدق فى محبة ورثة
اولى الحصوصية.
Keterangan:
·
Pelaksanaan pembacaan aurad (wirid-wirid) tersebut dilakukan sehari
sekali, waktunya bebas yang penting dicari waktu yang bisa istiqomah.
·
Sikap duduk pada saat membaca aurad tersebut adalah dengan duduk
tawarruk sholat terbalik, artinya telapak kaki kanan dimasukkan di bawah lutut
kaki kiri , kecuali ada udzur.
·
Para murid pemula cukup
mengamalkan aurad tersebut. Sedang untuk murid yang sudah meningkat ajarannya,
akan mendapatkan ajaran dzikir lainnya seperti dzikir Latho-if, Dzikir Nafi
Itsbat, Dzikir Wuquf, Dzikir Muroqobah Muthlak, Dzikir Muroqobah Ahadiyatul
Af’aal, Dzikir Muroqobah Ma’iyyah, dan Dzikir Tahlil bil lisan.
·
Disamping itu masih ada
ajaran Muroqobah, yaitu Muroqobah Aqrobiyah, Muroqobah Ahadiyah Adz-Dzat
Ash-Shomad dan Muroqobah Ahadiyyah Adz-Dzat Ash-Shirf wal Baht.
·
Disamping ada ajaran
suluk, khawajikan, dan tawajuhhan, yang semua hal tersebut di atas secara
terperinci dapat di baca dalam kitab Risalatul mubarakah, yang di susun oleh
Kiai Muhammad Hambali Sumardi Al-Quddusiy.
Suluk Thoriqoh
Dalam Thoriqoh
Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, karena ada aturan-aturan tertentu
dalam kaifiyah atau tata caranya, yaitu sebagai berikut;
1. Memperoleh izin dari
guru mursyid atau izin dari orang yang telah mendapat ijazah dari guru
mursyidnya untuk mengajarkan suluk.
2. Kholwah, artinya
menyepi atau memisahkan diri dari anak istri atau saudara-saudaranya yang sedang
tidak melakukan suluk.
3. Berniat suluk selama
40 hari ,atau 20 hari atau minimal 10 hari, dengan niatan sebagai berikut:
نويت ان
ادخل فى السلوك اربعين يوما/ عشرين يوما/ عشرة ايام لاقتداء السلف الصالحين
ولاتباع النبي صلى الله عليه وسلم لله تعالى
Sedang rukun-rukun suluk
yang harus dipenuhi adalah;
a. Menyedikitkan bicara yang tidak perlu atau tidak ada
manfaatnya.
b. Menyedikitkan makan,namun juga jangan sampai kelaparan
sehingga tidak kuat melaksanakan ibadah atau dzikir.
c. Menyedikitkan tidur, artinya mengurangi tidur seperti
yang biasanya dilakukan.
d. Melanggengkan dzikir siang malam dengan memperhatikan
adab dan tata kramanya,dengan jumlah dzikir sesuai dengan tingkatan
pengajarannya.
e. Tawajjuhan 3 kali sehari semalam, Yaitu 1). Setelah
sholat Isya’ dengan terlebih dahulu mengkhatamkan khawajikan selain malam
selasa dan jum’at, 2).Pada waktu sahur setelah khataman khawajikan selain malam
selasa dan jum’at, 3).Setelah dhuhur dengan tanpa khataman khawajikan. Setelah
Ashar hanya dengan khataman khawajikan saja.
Di samping itu ada adab
atau tata krama suluk yang juga harus di perhatikan,yaitu sebagai berikut;
a. Ketika akan melakukan suluk, hendaknya minta
izin dahulu kepada guru mursyidnya.
b. Mandi taubat dan berwudlu dengan sempurrna.
c. Sholat hajat dua rakaat dengan niat memasuki suluk.
d. Ketika masuk ke tempat khalwat, membaca ta’awudz dan
basmalah dengan ikhlas.
e. Niat bersungguh-sungguh dalam ibadah dan memenjarakan
nafsu.
f. Melanggengkan wudlu’ (suci).
g. Tidak berbicara kecuali dzikrullah.
h. Melanggengkan rabithah kepada guru mursyidnya.
i.
