BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses pembelajaran terjadilah perilaku mengajar dan perilaku
belajar, yang terkait dengan bahan pembelajaran. Behan pembelajaran dapat
berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap dan
keterampilan.Hasil penelitian para ahli tentang kegiatan guru dan siswa dalam
kaitannya dengan bahan pengajaran adalah model pembelajaran.Penelitian tentang
model pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa ahli di Amerika sejak 1950-an.
Rasulullah
SAW bersabda :
عَنْ أَبِيْ مُوْسَى قَالَ
كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بَعَثَ أَحَدًا
مِنْ أَصْحَابِهِ فِي بَعْضِ اَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا
وَيَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُا (رواه مسلم)
Artinya:
Dari Abu Burdah dari Abu Musa, ia berkata Rasulullah SAW ketika mengutus salah
seorang sahabat di dalam sebagian perintahnya Rasulullah SAW bersabda berilah
mereka kabar gembira dan janganlah mereka dibuat lari dan permudahkanlah
manusia dalam soal-soal agama dan janganlah mempersukar mereka (HR. Imam
Muslim)[1]
Perintah
Nabi di atas memberikan pelajaran kepada para pendidik bahwa di dalam
melaksanakan tugas pendidikan, para guru/pendidik dituntut untuk menciptakan
proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, berupaya membuat peserta
didik untuk merasa betah dan senang tinggal di sekolah bersamanya,dan bukan
sebaliknya justru memberikan kesan seram agar para siswa takut dan segan
kepadanya, karena sikap demikian justru akan membuat siswa tidak betah tinggal
di sekolah dan sekaligus akan sulit untuk bisa mencintai para guru beserta
semua ilmu ataupun pendidikan yang di berikan kepada mereka[2]
Hadist diatas menjelaskan
bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan semudah mungkin dan sekaligus
menyenangkan agar para peserta didik tidak tertekan secara psikologis dan
merasa bosan dengan suasana di kelas. Dengan pemilihan metode yang sesuai dan
tepat maka berjalannya proses pembelajaran akan mudah dan menyenangkan bagi
peserta didik. Suasana pembelajaran yang mudah dan menyenangkan ini akan
mempengaruhi minat belajar peserta didik untuk telibat aktif dalam proses
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan maksimal.
Desain pembelajaran merupakan
prinsip-prinsip penerjemahan
dari pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana untuk bahan-bahan dan
aktivitas-aktivitas instruksisional
(Smith and Ragan, 1993). Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa disain
pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu sistem yang berisi banyak komponen
yang saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut harus dikembangkan dan
diimplementasikan untuk kelengkapan suatu instruksional.
Sistem pengembangan instruksional sering kali direpresentasikan sebagai
model grafik. Beberapa tahun terakhir sejumlah model disain pembelajaran
diperkenalkan oleh beberapa ahli/tokoh. Gentry mengatakan bahwa model disain
pembelajaran adalah suatu representatif gafik tentang suatu pendekatan sistem,
yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan yang efektif dan efisien dari
pembelajaran.
Tujuan dari desain pembelajaran yaitu
membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien dan mengurangi tingkat kesulitan
pembelajaran (Morrison, Ross, dan Kemp, 2007).
B. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan
penulis dan pembaca dalam hal model-model dan desain-desainpembelajaran,
disamping itu juga makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok pada Mata Kuliah "Pembelajaran
PAI di Sekolah, Madrasah, Ponpes dan Perti”
C. Sistematika Penulisan Makalah
Adapun sistematika dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB
I PENDAHULUAN
BAB
II PEMBAHASAN
BAB
III TANGGAPAN
BAB
IV SIMPULAN
DAFTAR
PUSTAKA
|
(berisi:
Latar Belakang; Tujuan Penulisan Makalah;Sistematika Penulisan Makalah)
(berisi:
sub-pokok bahasan seperti tertuang pada buku sumber yang dijadikan acuan
pokok)
(berisi:
hasil tanggapan anggota kelompok dan kelompok tentang materi yang dibahas
secara cermat)
(berisi:
simpulan secara singkat dari materi pembahasan)
(berisi:
daftar rujukan sumber makalah dalam bentuk buku teks, dan artikel yang
diakses dari Internet)
|
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN
Kegiatan
pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa.Perilaku
guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.Perilaku mengajar dan
perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran.Bahan pembelajaran
dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap dan
keterampilan.Hasil penelitian para ahli tentang kegiatan guru dan siswa dalam
kaitannya dengan bahan pengajaran adalah model pembelajaran. Penelitian
tentang model pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa ahli di Amerika sejak
1950-an. Perintis penelitian model pembelajaran di Amerika adalah Marc Belth.
Penelitian tentang kegiatan pembelajaran berusaha menemukan model pembelajaran
yang akhirnya dapat diubah, diuji kembali dan dikembangkan dan selanjutnya
dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan pola pembelajaran yang
digunakan.
a.
Pengertian
Model Pembelajaran
Strategi menurut
Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Senada
dengan pendapatnya Kemp, Dick and Carey (1995) juga menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran
yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta. didik atau siswa.[3]. Sehinggadapat penulis simpulkan
bahwa model pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran agar
tercapai tujuan pembelajaran
Supaya implemenmtasi rencana
pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan
suatu metode untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian
satu strategi pembelajaran dapat menggunakan beberapa metode. MisaInya, untuk
melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus
metode tanya jawab ataubahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang
tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh sebab itu strategi
berbeda dengan metode. Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk
mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk
melaksanakan strategi. Dengan kata lain strategi adalah a plan of operation
achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving
something.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Roy Kellen (1998) mencatat bahwa terdapat dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat kepada guru dan
pendekatan yang berpusat kepada siswa. Pendekatan yang berpusat kepada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran
deduktif.Sedangkan pendekatan yang berpusat kepada siswa menurunkan strategi
pembelajaran inkuiri dan diskoveri serta
induktif.
b.
Dasar
Pertimbangan Pemilihan Model pembelajaran
Sebelum menentukan model pembelajaran
yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan,
yaitu ;
1.
Pertimbangan
terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan
adalah ;
a.
Apakah tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai yang berkenaan dengan kompetensi akademik,
kepribadian, social dan vokasional atau dikenal dengan domain kognitif, afektif
atau psikomotorik ?
b.
Bagaimana
kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin. dicapai ?
c.
Apakah untuk
mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik ?
2. Pertimbangan
yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran :
a.
Apakah pelajaran
materi itu berupa fakta, konsep, hukum
atau teori tertentu?
b.
Apakah untuk
mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak ?
c.
Apakah tersedia
bahan atau somber-sumberyang relevan untuk mempelajari materi itu ?
3. Pertimbangan
dari sudut peserta didik atau siswa
a.
Apakah model
pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik ?
b.
Apakah model
pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat dan kondisi peserta didik ?
c.
Apakah model
pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar
peserta didik ?
4. Pertimbangan
lainnya yang bersifat nonteknis
a.
Apakah untuk
mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja ?
b.
Apakah model
pembelajaran yang kita tetapkan
dianggap satu-satunya model yang dapat digunakan ?
c.
Apakah model pembelajaran
itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi ?
c. Pola-pola Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan tingkah
laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental
yang tejadi
dalam diri seseorang.
Pembelajaran pada hakikatnya
merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik secara langsung
seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan
menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya
perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai pola pembelajaran
Barry Morris mengklasifikasikan empat pola
pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk sebagai berikut:
1.
Pola Pembelajaran
Tradisional 1
Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa
menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga.Pola
pembelajaran ini tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan
pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa.
Dalam pola pengajaran tradisional ini, pengajar (guru) memegang peran
utama dalam menentukan isi dan metode pengajaran, termasuk dalam menilai
kemajuan belajar siswa. Guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa.
Dalam pola interaksi edukatif ini, guru kelas mendominasi kegiatan belajar
mengajar.
Pola pengajaran seperti ini belum atau tidak memberikan peluang pada
penggunaan teknologi dalam pengajaran., buku-buku, papan tulis, media
pengajaran, perpustakaan belum berperan dalam proses belajar mengajar. Pola
pengajaran seperti ini tida memberikan ruang bagi pengembangan teknologi dalam
pengajaran.
Pola pengajaran tradisional dalam pengajaran bahasa asing akan lebih
bertumpu pada keterampilan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara hanya
kadang-kadang.
2.
Pola Pembelajaran
Tradisional 2
Pola (guru dan alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini guru sudah dibantu
oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam
menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.Perkembangan ilmu
pengetahuan telah mempengaruhi pola pengajaran, sehingga timbul kecenderungan
membakukan masukan atau standarisasi input ke dalam sistem peengajaran.
Sementara itu, perkembangan teknologi, khususnya perlengkapan media dan
fasilitas pengajaran juga mengalami kemajuan.
Kecenderungan pembakuan ini selain dikarenakan alasan ekonomis, namun
juga memberikan keuntungan lain, yaitu memberikan keuntungan lain, yaitu
memudahkan adanya perbaikan control dalam proses pengajaran. Standarisasi ini
berlaku untuk pengadaan buku-buku sekolah, desain gedung dan fasilitas
sekolah, bentuk papan tulis, media instruksional, perpustakaan, dan
laboratorium.
Dampak munculnya input dalam pengajaran ini, maka
pla pengajaran mempunyai komponen-komponen baru berupa peralatan yang
dipergunakan oleh guru sebagai sarana untuk membantu pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar. Alat bentu pengajaran tersebut kemudian dikenal sebagai media pengajaran.
Munculnya media pengajaran merupakan sumber belajar lian selain guru di
dalam pola pengajaran model ini. Dalam pola ini, guru masih tetap memegang
peranan menentukan dalam mengontrol kegiatan belajar mengajar dikelas, nemun
tidak mutlak 100% karena sudah didukung oleh sumber belajar lain, yaitu media.
Dalam pengajaran bahasa asing, guru juga dituntut untuk mampu
mengoperasikan media pengajaran yang ada, baik tinggal mmanfaatkan ataupun
media yang harus dibua
3.
Pola Pembelajaran Guru dan
Media
Pola guru, media dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatasan
guru yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan
pembelajaran, guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai
sumber belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran, jadi siswa
dapat memperoleh informasi dari berbagai media sebagaii sumber belajar,
misalnya dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran,
media komputer dan internet. Pola ini merupakan pola pembelajaran bergantian
antara guru an medai berinteraksi dengan siswa.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi membawa
implikasi meluasnya cakrawala umat manusia dalam ilmu pengetahuan.Generasi saat
ini harus lebih banyak belajar daripada generasi masa lalu. Demikian pula generasi yang
akan datang juga harus menjadi generasi terdidik yang dapat menyesuaikan diri
dengan perkembangan teknologi.
Implikasi yang ditimbulkan dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perkembangan umat manusia dari generasi ke
generasi juga menuntut sistem pendidikan dan kepelatihan yang sangkil dan
mangkus.Segala macam pengetahuan dan pesan, baik yang verbal maupun nonverbal,
perlu ditransformasikan dalam sistem baru.Oleh sebab itu, maka kemudian media
bukan saja merupakan hasil pengetahuan manusia, namun juga merupakan sarana
mengkomunikasikan pengetahuan dan pesan tersebut.Terlebih lagi, bentuk
transformasi tersebut juga dapat sebagai sarana mengembangkan keterampilan
khusus dengan menggunakan teknik-teknik mutakhir.
Standarisasi pada input yang telah muncul pada pola pengajaran yang
dibantu dengan media,pada perkembangannya ternyata belum dapat menjamin hasil
belajar yang optimal. Oleh sebab itu diperlukan standarisasi lain dalam proses
belajar mengajar. Muncullah kecenderungan sistem belajar lain (selain guru)
yang dirancang sumber belajar tersebut berbentuk media yang disusun oleh
sekelompok ahli media. Jadi pola pengajaran yang berbentuk ini adalah pola yang
menghadirkan guru di satu sisi, dan guru dengan media di sisi lain, dan bersama-sama
berinteraksi dengan siswa.Dalam hal ini, kehadiran guru berfungsi untuk
melakukan kontrol terhadap disiplin dan minat belajar siswa. Sumber belajar
yang berbentuk media akan mengontrol penyajian materi pelajaran.
Dalam pengajaran bahasa asing, guru akan tetap muncul dan hadir di kelas,
namun media juga turut dikembangkan dengan detail secara bersama-sama.
Terlebih lagi dalam pengajaran keterampilan berbahasa, yang menuntut penguasaan
reseptif meupun produktif lisan dan tulis.
4.
Pola Pembelajaran Bermedia
Pola pembelajaran media dengan siswa atau pola
pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang
disiapkan bahan atau materi pembelajaran apa saja yang kemudian bahan tersebut
diaplikasikan pada media sebagai seumber belajar siswa yang utama.
Pola pengajaran ini muncul sebagai jawaban akan semakin meningkatnya
kebutuhan dalam kegiatan belajar mengajar, baik dari segi jumlah maupun mutu.
Munculnya tuntutan profesionalisme tenaga guru yang berkualitas tinggi. Jadi
jumlah tenaga pengajar yang tebatas juga turut memberi andil akan hadirnya pola
pengajaran ini. Sementara penambahan jumlah tenaga pengajar profesional tidak
dapat dilakukan secara kilat.Maka muncul upaya untuk menemukan dan
mengembangkan media pengajaran.
Tenaga pengajar yang profesional dapat diberi tugas untuk mempersiapkan
bahan pengajaran secara sistematis dan terprogram dalam bentuk modul atau paket
belajar. Keadaan siswa yang telah cenderung belajar dengan sistem mandiri, akan
memudahkan mereka dalam berinteraksi langsung dengan media pengajaran yang
telah dipersiapkan oleh para ahli media dan guru.
Dalam pengajaran bahasa asing, pola ini tidak mewajibkan bahkan
meniadakan guru. Pengajaran berlangsung dengan media pengajaran, misalnya dalam
proses belajar mengajar dengan modul, mesin pengajaran, dan pengajaran
berprogram dalam belajar mandiri. Kelemahan dari pola ini adalah bahwa dalam
kenyataannya, media tidak dapat mendidik siswa.Dengan pola pengajaran ini,
kehadiran guru dapat digantikan oleh media yang diciptakannya.[4]
Adapun jenis
pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan seperti dibawah ini:
1.
Pola guru-
murid: komunikasi sebagai satu arah
2.
Pola
guru-siswa-guru: ada kebalikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi
antara siswa.
3.
Pola
guru-murid-murid: ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
4.
Pola
guru-murid, murid-guru, murid-murid: interaksi optimal antara guru dengan
murid, dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi dan multi
arah).
5.
Pola
melingkar: setiap siswa giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak
diperkenankan berbicara dua kali sebelum semua siswa belum mendapat giliran.[5]
d. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri sebagai
berikut ;
1.
Berdasarkan
teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Model ini dirancang
untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
2.
Mempunyai misi
atau tujuan pendidikan tertentu, yaitu dirancang untuk mengembangkan proses
berpikir induktif
4. Dapat
dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajardi kelasyang
dirancang untuk memperbaikikreatifitas dalam pelajaranmengarang
5. Memiliki
bagian-bagian model yang dinamakan; 1. Urutan langkah-langkah pembelajaran; 2.
Adanya prinsip-prinsip reaksi; 3. Sistem sosial; 4. Sistem pendukung. Keempat
bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu
model pembelajaran.
6. Memiliki
dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, yang mans meliputi ; 1. Hasil
belajar yang dapat diukur; 2. Hasil belajar jangka panjang.
7. Membuat
persiapan mengajar dengan pedoman pembelajaran yang dipilihnya.
e. Model Pembelajaran Berdasarkan Teori
1. Model Interaksi Sosial
Model ini didasari oleh teori belajar
Gestalt (field theory), yaitu menitikberatkan hubungan yang harmonis
antara individu dengan masyarakat. Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang
terorganisasikan dan model ini akan lebih bermakna bila materi diberikan secara
utuh, bukan bagian-bagian.
Model ini juga mencakup strategi
pembelajaran ;
a.
Kerja Kelompok,
yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berperan serta dalam proses
bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery
skill dalam bidang akademik.
b.
Pertemuan Kelas,
yang bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggung
jawab, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
c.
Pemecahan
Masalah Sosial atau Social Inquiry, yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis.
d.
Bermain Peranan,
bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik menemukan
nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
e.
Simulasi Sosial,
bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai kenyataan sosial serta
menguji reaksi mereka.
2.
Model Pemrosesan Informasi
Model ini berdasarkan teori belajar kognitif dan berorientasi
pada, kemampuan siswa, memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Pemrosesan ini merujuk pada cara mengumpulkan dan menerima, stimulasi dari
lingkungan mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan
konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual. Dan bisa, diasumsikan bahwa,
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif
dari pembelajaran. Karena, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar.
Ada Sembilan langkah yang harus diperhatikan pendidik di
kelas berkaitan dengan pembelajaran pemrosesan
a.
Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa,
b.
Memberikan informasi
mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas
c.
Merangsang siswa, untuk memulai aktivitas pembelajaran
d.
Menyampaikan isi
pembelajaran sesuai dengan topik yang telah direncanakan
e.
Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa, dalam
pembelajaran
f.
Memberikan penguatan pada, perilaku pembelajaran
g.
Memberikan feedback terhadap perilaku yang
ditunjukkan siswa,
h.
Melaksanakan penilaian proses dan basil
i.
Memberikan kesempatan kepada, siswa untuk bertanya, dan
menjawab berdasarkan pengalamannya.
3.
Model Personal
Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu
berorientasi terhadap, pengembangan diri individu.Perhatian utarnanya, pada emosional
siswa untuk mengembangkan hubungan yang
produktif dengan lingkungannya.Model ini juga, berorientasi pada individu
dan perkembangan keakuan.
Menurut teori di atas, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas kondusif,
agar siswa merasa bebas dalam belajar dan
mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual.
4. Model Modifikasi Tingkah Laku
Model ini bertitik tolak dari teori
belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku
dengan cara memanipulasi penguatan. Dan model ini lebih menekankan pada aspek
perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati.
Ada empat fase dalam model modifikasi
tingkah laku ini, yaitu:
a.
Fase mesin
pembelajaran (CAI dan CBI)
b.
Penggunaan media
c.
Pengajaran
berprograma (tinier dan branching)
d.
Operant
conditioning dan operant reinforcement
Implementasi dari model modifikasi
tingkah laku ini adalah meningkadm ketelitian pengucapan pada anak, guru selalu
perhatian terhadap tingkah laku belajar siswa. Modifikasi tingkah laku anak
yang berkemampuan belajarnya rendah dengan memberikan reward, sebagai reinforcement
pendukung dan penerapaan prinsip pembelajaran individual terhadap
pembelajaran klasikal.
B. MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
Bagi siswa calon tenaga pengajar (guru),
aktifitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan dengan proses pembelajaran.
Sementara proses pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis, yang tiap
komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak. Sebagai suatu sistem,
proses belajar sating berkaitan dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Demikian pula halnya sistem
pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, dimana tujuan sistem disini adalah
untuk menimbulkan belajar (learning) yang komponen-komponen belajarnya
meliputi anak didik (siswa), pendidik, instruktur,guru, materi pembelajaran,
dan lingkungan pembelajaran. Agar proses pembelajaran, mata pelajaran tertentu
ini dapat terlaksana dengan baik,
maka salah satu yang perlu dibenahi adalah perbaikan kualitas tentang
pengajarnya. Dengan perbaikan ini, guru paling tidak dapat mengorganisasi
pembelajaran
dengan jalan menggunakan teori-teiri belajar, serta desain pembelajaran yang
dapat menimbulkan minat dan memotivasi anak didik (siswa) dalam belajar mata
pelajaran tersebut.[6]Seorang
guru sebelum mengajar seharusnya membuat terlebih dahulu desain/perencanaan
pembelajaran dengan model desain yang dianggap cocok untuk dikembangkan.
Ada beberapa definisi
tentang perencanaan, masing-masing memiliki rumusan yang berbeda antara satu
dan yang lainnya. Cunningham (1982) mengemukakan bahwa perencanaan adalah
menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan
asumsi-asumsi untuk masayang akan datang dengan tujuan untuk memvisualisasi dan
memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan
prilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam
penyelesaian. Perencanaan biasanya lebih menekankan pada usaha menyeleksi dan
menghubungkan sesuatu dengan kepentingan mass yang akan datang dan usaha untuk
mencapainya. Mengenai hal apa yang akan terwujud pada akhirnya dan bagaimana
usaha untuk mencapainya itu merupakan bagian dari perencanaan.[7]
Beberapa model pengembangan pembelajaran
antara lain: Model PPSI (Prosedur Pengembangan sistem Intruksiona) I, Model
Glasser, Model Jerodl E. Kemp, Gerlach & ely, Roomers dan model-model
lainnya.
a. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Intruksional)
Munculnya model PSSI dilator belakangi
oleh beberapa hal berikut:
1.
Pemberlakuan
kurikulum 1975, metode penyampaian adalah " Prosedur Pengembangan Sistem
Intruksional (PPSI)" untuk pengembangan satuan pembelajaran (RPP).
2.
Berkembangnya
paradigms "pendidikan sebagai suatu sistem", maka pembelajaran
menggunakan pendekatan sistem (PPSI).
3.
Guru masih
menggunakan paradigm "Transfer of Knowledge " belum pada
pembelajaran yang professional.
4.
Tuntutan
kurikulum 1975 yang berorientasi pada, tujuan, relevansi, efisiensi,
efektifitas dan kontinuitas.
5.
Sistem semester
pada, kurikulum 1975 menuntut perencanaan pengajaran sampai satuan materi
terkecil.
Konsep dari PPSI ini adalah bahwa,
sistem intruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan
yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan
satu sama lain dalam rangka, mencapai tujuan yang diinginkan. Fungsi PPSI
adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran
secara, sistemik dan sistematis.
Ada lima langkah-langkah pokok dari
pengembangan model PPSI ini yaitu:
1.
Merumuskan
Tujuan Pembelajaran (menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil
belajar, tingkah laku dan hanya ads satu kemampuan/tujuan).
2.
Pengembangan
Alat Evaluasi (menentukan jenis tes yang akan digunakan, menyusun item soal
untuk setiap tujuan).
3.
Menentukan
Kegiatan Belajar Mengajar (merumuskan sernua, kemungkinan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan, menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh).
4.
Merencanakan
Program Kegiatan Belajar Mengajar (merumuskan materi pelajaran, menetapkan
metode, yang digunakan dan menyusun program kegiatan/jadwal).
5.
Pelaksanaan (mengadakan pretest, menyampaikan materi pembelajaran, mengadakan posttest dan revisi)
Post test diberikan
kepada siswa setelah mengikuti program pembelajaran. Tes yang diberikan identik
dengan yang diberikan pada tes awal, perbedaannya terletak pada waktu dan
fungsinya.Kemudian hasil pre test dan post test itu diperbandingkan.[8]
Pre test berfungsi
untuk menilai kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran sebelum
pembelajaran diberikan, sedangkan post test berfungsi untuk menilai kemampuan
siswa mengenai penguasaan materi pelajaran setelah pembelajaran dilaksanakan.
Dengan demikian, dapat diketahui seberapa jauh keberhasilan program
pembelajaran yang telah dilakukan dalam rangka mencapai tujuan atau kompetensi
yang telah ditetapkan.
Adapun
kelebihan dan kekurangan dari pada Prosedur Pengembangan Sistem Intruksioner
(PPSI)
1.
Kelebihan PPSI
a. Lebih
tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran
bukan untuk mengembangkan sistem pempelajaran.
b. Uraiannya
tampak lebih lengkap dan sistematis.
c. Dalam pengembangannya
melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan,
perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan
masukan para ahli.
2.
Kekurangan PPSI
Bagi
pendidik memerlukan waktu, tenaga dan pikiran yang lebih karena guru harus
memberikan pretest dan post test untuk setiap unit
pelajaran.[9]
b. Model Glasser
Di awal paruh kedua
abad ke-20 ini mengajar masih diartikan sebagai sebuah proses pemberian bimbingan dan memajukan pembelajar siswa yang semuanya dilakukan dengan berpusat pada siswa (Kochhar,
1967:24). Pandangan Pedagogic dari ilmuan pendidikan di awal
paruh kedua abad ke-20 sudah berkembang menuju model pendidikan yang berpusat pada
siswa, hanya keterlibatan dan peran guru
dalam proses pembelajaran masih sangat besar.
Madeline Hunter
mengemukakan bahwa mengajar adalah sebuah proses membuat dan melaksanakan sebuah keputusan sebelum, selama dan sesudah proses
pembelajaran (Hunter, 1994: 6). Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan
yang dilakukan terhadap komponen-komponen
pembelajaran. Model Glasser adalah model yang paling sederhana.
Langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam mengembangkan desain pembelajaran
Model Glasser adalah sebagai berikut:
a.
Instruktutional Goals (Sistem Objektif)
Pembelajaran dilakukan secara langsung melihat atau
menggunakan objek sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran. Jadi,
Seorang siswa diharapkan langsung bersentuhan dengan objek pelajaran. Dalam hal
ini siswa leih ditekankan pada praktik.
b.
Entering Behavior (Sistem Input)
Pelajaran yang diberikan kepada siswa dapat diperlihatkan
dalam bentuk tingkah laku, misalnya siswa terjun langsung ke lapangan
c.
Intructutional Procedures (Sistem Operator)
Membuat prosedur pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa,
sehingga pembelajaran sesuia dengan prosedurnya.
d.
Performance Assesment (Output Monitor)
Pembelajaran diharapkana dapat mengubah penampilan atau
prilaku siswa secara tetap atau prilaku
siswa yang menetap
c. Model Gerlach dan Ely
Model pembelajaranmerupakan suatu cara yang sistematis dalam
mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai
tujuan
pendidikan tertentu.
Model pembelajaran Gerlach dan Ely ini 'mendesain
sebuah modelyang cocok digunakan untuk segala kalangan, dan model ini
menetapkan pemakaian produk teknologi pendidikan sebagai media dalam menyampaikan materi.
Adapun komponen-komponen model pembelajaran Gerlach dan Ely sebagai
berikut:
a. Merumuskan
Tujuan Pembelajaran (Specification of Objectives)
b. Menentukan
Isi Materi (Specification of Content)
c. Penilaian
Kemampuan Awal Siswa (Assessment of Entering Behaviors)
d. Menentukan
Strategi (Determination of Strategy)
e. Pengelompokan
Belajar (Organization of Groups)
f.
Pembagian Waktu,
(Allocation of time)
g. Menentukan
Ruangan (Allocation of Space)
h. Memilih
Media (Allocation of Resources)
i.
Evaluasi Hasil
Belajar (Evaluation of Permance)
j.
Menganalisis
Umpan Balik (Analysis of Feedback)
Model pembelajaran ini memiliki
perbedaan tersendiri dibanding dengan lainnya. Perbedaan yang paling kentara
adalah diadakannya pretest (tes awal) sebelum kegiatan belajar-mengajar
dilaksanakan, dan model pembelajaranGerlach dan. Ely sangat teliti sekali dalam
melaksanakan dan merencanakan pembelajaran, terbukti dengan diadakannya tahapan
pengelompokan belajar, perhitungan pembagian waktu, serta. pengaturan ruangan
belajar. Hal ini merupakan kelebihan tersendiri dari model Gerlach dan Ely yang
telah dikenal dan dikembangkan sejak 1971.
Model pembelajaran
ini memiliki sedikit kekurangan, diantaranya adalah tidak adanya tahapan
pengenalan karakteristik siswa sehingga sedikitnya akan membuat guru kewalahan
dalam menganalisis kebutuhan belajar siswa selama proses, pembelajaran.
d. Model Jerold E. Kemp
Jerold E. Kemp berasal dari California
state University di Sanjose. Ia mengembangkan model desain instruksional
yang paling awal bagi pendidikan Kemp memberikan bimbingan kepada, para
siswanya untuk berfikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan
pembelajaran. Model ini juga mengarahkan para pengembang desain instruksional
untuk melihat karakteristik para siswa serta menentukan tujuan- tujuan belajar
yang tepat.
Model pembelajaran Kemp berorientasi pada
perancangan pembelajaran yang menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan
sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta
ahli media yang akan bekerja
sebagai perancang pembelajaran.
Menurut Miarso dan Soekamto, model
pembelajaran Kemp dapat digunakan di semua tingkat pendidikan, mulai dari
Sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ada 4 unsur yang merupakan dasar dalam
membuat model Kemp:
1.
Untuk siapa,
program itu dirancang? (ciri pebelajar)
2.
Apa yang harus dipelajari?
(tujuan yang akan dicapai)
3.
Bagaimana isi
bidang studi dapat dipelajari dengan baik? (metode/strategi pembelajaran)
4.
Bagaimana
mengetahui bahwa proses belajar telah. berlangsung? (evaluasi)
e. Model Bela H.Banathy
Model pengembangan system pembelajaran ini berorientasi pada
tujuan pembelajaran.Langkah-langkah
pengembangan system pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan.Model
desain ini bertitik tolak dari pendekatan system (system approach), yang
mencakup keenam komponen (langkah) yang Baling berinterelasi dan berinteraksi
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat
melakukan perubahan dan perbaikan sehingga
tercipta suatu desain yang diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan
merumuskan tujuan pembelajaran khusus dengan mengacu pada tujuan pembelajaran
umum yang telah disiapkan dalam system.
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan
dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut:
Langkah 1 :
Merumuskan tujuan
Pada langkah
ini pengembang merumuskan tujuan pembelajaran, yang merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diharapkan untuk diker akan, diketahui,
dirasakan, dan sebagainya oleh peserta didik atau siswa sebagai hasil pengalaman
belajarnya.
Langkah 2: Mengembangkan
tes
Pada langkah
ini dikembangkan suatu tes sebagai alas evaluasi, yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar, atau
ketercapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik/siswa. Penyusunan
tes berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada langkah
sebelumnya.
Langkah
3: Menganalisis togas belajar
Pada langkah ini dirumuskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta
didik/siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, yakni
perubahan tingkah lake yang diharapkan.Pada langkah ini, perilaku awal peserta
didik/siswa perlu dinilai dan dianalisis.
Berdasarkan
gambar tentang perilaku awal tersebut dapat dirancang materi pelajaran dan
tugas-tugas belajar yang sesuai, sehingga mereka tidak perlu mempelajari hal-hal
yang telah diketahui atau telah dikuasai sebelumnya.
Langkah 4: Mendesain Sistem Pembelajaran
Pada langkah ini dikembangkan berbagai
alternatif dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang harus
dilakukan oleh siswa/peserta didik maupun kegiatan-kegiatan guru/tenaga
pengajar. Langkah ini dikembangkan sedemikian rupa, yang menjamin agar
peserta didik melaksanakan dan menguasai togas-togas yang telah dianalisis pada
langkah 3 desain system juga meliputi penentuan siswa yang mempunyai potensi
paling baik untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan oleh karena perlu
disediakan alternative kegiatan tertentu yang cocok. Selain dari itu, dalam
desain system supaya ditentukan waktu dan tempat melakukan kegiatankegiatan
pembalajaran.
Langkah
5: Melaksanakan Kegiatan dan mengetes hasil
System
yang sudah di desain selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk uji cobs di lapangan
(sekolah) dan di tes hasilnya. Hal-hal yang telah dilaksanakan dan dicapai oleh
peserta didik merupakan output dari implementasi system, yang harus dinilai
supaya dapat diketahui hingga mereka dapat mempertunjukan atau menguasai
tingkah lake sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran
Langkah
6: Melakukan Perubahan Untuk Perubahan
Pada langkah ini ditentukan, bahwa hasil
–hasil yang diperoleh dari evaluasi digunakan sebagai umpan balik bagi system
keseluruhan dan bagi kompinen-komponen system, yang pada gilirannya menjadi
dasar untuk mengadakan perubahan untuk perbaikan system pemabalajaran.
Kendatipun
6 komponen tersebut tampaknya sangat sederhana, namun untuk mengembangkan
rancangan system pembelajaran model ini memerlukan kemampuan akademik yang
cukup tinggi serta pengalaman yang memadai serta wawasan yang lugs.
Selain dari itu, proses pengemabnagan suatu system menuntut partisipasi
pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah, administrator, supervisor dan
kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat diterapkan dalam system sekolah.
f. Model Dick dan Carey
Berbagai model dapat dikembangkan dalam
mengorganisasi pengajaran.Salah satunya adalah model desain sistem pembelajaran
yang dikemukan oleh Dick dan Carey, model yang telah lama digunakan untuk
menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik.
Tujuan Umum pembelajaran harus diidentifikasi
karena sasaran akhir dan suatu program pembelajaran adalah tercapainya, tujuan
umum pembelajaran. Oleh karena itu setiap perancang harus mempertimbsngksn secara
mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukan.
Dick dan Carey menjelaskan bahwa tujuan
pengajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.[10]
Menurut model ini, sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance
goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan siswa
terlebih dahulu. Langkah-langkah desain pembelajaran menurut Dick and Carey
adalah:
a.
Mengidentifikasi
tujuan umum pembelajaran
b. Melaksanakan
analisis pembelajaran
c. Mengidentifikasi
tingkah lake masukan dan karakteristik siswa
d. Mennnuskan
tujuan performasi
e. Mengembangkan
butir-butir tes acuan patokan
f. Mengembangkan
strategi pembelajaran
g. Mengembangkan
dan memilih materi pembelajaran
h. Mendesain
dan melaksanakan evaluasi formatif
i.
Merevisi bahan
pembelajaran
j.
Mendesain dan
melaksanakan evaluasi sumatif
Penggunaan model Dick and Carey dalam
pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar:
1) Pada
awal proses pembelajaran siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal-hal
yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran.
2) Adanya
pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil
pembelajaran yang dikehendaki.
3) Menerangkan
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain
pembelajaran.
BAB
III
TANGGAPAN
Nilai Ujian Akhir Nasional, hingga saat ini
masih menjadi tolak ukur paling ampuh untuk melihat tingkat keberhasilan
siswa dan juga menjadi tolak ukur
kesuksesan guru dalam mengajar .
Model pembelajaran, dipandang
paling punya peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses
belajar mengajar. Karena ia bergerak dengan melihat kondisi kebutuhan siswa,
sehingga guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan tepat tanpa
mengakibatkan siswa mengalami kebosanan.
Berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan secara intensif melalui
berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar
siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta
meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas individu maupuh kelompok.
Dengan mempelajari
tentang model-model pembelajaran yang bermacam macam ini menambah ilmu
pengetahuan kita akan berbagai model atau cara seorang guru dalam penyampaian
materi pembelajaranya. Yang kemudian
kita bisa membandingkan satu model dengan model pembelajaran lainya mana yang
menurut kita kira-kira yang paling cocok dengan materi ajar kita, maka itu yang
akan kita contoh dan praktikan di dalam kelas
Pengembangan model
pembelajaran merupakan suatu keniscayaan yang harus dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
dikarenakan setiap guru memiliki sikap interest yang berbeda dalam menerima
materi plajaran yang disampaikan oleh guru.
Benar jika persiapan
desain pembelajaran harus dibuat sebelum kegiatan pembelajaran, dan seorang
guru harus menyediakan alternative desain pembelajaran yang efektif untuk
murid-muridnya. Seorang guru yang dengan matang telah memeprsiapkan perencanaan
kegiatan pembelajaran berlangsung, maka ia akan mampu menyampaikan bahan
ajarnya dengan tepat dan sesuai target. Penyampaianya akan lebih rapi dan
runtut sehingga tidak membingungkan peserta didik.
BAB III
SIMPULAN
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku,
yaitu guru dan siswa.Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah
belajar.Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan
pembelajaran.Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai
kesusilaan, seni, agama, sikap dan keterampilan.Hasil penelitian para ahli
tentang kegiatan guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan pengajaran adalah
model pembelajaran.
Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media
teknologi komunikasi dan isi untuk membatu agar dapat menjadi transfe
pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik Model-model desain
rencana pembelajaran adalah model PPSI, Model Banathy, Model Kemp, Model
Gerlach dan Elly, dan Model Dick dan Carrey.
Dalam model PPSI Pengajaran dipandang sebagai suatu
sistem, sub-sistem dari pengajaran, diantaranya tujuan pembelajaran, bahan
pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat-alat dan sumber pembelajaan dan
evaluasi. Model Kemp berorientasi pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh
Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi,
pelatih di bidang industry, serta ahli media yang akan bekerja sebagai
perancang pembelajaran. Model Banathy bertitik
tolak dari pendekatan system (system approach), yang mencakup keenam komponen
(langkah) yang Baling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Model Gerlach dan Elly menjadi suatu garis pedoman atau
suatu peta perjalanan karena model ini memperlihatkan keseluruhan proses pembelajaran
yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponenya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,(Bandung; Rosada Karya,2013);
Hamzah, 2011. "Mode! Pembeladjaran Menciptakan Proses Belojar mengojar yang
kreatif dan Efektir. (Jakarta: Bumi
Aksara.);
Hamzah, Nina, Satria. 2010. "Desain Pembelqjbran".
(Bandung: MQS Publishing);
Hamzah, Nina, Satria. 2010. "Desain Pembelqjdran".
(Bandung: MQS Publishing);
I Rusman, 2016. "Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru". (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada) ;
Ismail SM, Strategi Pembelajaran
Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : Rasail Media Group,2008) ;
Juwariyah, Hadist
Tarbawi, (Yogyakarta: TERAS, 2010) ;
Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1990);
Imam azhar, perncanaan system desain pembelajaran.( Lamongan: staidra.2013);
[2]Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM,
(Semarang : Rasail Media Group,2008)h. 13
[3]I Rusman, 2016."Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru".(Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada).
h. 131
[6]Hamzah, 2011."Mode!
Pembeidjaran Menciptakan Proses Belojar mengojar yang kreatif dan Efektir.(Jakarta:
Bumi Aksara) h. 82.
0 komentar:
Posting Komentar