Beranda

Selasa, 02 April 2019

DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dalam proses pembelajaran terjadilah perilaku mengajar dan perilaku belajar, yang terkait dengan bahan pembelajaran. Behan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap dan keterampilan.Hasil penelitian para ahli tentang kegiatan guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan pengajaran adalah model pembelajaran.Penelitian tentang model pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa ahli di Amerika sejak 1950-an.
Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِيْ مُوْسَى قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بَعَثَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِهِ فِي بَعْضِ اَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا وَيَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُا  (رواه مسلم)

Artinya: Dari Abu Burdah dari Abu Musa, ia berkata Rasulullah SAW ketika mengutus salah seorang sahabat di dalam sebagian perintahnya Rasulullah SAW bersabda berilah mereka kabar gembira dan janganlah mereka dibuat lari dan permudahkanlah manusia dalam soal-soal agama dan janganlah mempersukar mereka (HR. Imam Muslim)[1]
Perintah Nabi di atas memberikan pelajaran kepada para pendidik bahwa di dalam melaksanakan tugas pendidikan, para guru/pendidik dituntut untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, berupaya membuat peserta didik untuk merasa betah dan senang tinggal di sekolah bersamanya,dan bukan sebaliknya justru memberikan kesan seram agar para siswa takut dan segan kepadanya, karena sikap demikian justru akan membuat siswa tidak betah tinggal di sekolah dan sekaligus akan sulit untuk bisa mencintai para guru beserta semua ilmu ataupun pendidikan yang di berikan kepada mereka[2]
Hadist diatas menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan semudah mungkin dan sekaligus menyenangkan agar para peserta didik tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan dengan suasana di kelas. Dengan pemilihan metode yang sesuai dan tepat maka berjalannya proses pembelajaran akan mudah dan menyenangkan bagi peserta didik. Suasana pembelajaran yang mudah dan menyenangkan ini akan mempengaruhi minat belajar peserta didik untuk telibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan maksimal.
Desain pembelajaran merupakan prinsip-prinsip penerjemahan dari pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana untuk bahan-bahan dan aktivitas-aktivitas instruksisional (Smith and Ragan, 1993). Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa disain pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu sistem yang berisi banyak komponen yang saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut harus dikembangkan dan diimplementasikan untuk kelengkapan suatu instruksional.
Sistem pengembangan instruksional sering kali direpresentasikan sebagai model grafik. Beberapa tahun terakhir sejumlah model disain pembelajaran diperkenalkan oleh beberapa ahli/tokoh. Gentry mengatakan bahwa model disain pembelajaran adalah suatu representatif gafik tentang suatu pendekatan sistem, yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan yang efektif dan efisien dari pembelajaran.
Tujuan dari desain pembelajaran yaitu membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien dan mengurangi tingkat kesulitan pembelajaran (Morrison, Ross, dan Kemp, 2007).



B.     Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan penulis dan pembaca dalam hal model-model dan desain-desainpembelajaran, disamping itu juga makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok pada Mata Kuliah "Pembelajaran PAI di Sekolah, Madrasah, Ponpes dan Perti

C.    Sistematika Penulisan Makalah
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN


BAB II PEMBAHASAN


BAB III TANGGAPAN



BAB IV SIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA

(berisi: Latar Belakang; Tujuan Penulisan Makalah;Sistematika Penulisan Makalah)

(berisi: sub-pokok bahasan seperti tertuang pada buku sumber yang dijadikan acuan pokok)

(berisi: hasil tanggapan anggota kelompok dan kelompok tentang materi yang dibahas secara cermat)

(berisi: simpulan secara singkat dari materi pembahasan)

(berisi: daftar rujukan sumber makalah dalam bentuk buku teks, dan artikel yang diakses dari Internet)







BAB II
PEMBAHASAN

A.    MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa.Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran.Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap dan keterampilan.Hasil penelitian para ahli tentang kegiatan guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan pengajaran adalah model pembelajaran. Penelitian tentang model pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa ahli di Amerika sejak 1950-an. Perintis penelitian model pembelajaran di Amerika adalah Marc Belth. Penelitian tentang kegiatan pembelajaran berusaha menemukan model pembelajaran yang akhirnya dapat diubah, diuji kembali dan dikembangkan dan selanjutnya dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan pola pembelajaran yang digunakan.
a.      Pengertian Model Pembelajaran
Strategi menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapatnya Kemp, Dick and Carey (1995) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu perangkat materi dan  prosedur pembelajaran  yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta. didik atau siswa.[3]. Sehinggadapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran
Supaya implemenmtasi rencana pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan suatu metode untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian satu strategi pembelajaran dapat menggunakan beberapa metode. MisaInya, untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab ataubahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh sebab itu strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain strategi adalah a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Roy Kellen (1998) mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat kepada guru dan pendekatan yang berpusat kepada siswa. Pendekatan yang berpusat kepada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif.Sedangkan pendekatan yang berpusat kepada siswa menurunkan strategi pembelajaran inkuiri dan diskoveri serta induktif.
b.      Dasar Pertimbangan Pemilihan Model pembelajaran
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu ;
1.      Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah ;
a.         Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, social dan vokasional atau dikenal dengan domain kognitif, afektif atau psikomotorik ?
b.        Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin. dicapai ?
c.         Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik ?

2.      Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran :
a.      Apakah pelajaran materi itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b.     Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak ?
c.      Apakah tersedia bahan atau somber-sumberyang relevan untuk mempelajari materi itu ?
3.      Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa
a.       Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik ?
b.      Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat dan kondisi peserta didik ?
c.       Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik ?

4.      Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis
a.         Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja ?
b.         Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model yang dapat digunakan ?
c.         Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi ?