Sungguh-sungguh memperhatikan sholat jum’at, jama’ah lima waktu,
sholat rowatib qobliyah dan ba’diyah dan sholat-sholat sunnah lainnya yang
muakkadah.
j.
Melanggengkan dzikir, baik jahri maupun sirri, baik dzikir nafi itsbat
maupun dzikir ismudz-dzat.
k. Membiasakan tidak tidur. Artinya tidak tidur
kecuali sangat kantuk dan kalaupun tidur niatnya untuk menghilangkan capeknya
badan.
l.
Tidak menyandarkan tubuhnya pada sesuatu dan tidak tiduran diatas
lemek (tikar ataupun lainnya).
m. Ketika keluar dari tempat khalwatnya
menundukkan kepala dan tidak melihat-lihat sesuatu kecuali ada perlu.
n. Ketika berbuka, tidak memakan makanan yang berasal dari
yang bernyawa.
Catatan
§ Keterangan tentang Thoriqoh Naqsyabandiah
Mujaddadiyah Kholidiyyah ini di nukil dari kitab risalatul mubarakah yang
disusun oleh kiai Muhammad Hambali Mawardi Al-Quddusy, disamping juga
penjelasan dari KH. M. Salman Dahlawiy seorang mursyid Thoriqoh Naqsyabandiah
Mujaddadiyah Kholidiyyah yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren “Al-Manshur”,
Popongan, Wonosari, Klaten, Jawa Tengah.
§ Untuk kegiatan suluk dan tawajjuhan khusus di
tempat KHM Salman Dahlawiy di adakan 3 kali dalam setahun.
§ Untuk kegiaan tawajjuhan umum diadakan sekali
dalam seminggu, yaitu setiap hari selasa sebelum dhuhur (antara jam 11.00-12.00
Wib).
§ Untuk kegiatan bai’at bisa dilakukan setiap
saat, kecuali bulan-bulan suluk.
Adapun sanad kemursyidan KH.M.Salman Dahlawiy
adalah sebagai berikut;
KH.M. Salman Dahlawiy dari Syaikh Manshur dari
Syaikh Muhammad Al-Hadi dari Syaikh Sulaiman Az-Zuhdi dari Syaikh Isma’il
Al-Barusiy dari Syaikh Sulaiman Al-Quraimi dari Syaikh Khalid Al-Baghdadiy dari
Syaikh Abdullah Ad-Dahlawiy dari Syaikh Habibillah dari Syaikh Nur Muhammad
Al-Badwaniy dari Syaikh Saifidin dari Syaikh Muhammad Ma’sum dari Syaikh Ahmad
Al-Faruqi dari Syaikh Muhammad Al-Baqi Billah dari Syaikh Muhammad Al-Khawajiki
dari Syaikh Darwisyi Muhammad dari Syaikh Muhammad Az-Zahid dari Syaikh
Ubaidilah Al-Ahrar dari Syaikh Ya’qub Al-Jarhi dari Syaikh Muhammad bin
‘Alaudin Al-Aththar dari Syaikh Muhammad Bahaudin An-Naqsyabandiy dari Syaikh
Amir Kullal dari Syaikh Muhammad Baba As-Samasi dari Syaikh Ali Ar-Rumaitini
dari Syaikh Mahmud Al-Anjir Ghajduwaniy dari Syaikh Yusuf Al-Hamadaniy dari
Syaikh Abi Ali Al-Fadl dari Syaikh Abil Hasan Ali Al-Kharqani dari Syaikh Abi
Yazid Thoifur Al-Bustami dari Syaikh Ja’far Ash-Shadiq dari Syaikh Qosim bin
Ash-Shidiq radliallahu anhum ajma’in dari Sayyidina Muhammad Rasulullah Saw
dari Sayyidina Jibril AS dari Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar