Beranda

Selasa, 02 April 2019

Model-Model Dan Desain Pengajaran


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya ter adi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan dan tuntutan masyarakat modern. Maka dari itu manusia harus saling mengenal agar terpenuhi kebutuhanya khususnya kebutuhan pendidikan.
Allah SWT berfirman:

$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ  
Artinya :
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujarat : 13).[1]



Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu inginterjadi adanya perubahan yang lebih baik (improvement oriented). Hal ini tentu saja menyangkut berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Komponen yang melekat pada pendidikan diantaranya adalah kurikulum, guru dan siswa.
Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namum pembelajaran dan pemahaman siswa di tingkat dasar termasuk Madrasah lbtidaiyah pada beberapa materi pelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran di tingkat sekolah dasar atau Madrasah lbtidaiyah cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan sehari­hari siswa. Pembelajaran konsep cenderung abstrak dan dengan metode ceramah, sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibat motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cendenmg menghafal dan mekanistis (Direktorat PLP, 2002).


Menurut pendapat Peter Sheal (1989) sesuai dengan "Kerucut Pengalaman Belajar" Dia menyatakan (hasil penelitian) bahwa peserta didik yang hanya mengandalkan "penglihatan" dan "pendengaran" dalam proses pembelajarannya akan memperoleh days serap kurang dari 50%. Di sisi lain, dalam melaksanakan proses belajar mengajar, kurang dari 20% guru yang menggunakan alas bantu pembelajaran. Kurang dari 30% guru yang selalu mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga wajar apabila evaluasi hasil belajar hasilnya belum seperti yang di harapkan.
Dampak lain dari proses pembelajaran tersebut adalah siswa lebih sering menonton gurunya mengajar dari pada memperhatikan guru mengajar. Sehingga yang "tutu" apalagi memberi nilai "murah" akan menjadi favorit. Akankah hal seperti ini kita biarkan atau bahkan dipertahankan? Atau kita akan mendobrak dengan langkah barn? Apa yang kita lakukan dalam menyikapi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu akan menentukan siapa diri kita sebenarnya. Apakah kita termasuk penganut status quo atau menjadi agent of change? Guru yang ingin ter adi adanya perubahan yang lebih baik, memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan.
Mencermati hal tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan mind set kearah pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya dan khususnya tujuan pembelajaran.
Terlebih manusia harus berubah dimulai dari pribadi masing-masing, terlebih murid harus memotifasi dirinya kemudian pasti akan lebih baik dan mudah mendapatkan ilmu.
Allah SWT dalam surat Ar-Ra’du ayat 11

žcÎ)... ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 ... ÇÊÊÈ  
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar-Ra’du: 11).[2]


Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode, maupun strateginya guns mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran yang berguna dalam mencapai iklim PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan) adalah tuntutan yang hares diupayakan oleh guru.

Keaneka ragaman model pembelajaran yang hendak di sampaikan pada makalah ini merupakan upaya bagaimana menyediakan berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran yang hendak disampaikan agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik pads jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrsah-,Ibtidaiyah (MI). Ini berarti tidak ada model pembelajaran yang paling baik, atau model pembelajaran yang sate lebih baik dari model pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu model pembelajaran atau pemilihan suatu model pembelajaran akan tergantung pads tujuan pembelajaran, kesesuaian
Dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP), menuntut adanya keanekaragaman atau variasi dalam pembelajaran yang mengarah pads pads PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan). Dengan demikian makalah ini diharapkan bisa sebagi acuan bagi guru mata pelajaran matematika dalam proses pembelajaran.




  BAB II
PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN
Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga tedadi perubahan atau perkembangan pads diri siswa (Didang : 2005) Istilah " model pembelajaran" berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang lugs dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya. (Joyce, Weil dan Showers, 1992)
Lebih lanjut Ismail (2003) menyatakan istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu:
1.         rasional teontik yang logis disusun oleh perancangnya,
2.         tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3.         tingkah lake mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4.       lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Perbedanya pengertian antara model, strategi, pendekatan dan metode serta teknik diharapkan guru mata pelajaran umumnya dan khususnya matematika mampu memilih model dan mempunyai strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan standar kompetensi Berta kompetensi dasar dalam standar isi.
B.       PEMILIHAN MODEL PEMBELAJARAN
Sebelum menentukan model pembelajaran yang ingin digunakan dalam kegiatan mengajar di kelas, ada beberapa faktor yang hares diperhatikan seorang guru dalam menentukan pilihannya terhadap penggunaan model pembalajaran yang akan digunakan diantaranya adalah.
Gur u diharapkan mempertimbangkan hal-hal dalam menentukan tujuan yang hendak dicapai apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenan dengan kompetensi  akademik, kepribadian, sosial, keterampilan siswa, kognitif, afektif dan psikomotor pada siswa?, kompleksitas tujuan pengajaran apa yang ingin dicapai? Akankah tujuan yang hendak dicapai itu memerlukan keterampilan akademik?
Baru diharapkan mempertimbangkan hubungan antara bahan atau materi dalam pembelajaran yang akan disajikan.?
Apakah materi pelajaran yang akan disampaikan berupa fakta., konsep, hokum atau teori?
Apakah pembelajaran yang akan berlangsung memerlukan prasyarat atau tidak? Bahan atau sumber pendukung sudah ada clan relevan untuk materi?
baru diharapkan dapat mempertimbangkan kemampuan dasar siswa
Apakah model pembelajaran yang dipilih sudah tepat dengan kematangan siswa? Apakah model pembelajaim yang dipilih sesuai dengan bakat, mintat, dan kondisi siswa?
Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan karakter siswa?
Apakah dengan satu model tujuan pembelajaran sudah tercapai?
Apakah model yang sudah ditetapkan itu sudah dianggap satu-satunya. model yang dapat digunakan?
Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisien?
C.      MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan abelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa (guru + alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini guru sudah tentu ada berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran yang menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.
Media (guru) + (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mpertimbangkan keterbatasan guru yang tidak mungkin menjadi satu – satunya nber belajar dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan berbagai dia pembelajaran sebagai sumber belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran, jadi siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media sebagai media  belajar, misainya dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran, media komputer dan internet. Pola ini merupakan pola. pembelajaran -gantian antara guru dan media dalam berinteraksi dengan siswa,
pembelajaran media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh nggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan, dalam pola ini, belajar dengan media, tanpa campur tangan guru, artinya, guru hanya sebagai ilitator yang menyiapkan bahan atau materi pembelajaran saja yang kemudian ian tersebut diaplikasikan pads media sebagai sumber belajar siswa yang utama.
D.    MODEL PEMBELAJARAN
Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari pars ahli tertentu. Sebagai contoh, model pembelajaran kelompok yang disusun oleh Herbert Thelen berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi siswa dalam kelompok secara demokratis.

Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model pembelajaran berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang. Memiliki bagian-bagian model yang disebut (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) sistem sosial, (4) sistem pendukung. Keempat hal tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melasksanakan suatu model pembelajaran. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; dan dampak pengiring, yaitru hasil belajar jangka panjang.
Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yangh dipilihnya.
E.     MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN TEORI
Model Interaksi Sosial
Model interaksi sosial adalah Model yang mengutamakan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain, dan memusatkan perhatiannya kepada proses dimana realita yang ada dipandang sebagai suatu negosiasi sosial. Model ini menekankan pads hubungan personal dan sosial kemasyarakatan diantara peserta didik yang berfokus pads peningkatan kernampuannya untuk berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan beker a secara produktif dalam masyarakat.
Model interaksi sosial ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model interaksi sosial yang menitikberatkan pads hubungan yang harmonic antara individu dengan masyarakat (learning to life together). Teori pembelajaran Gestalt dirintis oleh Max Wertheimer (1912) bersarna dengan Kurt Koffka dan W. Kohler. Mereka mengadakan eksperimen mengenai pengamatan visual dengan fenomena fisik. Percobaannya yang dilakukan memproyeksikan titik-titik cahaya (keseluruhan lebih penting dari pads bagian).
Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu objek/peristiwa adalah terletak pads keseluruhan bentuk (Gestalt) dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian­bagian.
Pengalaman insight. Dalam proses pembelajaran peserta didik hendaknya memiliki kemampuan insight yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu j ob ek. Guru hendaknya mengembangkan kemampuan peserta, didik  dalam memecahkan masalah dengan insight.
Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran. Content yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi kehidupannya di mass yang akan datang.
Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku di camping ada, kaftan dengan SR-bond, jugs terkait eras dengan tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran ter adi karena peserta didik memilild harapan tertentu. Oleh sebab, itu, pembelajaran akan berhasil bila peserta didik mengetahui tujuan yang akan dicapai.
Prinsip ruang hidup (Life space). Prinsip ini dikembangkan oleh Kurt Lewin (teori medan field theory). Prinsip ini menyatakan bahwa perilaku peserta didik terkait dengan lingkungan/medan tempat is berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaftan dengan situasi lingkungan tempat peserta didik berada (CTL).
pemprosesan informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cars-cars tat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) untuk memahami dunia ara menggali dan mengordinasikan data, merasakan adanya masalah dan akan jalan pemecahannya. Beberapa, model dalam kelompok ini memberikan .-a siswa sejumlah konsep, sebagian lagi menitikberatkan pada pembentukan konsep tesan hipotesis, dan sebagian lainnya memusatkan perhatian pada pengembangan m kreatif. Beberapa model sengaja dirancang untuk memperkuat kemampuan umum.
Perolehan, individu memberikan makna/mempersepsikan segala informasi yang pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori peserta didik. Penahanan, menahan informasi yang sampai pada dirinya sehingga teradi proses penyimpanan dalam memori siswa. Ingatan kembali, mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila ada rangsangan, Generalisasi, menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu, Perlakuan, perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran, Umpan balik, individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya.
Menurut Rusman (2014:140) pembelajaran pemrosesan informasi ada sembilan langkah yang harus diperhatikan oleh seorang pendidikan, yakni sebagai berikut. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.  Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas. Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran.
Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topic yang telah direncanakan, memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Memberikan penguatan pads perilaku pembelajaran, memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa, melaksanakan penilaian proses dan hasil, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
A.    Model pembelajaran Personal[3]
Model personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistik untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingungannya.
Model ini bertitik tolak dari teori humanistik, yaitu berorientasi pads pengembangan individu. Perhatian utamanya pads emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif.
Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta
didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirinya baik emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cars untuk memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik terhadap perasaanya. Implikasi teori ini dalam pendidikan adalah sebagai berikut.
Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan. Tingkahlaku yang ada dapat dilaksanakan sekarang (learning to do). Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri. Sebagian besar tingkahlaku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri. Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar bagi peserta didik adalah sangat penting.
Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang aktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap. Tujuan model pembelajaran personal adalah untuk meningkatkan kesehatan mental emosional anak-anak, dan keterlibatan anak-anak dalam menentukan/memilih apa yang dipelajari dan bagaimana mempelajarinya, sehingga ada kesesuaian yang tinggi antara belajar dengan kebutuhan anak, mengembangkan pemahaman diri ( self- acept), kreativitas, dan kemampuan anak dalam mengekspresikan diri dengan lebih baik. Melalui personal dan sosial dapat diterapkan untuk mencapai tujuan sosial dan akademis, akan tetapi masing-masing model memiliki kekuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut:
Model
Tokoh
Tujuan
Pengajaran     non-
Directif      (Tanpa
Arahan),
Carl Rogers

Menekankan       pads       pembentukan
kemampuan       untuk      perkembangan
pribadi    dalam    arti    kesadaran    diri,
pemahaman     diri,    kemandirian     dan
konsep diri.
Latihan
Kesadaran
Fritz           Perls
Willian Schutz
Meningkatkan kemampuan seseorang
untuk kesadaran eksplorasi diri dan
banyak            menekankan             pads
perkembangan          kesadaran         dan
pemahaman antarpribadi
Sinerktik
William Gordon
Mengembangkan        pribadi        dalam
kreativitas    dan   pemecahan    masalah
kreatif
Penemuan
Konsep
Jerome Bruner
Dirancang        untuk        meningkatkan
kekomplekan          Konseptual         dan
keluwesan pribadi.
Pertemuan Kelas
Willian Glasser
Mengembangkan pemahaman diri dan
tanggung jawab kepada diri sendiri
serta kelompok sosial.

1.  Modifikasi Tingkah Laku
Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta ddik sehingga konsisten dengan konsep, dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon. Model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu.
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perlilaku yang tidak dapat diamanti karalcteristik model ini adalah penjabaran tugas—tugas yang harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan.
Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku ini, yaitu:
a.       Fase mesin pengajaran
b.      Penggunaan media.
c.       Pengajaran berprogram (liner dan branching)
d.      Operant conditioning , dan operant reinforcement.
Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan ketelitian pengucapan pada anak. Guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar peserta didik. Modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya rendah dengan reward, sebagai reinforcement pendukung. Penerapan prinsip pembelajaran individual dalam pembelajaran klasikal.
B.     PENGERTIAN MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

Untuk mengatasi berbagai problematikan dalam pelaksanaan Pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan siswa belajar. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman ddalammelakukan kegiatan.[4] Selanjutnya model juga merupakan seperangkan prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pernilihan media, dan evaluasi.[5]
Model juga dapat dipahami sebagai:[6]
1.      Suatu tipe atau desain,
2.      Suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi tertentu yang tidak dapat diamati dengan langsung.
3.      Suatu system asumsi-asumsi, data-data yang dipakai untuk menggambarkan secara sistematis suatu objek atau peristiwa
4.      Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sisem kerja.
5.      Suatu deskripsi dari suatu system yang mungkin.
6.      Penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan.

Desain merupakan sebagai proses pemecahan masalah, tujuan sebuah desain ,adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi tersedia.[7] Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan masalah, dengan desain seseorang dapat melakukan pemecahan masalah yang dihadapi.[8]
Sementara desain pembelajaran adalah suatu pemikiran atau persepsi untuk melaksanakan tugas mengajar pengajaran untuk menerapkan prinsip-prinsip pengajaran serta melalui langkah-langkah pengajaran. Dengan demikian guru sebagai desainer pengajar sekaligus sebagai pengelola pengajaran, guru perlu memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam menyusun desain pengajaran.[9]
Selanjutnya model desain pembelajaran merupakan pengelolaan dan pemngembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran.[10] Model desain pembelajaran dalam penerapannya terutama untuk kepentingan penyusunan system pembelajaran individual.[11]
C.          KLASIFIKASI MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