c.       Pola-pola Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental yang tejadi dalam diri seseorang.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran
Barry Morris mengklasifikasikan empat pola pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk sebagai berikut:
1.      Pola Pembelajaran Tradisional 1
Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga.Pola pembelajaran ini tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa.
Dalam pola pengajaran tradisional ini, pengajar (guru) memegang peran utama dalam menentukan isi dan metode pengajaran, termasuk dalam menilai kemajuan belajar siswa. Guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Dalam pola interaksi edukatif ini, guru kelas mendominasi kegiatan belajar mengajar.
Pola pengajaran seperti ini belum atau tidak memberikan peluang pada penggunaan teknologi dalam pengajaran., buku-buku, papan tulis, media pengajaran, perpustakaan belum berperan dalam proses belajar mengajar. Pola pengajaran seperti ini tida memberikan ruang bagi pengembangan teknologi dalam pengajaran.
Pola pengajaran tradisional dalam pengajaran bahasa asing akan lebih bertumpu pada keterampilan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara hanya kadang-kadang.
2.      Pola Pembelajaran Tradisional 2
Pola (guru dan alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini guru sudah dibantu oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.Perkembangan ilmu pengetahuan telah mempengaruhi pola pengajaran, sehingga timbul kecenderungan membakukan masukan atau standarisasi input ke dalam sistem peengajaran.
Sementara itu, perkembangan teknologi, khususnya perlengkapan media dan fasilitas pengajaran juga mengalami kemajuan.
Kecenderungan pembakuan ini selain dikarenakan alasan ekonomis, namun juga memberikan keuntungan lain, yaitu memberikan keuntungan lain, yaitu memudahkan adanya perbaikan control dalam proses pengajaran. Standarisasi ini berlaku untuk pengadaan buku-buku sekolah, desain gedung  dan fasilitas sekolah, bentuk papan tulis, media instruksional, perpustakaan, dan laboratorium.
Dampak munculnya input dalam pengajaran ini, maka pla pengajaran mempunyai komponen-komponen baru berupa peralatan yang dipergunakan oleh guru sebagai sarana untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Alat bentu pengajaran tersebut kemudian dikenal sebagai media pengajaran.
Munculnya media pengajaran merupakan sumber belajar lian selain guru di dalam pola pengajaran model ini. Dalam pola ini, guru masih tetap memegang peranan menentukan dalam mengontrol kegiatan belajar mengajar dikelas, nemun tidak mutlak 100% karena sudah didukung oleh sumber belajar lain, yaitu media.
Dalam pengajaran bahasa asing, guru juga dituntut untuk mampu mengoperasikan media pengajaran yang ada, baik tinggal mmanfaatkan ataupun media yang harus dibua
3.      Pola Pembelajaran Guru dan Media
Pola guru, media dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatasan guru yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran, jadi siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media sebagaii sumber belajar, misalnya dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran, media komputer dan internet. Pola ini merupakan pola pembelajaran bergantian antara guru an medai berinteraksi dengan siswa.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi membawa implikasi meluasnya cakrawala umat manusia dalam ilmu pengetahuan.Generasi saat ini harus lebih banyak belajar daripada generasi masa lalu. Demikian pula generasi yang akan datang juga harus menjadi generasi terdidik yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.
Implikasi yang ditimbulkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan umat manusia dari generasi ke generasi juga menuntut sistem pendidikan dan kepelatihan yang sangkil dan mangkus.Segala macam pengetahuan dan pesan, baik yang verbal maupun nonverbal, perlu ditransformasikan dalam sistem baru.Oleh sebab itu, maka kemudian media bukan saja merupakan hasil pengetahuan manusia, namun juga merupakan sarana mengkomunikasikan pengetahuan dan pesan tersebut.Terlebih lagi, bentuk transformasi tersebut juga dapat sebagai sarana mengembangkan keterampilan khusus dengan menggunakan teknik-teknik mutakhir.
Standarisasi pada input yang telah muncul pada pola pengajaran yang dibantu dengan media,pada perkembangannya ternyata belum dapat menjamin hasil belajar yang optimal. Oleh sebab itu diperlukan standarisasi lain dalam proses belajar mengajar. Muncullah kecenderungan sistem belajar lain (selain guru) yang dirancang sumber belajar tersebut berbentuk media yang disusun oleh sekelompok ahli media. Jadi pola pengajaran yang berbentuk ini adalah pola yang menghadirkan guru di satu sisi, dan guru dengan media di sisi lain, dan bersama-sama berinteraksi dengan siswa.Dalam hal ini, kehadiran guru berfungsi untuk melakukan kontrol terhadap disiplin dan minat belajar siswa. Sumber belajar yang berbentuk media akan mengontrol penyajian materi pelajaran.
Dalam pengajaran bahasa asing, guru akan tetap muncul dan hadir di kelas, namun media juga turut dikembangkan dengan detail secara bersama-sama. Terlebih lagi dalam pengajaran keterampilan berbahasa, yang menuntut penguasaan reseptif meupun produktif lisan dan tulis.
4.      Pola Pembelajaran Bermedia
Pola pembelajaran media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan bahan atau materi pembelajaran apa saja yang kemudian bahan tersebut diaplikasikan pada media sebagai seumber belajar siswa yang utama.
Pola pengajaran ini muncul sebagai jawaban akan semakin meningkatnya kebutuhan dalam kegiatan belajar mengajar, baik dari segi jumlah maupun mutu. Munculnya tuntutan profesionalisme tenaga guru yang berkualitas tinggi. Jadi jumlah tenaga pengajar yang tebatas juga turut memberi andil akan hadirnya pola pengajaran ini. Sementara penambahan jumlah tenaga pengajar profesional tidak dapat dilakukan secara kilat.Maka muncul upaya untuk menemukan dan mengembangkan media pengajaran.
Tenaga pengajar yang profesional dapat diberi tugas untuk mempersiapkan bahan pengajaran secara sistematis dan terprogram dalam bentuk modul atau paket belajar. Keadaan siswa yang telah cenderung belajar dengan sistem mandiri, akan memudahkan mereka dalam berinteraksi langsung dengan media pengajaran yang telah dipersiapkan oleh para ahli media dan guru.
Dalam pengajaran bahasa asing, pola ini tidak mewajibkan bahkan meniadakan guru. Pengajaran berlangsung dengan media pengajaran, misalnya dalam proses belajar mengajar dengan modul, mesin pengajaran, dan pengajaran berprogram dalam belajar mandiri. Kelemahan dari pola ini adalah bahwa dalam kenyataannya, media tidak dapat mendidik siswa.Dengan pola pengajaran ini, kehadiran guru dapat digantikan oleh media yang diciptakannya.[4]
Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan seperti dibawah ini:
1.      Pola guru- murid: komunikasi sebagai satu arah
2.      Pola guru-siswa-guru: ada kebalikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antara siswa.  
3.      Pola guru-murid-murid: ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
4.      Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid: interaksi optimal antara guru dengan murid, dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi dan multi arah).
5.      Pola melingkar: setiap siswa giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali sebelum semua siswa belum mendapat giliran.[5]
d.      Ciri-ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri sebagai berikut ;
1.         Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
2.         Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, yaitu dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif
4.      Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajardi kelasyang dirancang untuk memperbaikikreatifitas dalam pelajaranmengarang
5.      Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan; 1. Urutan langkah-langkah pembelajaran; 2. Adanya prinsip-prinsip reaksi; 3. Sistem sosial; 4. Sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
6.      Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, yang mans meliputi ; 1. Hasil belajar yang dapat diukur; 2. Hasil belajar jangka panjang.
7.      Membuat persiapan mengajar dengan pedoman pembelajaran yang dipilihnya.

e.       Model Pembelajaran Berdasarkan Teori
1.      Model Interaksi Sosial
Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory), yaitu menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat. Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan dan model ini akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh, bukan bagian-bagian.
Model ini juga mencakup strategi pembelajaran ;
a.         Kerja Kelompok, yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skill dalam bidang akademik.
b.         Pertemuan Kelas, yang bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
c.         Pemecahan Masalah Sosial atau Social Inquiry, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis.
d.        Bermain Peranan, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
e.         Simulasi Sosial, bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.

2.      Model Pemrosesan Informasi
Model ini berdasarkan teori belajar kognitif dan berorientasi pada, kemampuan siswa, memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan ini merujuk pada cara mengumpulkan dan menerima, stimulasi dari lingkungan mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual. Dan bisa, diasumsikan bahwa, pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Karena, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar.
Ada Sembilan langkah yang harus diperhatikan pendidik di kelas berkaitan dengan pembelajaran pemrosesan
a.         Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa,
b.         Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas
c.         Merangsang siswa, untuk memulai aktivitas pembelajaran
d.        Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah direncanakan
e.         Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa, dalam pembelajaran
f.          Memberikan penguatan pada, perilaku pembelajaran
g.         Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa,
h.      Melaksanakan penilaian proses dan basil
i.        Memberikan kesempatan kepada, siswa untuk bertanya, dan menjawab berdasarkan pengalamannya.

3.      Model Personal
Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap, pengembangan diri individu.Perhatian utarnanya, pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya.Model ini juga, berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan.
Menurut teori di atas, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual.

4.      Model Modifikasi Tingkah Laku
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan. Dan model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati.
Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku ini, yaitu:
a.                  Fase mesin pembelajaran (CAI dan CBI)
b.                  Penggunaan media
c.                   Pengajaran berprograma (tinier dan branching)
d.                  Operant conditioning dan operant reinforcement

Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah meningkadm ketelitian pengucapan pada anak, guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar siswa. Modifikasi tingkah laku anak yang berkemampuan belajarnya rendah dengan memberikan reward, sebagai reinforcement pendukung dan penerapaan prinsip pembelajaran individual terhadap pembelajaran klasikal.

B.     MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
Bagi siswa calon tenaga pengajar (guru), aktifitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan dengan proses pembelajaran. Sementara proses pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis, yang tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak. Sebagai suatu sistem, proses belajar sating berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Demikian pula halnya sistem pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, dimana tujuan sistem disini adalah untuk menimbulkan belajar (learning) yang komponen-komponen belajarnya meliputi anak didik (siswa), pendidik, instruktur,guru, materi pembelajaran, dan lingkungan pembelajaran. Agar proses pembelajaran, mata pelajaran tertentu ini dapat terlaksana dengan baik, maka salah satu yang perlu dibenahi adalah perbaikan kualitas tentang pengajarnya. Dengan perbaikan ini, guru paling tidak dapat mengorganisasi pembelajaran dengan jalan menggunakan teori-teiri belajar, serta desain pembelajaran yang dapat menimbulkan minat dan memotivasi anak didik (siswa) dalam belajar mata pelajaran tersebut.[6]Seorang guru sebelum mengajar seharusnya membuat terlebih dahulu desain/perencanaan pembelajaran dengan model desain yang dianggap cocok untuk dikembangkan.
Ada beberapa definisi tentang perencanaan, masing-masing memiliki rumusan yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Cunningham (1982) mengemukakan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masayang akan datang dengan tujuan untuk memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan prilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan biasanya lebih menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan mass yang akan datang dan usaha untuk mencapainya. Mengenai hal apa yang akan terwujud pada akhirnya dan bagaimana usaha untuk mencapainya itu merupakan bagian dari perencanaan.[7]
Beberapa model pengembangan pembelajaran antara lain: Model PPSI (Prosedur Pengembangan sistem Intruksiona) I, Model Glasser, Model Jerodl E. Kemp, Gerlach & ely, Roomers dan model-model lainnya.
a.      Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional)
Munculnya model PSSI dilator belakangi oleh beberapa hal berikut:
1.         Pemberlakuan kurikulum 1975, metode penyampaian adalah " Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI)" untuk pengembangan satuan pembelajaran (RPP).
2.         Berkembangnya paradigms "pendidikan sebagai suatu sistem", maka pembelajaran menggunakan pendekatan sistem (PPSI).
3.         Guru masih menggunakan paradigm "Transfer of Knowledge " belum pada pembelajaran yang professional.
4.         Tuntutan kurikulum 1975 yang berorientasi pada, tujuan, relevansi, efisiensi, efektifitas dan kontinuitas.
5.         Sistem semester pada, kurikulum 1975 menuntut perencanaan pengajaran sampai satuan materi terkecil.
Konsep dari PPSI ini adalah bahwa, sistem intruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka, mencapai tujuan yang diinginkan. Fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara, sistemik dan sistematis.
Ada lima langkah-langkah pokok dari pengembangan model PPSI ini yaitu:
1.     Merumuskan Tujuan Pembelajaran (menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar, tingkah laku dan hanya ads satu kemampuan/tujuan).
2.     Pengembangan Alat Evaluasi (menentukan jenis tes yang akan digunakan, menyusun item soal untuk setiap tujuan).
3.     Menentukan Kegiatan Belajar Mengajar (merumuskan sernua, kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan, menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh).
4.     Merencanakan Program Kegiatan Belajar Mengajar (merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode, yang digunakan dan menyusun program kegiatan/jadwal).
5.     Pelaksanaan (mengadakan pretest, menyampaikan materi pembelajaran, mengadakan posttest dan revisi)
Post test diberikan kepada siswa setelah mengikuti program pembelajaran. Tes yang diberikan identik dengan yang diberikan pada tes awal, perbedaannya terletak pada waktu dan fungsinya.Kemudian hasil pre test dan post test itu diperbandingkan.[8]
Pre test berfungsi untuk menilai kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran sebelum pembelajaran diberikan, sedangkan post test berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai penguasaan materi pelajaran setelah pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dapat diketahui seberapa jauh keberhasilan program pembelajaran yang telah dilakukan dalam rangka mencapai tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari pada Prosedur Pengembangan Sistem Intruksioner (PPSI)
1.            Kelebihan PPSI
a.       Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran    bukan untuk mengembangkan sistem pempelajaran.
b.      Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis.
c.      Dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan, perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli.
2.            Kekurangan PPSI
Bagi pendidik memerlukan waktu, tenaga dan pikiran yang lebih karena guru harus memberikan pretest dan post test untuk setiap unit pelajaran.[9]



b.      Model Glasser
Di awal paruh kedua abad ke-20 ini mengajar masih diartikan sebagai sebuah proses pemberian bimbingan dan memajukan pembelajar siswa yang semuanya dilakukan dengan berpusat pada siswa (Kochhar, 1967:24). Pandangan Pedagogic dari ilmuan pendidikan di awal paruh kedua abad ke-20 sudah berkembang menuju model pendidikan yang berpusat pada siswa, hanya keterlibatan dan peran guru dalam proses pembelajaran masih sangat besar.
Madeline Hunter mengemukakan bahwa mengajar adalah sebuah proses membuat dan melaksanakan sebuah keputusan sebelum, selama dan sesudah proses pembelajaran (Hunter, 1994: 6). Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Model Glasser adalah model yang paling sederhana.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan desain pembelajaran Model Glasser adalah sebagai berikut:
a.       Instruktutional Goals (Sistem Objektif)
Pembelajaran dilakukan secara langsung melihat atau menggunakan objek sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran. Jadi, Seorang siswa diharapkan langsung bersentuhan dengan objek pelajaran. Dalam hal ini siswa leih ditekankan pada praktik.
b.      Entering Behavior (Sistem Input)
Pelajaran yang diberikan kepada siswa dapat diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku, misalnya siswa terjun langsung ke lapangan
c.       Intructutional Procedures (Sistem Operator)
Membuat prosedur pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga pembelajaran sesuia dengan prosedurnya.
d.      Performance Assesment (Output Monitor)
Pembelajaran diharapkana dapat mengubah penampilan atau prilaku siswa secara  tetap atau prilaku siswa yang menetap

c.       Model Gerlach dan Ely
Model pembelajaranmerupakan suatu cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Model pembelajaran Gerlach dan Ely ini 'mendesain sebuah modelyang cocok digunakan untuk segala kalangan, dan model ini menetapkan pemakaian produk teknologi pendidikan sebagai media dalam menyampaikan materi.
Adapun komponen-komponen model pembelajaran Gerlach dan Ely sebagai berikut:
a.      Merumuskan Tujuan Pembelajaran (Specification of Objectives)
b.      Menentukan Isi Materi (Specification of Content)
c.       Penilaian Kemampuan Awal Siswa (Assessment of Entering Behaviors)
d.      Menentukan Strategi (Determination of Strategy)
e.       Pengelompokan Belajar (Organization of Groups)
f.        Pembagian Waktu, (Allocation of time)
g.      Menentukan Ruangan (Allocation of Space)
h.      Memilih Media (Allocation of Resources)
i.        Evaluasi Hasil Belajar (Evaluation of Permance)
j.        Menganalisis Umpan Balik (Analysis of Feedback)

Model pembelajaran ini memiliki perbedaan tersendiri dibanding dengan lainnya. Perbedaan yang paling kentara adalah diadakannya pretest (tes awal) sebelum kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan, dan model pembelajaranGerlach dan. Ely sangat teliti sekali dalam melaksanakan dan merencanakan pembelajaran, terbukti dengan diadakannya tahapan pengelompokan belajar, perhitungan pembagian waktu, serta. pengaturan ruangan belajar. Hal ini merupakan kelebihan tersendiri dari model Gerlach dan Ely yang telah dikenal dan dikembangkan sejak 1971.
Model pembelajaran ini memiliki sedikit kekurangan, diantaranya adalah tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa sehingga sedikitnya akan membuat guru kewalahan dalam menganalisis kebutuhan belajar siswa selama proses, pembelajaran.


d.      Model Jerold E. Kemp
Jerold E. Kemp berasal dari California state University di Sanjose. Ia mengembangkan model desain instruksional yang paling awal bagi pendidikan Kemp memberikan bimbingan kepada, para siswanya untuk berfikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pembelajaran. Model ini juga mengarahkan para pengembang desain instruksional untuk melihat karakteristik para siswa serta menentukan tujuan- tujuan belajar yang tepat.
Model pembelajaran Kemp berorientasi pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta ahli media yang akan bekerja sebagai perancang pembelajaran.
Menurut Miarso dan Soekamto, model pembelajaran Kemp dapat digunakan di semua tingkat pendidikan, mulai dari Sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ada 4 unsur yang merupakan dasar dalam membuat model Kemp:
1.         Untuk siapa, program itu dirancang? (ciri pebelajar)
2.         Apa yang harus dipelajari? (tujuan yang akan dicapai)
3.         Bagaimana isi bidang studi dapat dipelajari dengan baik? (metode/strategi pembelajaran)
4.         Bagaimana mengetahui bahwa proses belajar telah. berlangsung? (evaluasi)

e.       Model Bela H.Banathy
Model pengembangan system pembelajaran ini berorientasi pada tujuan pembelajaran.Langkah-langkah pengembangan system pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan.Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan system (system approach), yang mencakup keenam komponen (langkah) yang Baling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam system.
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut:
Langkah 1 : Merumuskan tujuan
Pada langkah ini pengembang merumuskan tujuan pembelajaran, yang merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diharapkan untuk diker akan, diketahui, dirasakan, dan sebagainya oleh peserta didik atau siswa sebagai hasil pengalaman belajarnya.

Langkah 2: Mengembangkan tes
Pada langkah ini dikembangkan suatu tes sebagai alas evaluasi, yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar, atau ketercapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik/siswa. Penyusunan tes berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya.

Langkah 3: Menganalisis togas belajar
Pada langkah ini dirumuskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik/siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, yakni perubahan tingkah lake yang diharapkan.Pada langkah ini, perilaku awal peserta didik/siswa perlu dinilai dan dianalisis.
Berdasarkan gambar tentang perilaku awal tersebut dapat dirancang materi pelajaran dan tugas-tugas belajar yang sesuai, sehingga mereka tidak perlu mempelajari hal-hal yang telah diketahui atau telah dikuasai sebelumnya.

Langkah 4: Mendesain Sistem Pembelajaran
Pada langkah ini dikembangkan berbagai alternatif dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang harus dilakukan oleh siswa/peserta didik maupun kegiatan-kegiatan guru/tenaga pengajar. Langkah ini dikembangkan sedemikian rupa, yang menjamin agar peserta didik melaksanakan dan menguasai togas-togas yang telah dianalisis pada langkah 3 desain system juga meliputi penentuan siswa yang mempunyai potensi paling baik untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan oleh karena perlu disediakan alternative kegiatan tertentu yang cocok. Selain dari itu, dalam desain system supaya ditentukan waktu dan tempat melakukan kegiatankegiatan pembalajaran.
Langkah 5: Melaksanakan Kegiatan dan mengetes hasil
System yang sudah di desain selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk uji cobs di lapangan (sekolah) dan di tes hasilnya. Hal-hal yang telah dilaksanakan dan dicapai oleh peserta didik merupakan output dari implementasi system, yang harus dinilai supaya dapat diketahui hingga mereka dapat mempertunjukan atau menguasai tingkah lake sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran

Langkah 6: Melakukan Perubahan Untuk Perubahan
Pada langkah ini ditentukan, bahwa hasil –hasil yang diperoleh dari evaluasi digunakan sebagai umpan balik bagi system keseluruhan dan bagi kompinen-komponen system, yang pada gilirannya menjadi dasar untuk mengadakan perubahan untuk perbaikan system pemabalajaran.

Kendatipun 6 komponen tersebut tampaknya sangat sederhana, namun untuk mengembangkan rancangan system pembelajaran model ini memerlukan kemampuan akademik yang cukup tinggi serta pengalaman yang memadai serta wawasan yang lugs. Selain dari itu, proses pengemabnagan suatu system menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah, administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat diterapkan dalam system sekolah.

f.       Model Dick dan Carey
Berbagai model dapat dikembangkan dalam mengorganisasi pengajaran.Salah satunya adalah model desain sistem pembelajaran yang dikemukan oleh Dick dan Carey, model yang telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik.
Tujuan Umum pembelajaran harus diidentifikasi karena sasaran akhir dan suatu program pembelajaran adalah tercapainya, tujuan umum pembelajaran. Oleh karena itu setiap perancang harus mempertimbsngksn secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukan.
Dick dan Carey menjelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.[10] Menurut model ini, sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan siswa terlebih dahulu. Langkah-langkah desain pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
a.         Mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran
b.      Melaksanakan analisis pembelajaran
c.       Mengidentifikasi tingkah lake masukan dan karakteristik siswa
d.      Mennnuskan tujuan performasi
e.       Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
f.       Mengembangkan strategi pembelajaran
g.      Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
h.      Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
i.        Merevisi bahan pembelajaran
j.        Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif

Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar:
1)      Pada awal proses pembelajaran siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran.
2)      Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki.
3)      Menerangkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.
















BAB III
TANGGAPAN

Nilai Ujian Akhir Nasional, hingga saat ini masih menjadi tolak ukur paling ampuh untuk melihat tingkat keberhasilan siswa  dan juga menjadi tolak ukur kesuksesan guru dalam mengajar .
Model pembelajaran, dipandang paling punya peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses belajar mengajar. Karena ia bergerak dengan melihat kondisi kebutuhan siswa, sehingga guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan tepat tanpa mengakibatkan siswa mengalami kebosanan.
Berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas individu maupuh kelompok.
Dengan mempelajari tentang model-model pembelajaran yang bermacam macam ini menambah ilmu pengetahuan kita akan berbagai model atau cara seorang guru dalam penyampaian materi pembelajaranya.  Yang kemudian kita bisa membandingkan satu model dengan model pembelajaran lainya mana yang menurut kita kira-kira yang paling cocok dengan materi ajar kita, maka itu yang akan kita contoh dan praktikan di dalam kelas
Pengembangan model pembelajaran merupakan suatu keniscayaan yang harus dilakukan  guru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan setiap guru memiliki sikap interest yang berbeda dalam menerima materi plajaran yang disampaikan oleh guru.
Benar jika persiapan desain pembelajaran harus dibuat sebelum kegiatan pembelajaran, dan seorang guru harus menyediakan alternative desain pembelajaran yang efektif untuk murid-muridnya. Seorang guru yang dengan matang telah memeprsiapkan perencanaan kegiatan pembelajaran berlangsung, maka ia akan mampu menyampaikan bahan ajarnya dengan tepat dan sesuai target. Penyampaianya akan lebih rapi dan runtut sehingga tidak membingungkan peserta didik.

BAB III
SIMPULAN

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa.Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran.Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap dan keterampilan.Hasil penelitian para ahli tentang kegiatan guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan pengajaran adalah model pembelajaran.
Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membatu agar dapat menjadi transfe pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik Model-model desain rencana pembelajaran adalah model PPSI, Model Banathy, Model Kemp, Model Gerlach dan Elly, dan Model Dick dan Carrey.
Dalam model PPSI Pengajaran dipandang sebagai suatu sistem, sub-sistem dari pengajaran, diantaranya tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat-alat dan sumber pembelajaan dan evaluasi. Model Kemp berorientasi pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta ahli media yang akan bekerja sebagai perancang pembelajaran. Model Banathy bertitik tolak dari pendekatan system (system approach), yang mencakup keenam komponen (langkah) yang Baling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Model Gerlach dan Elly menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan karena model ini memperlihatkan keseluruhan proses pembelajaran yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponenya.








DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,(Bandung; Rosada Karya,2013);

Hamzah, 2011. "Mode! Pembeladjaran Menciptakan Proses Belojar mengojar yang kreatif dan Efektir. (Jakarta: Bumi Aksara.);

Hamzah, Nina, Satria. 2010. "Desain Pembelqjbran". (Bandung: MQS Publishing);
Hamzah, Nina, Satria. 2010. "Desain Pembelqjdran". (Bandung: MQS Publishing);

I Rusman, 2016. "Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru". (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada) ;
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : Rasail Media Group,2008) ;
Juwariyah, Hadist Tarbawi, (Yogyakarta: TERAS, 2010) ;
Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990);
Imam azhar, perncanaan system desain pembelajaran.( Lamongan: staidra.2013);





[1]Juwariyah, Hadist Tarbawi, (Yogyakarta: TERAS, 2010) h. 105

[2]Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : Rasail Media Group,2008)h. 13
[3]I Rusman, 2016."Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru".(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada). h. 131
[4] . Ibid,h. 134-135
[5] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,(Bandung; Rosada Karya,2013), h. 272-273
[6]Hamzah, 2011."Mode! Pembeidjaran Menciptakan Proses Belojar mengojar yang kreatif dan Efektir.(Jakarta: Bumi Aksara)  h. 82.
[7] Hamzah, Nina, Satria. 2010. "Desain Pembeaqjdran". (Bandung: MQS Publishing). H. 02.
[8]Suryosubroto, “Tatalaksana Kurikulum”, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 70-73

[9]  [4]Imam azhar. perncanaan system desain pembelajaran.( Lamongan: staidra. 2013)h. 22
[10]Hamzah, Nina, Satria. 2010. "Desain Pembelqjbran". (Bandung: MQS Publishing)h.  45

0 komentar:

Posting Komentar