Dalam desain dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh pars ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasi kepada:[12]
1.              Model berorientasi kelas, biasanya ditunjukkan untuk mendesain level mikro yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya model ASSURE.
2.              Model berorientasi prosuk, merupakan model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran. Contohnya Model Hannfin Dan Peck.
3.              Model berorientasi system, yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan system pembelajaran yang cakupannya luas, seperti system suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dan lain-lain. Contohnya model ADDIE.
1.              Model Kemp
Model desain system instruksional yang dikembangkan oleh Kemp merupakan model yang membentuk siklus, menurut Kemp pengembangan desain system pembelajaran terdiri atas komponen-komponen yang dikembangkan sesuai dengen kebutuhan dan berbagai kendala yang timbul.[13] 
Pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinu, tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan dengan akktivitas revisI.  Model ini tidak ditentukan dari komponen mana seharusnya guru memulai proses pengembangan. Mengembangkan sistem menurut Kemp dari mana saja bisa, asal saja urutan komponen tidak diubah dan setiap komponen memerlukan revisi untuk mencapai hasil yang maksimal.[14]
Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indoneisa dan beroreintasi pada tujua, maka seyogyanya proses itu dimulai dari tujuan, model pengembangan sistem pembelajaran ini memuat pengembangan perangkat pembelajaran.[15]
Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari 8 langkah yaitu :
1)       Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar Kompetensi.
2)       Menganalisis karakteristik peserta didik
3)       Menentukan TIK atau Kompetensi Dasar.
4)       Menentukan materi pelajaran
5)       Menetapkan penjajagan awal (pre test)
6)       Menentukan strategi belajar mengajar
7)       Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga.
8)       Mengadakan evaluasi[16]
Komponen-komponen dalam suatu desain institusional menurut kemp adalah sebagai berikut :[17]
1.                            Hasil yang ingin dicapaii,
2.                            Analisis tes mata pelajaran
3.                            Tujuan khusus belajar,
4.                            Aktivitas belajar
5.                            Sumter belajar,'
6.                            Layanan pendukung,
7.                            Evaluasi belajar,
8.                            Tes awal,
9.                            Karateristik belajar.
Kesembilan komponen tersebut merapakan suatu siklus yang tem-menems direvisi setelah dievaluasi balk evaluasi sumatif maupun formatif dan diarahkan untuk menentukan kebutuhan siswa, tujuan yang ingin dicapai, prioritas dan berbagai kendala yang muncul.[18] Terdapat unsur-unsur  rencana perancangan pembelajaran, unsur tersebut adalah :[19]
1. Identifikasi masalah pembelajaran, bertujuan mengidentifitkasi tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang tedadi dilapangan baik menyangkut model, pendekatan, metode, teknik dan strategi yang digunakan guru.
2. Analisis siswa, dilakukan untuk mengetahui tingkah lake awal dan karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman.
3. Analisis tugas, adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran, analisis konsep, analisis pernrosesan informasi, dan analisis procedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman dan penguasaan tentang tugas dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam RPP.
4. Merumuskan indicator, berfungsi sebagai :[20]
a.    Alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran.
b.    Kerangka ker a dalam merencanakan mengevalauasi hasil belajar siswa.
c.    Panduan siswa dalam belajar.
5. Penyusunan instrument evaluasi, bertujuan untuk menilai hasil belajar, kriteria yang digunakan adalah penilaian acuan patokan.                                                         
6. Strategi pembelajaran, kegiatan ini meliputi pemilihan model, pendekatan, metode, pemilihan format, yang dipandang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
7. Pemilihan media atau cumber belajar, dipilih dan disiapkan dengan hati-hati untuk memenuhi tujuan pembelajaran.
8. Merinci pelayanan penunjang yang diperlukan untuk mengembangkan dan melaksanakan semua kegiatan[21].
Melakukan kegiatan revisi perangkat pembelajaran, setiap langkah rancangan pembelajaran selalu dihubungkan dengan revisi, dimaksudkan untuk mengevabinsi dan memperbaiki rancangan dibuat[22].
2. Model PPSI
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemis, untuk dadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.[23]   Istilah sistem instruksional dalam PPSI, mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem, maka PPSI juga dapat disebut menggunakan pendekatan yang berorientasikan pada tujuan.[24]
Konsep PPSI model instruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang Baling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.[25] sedangkan fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan  dan pelaksanaan program pengajaran secara sistematik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.[26]
PPSI terdiri dari 5 tahap yakni:

1. Merumuskan tujuan, yaknikernampuan yang harus dicapai oleh sisiwa, ada 4 syarat dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan hares operasional, artinya tujuan yang dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur, berbentuk hasil belajar bukanproses belajar, berbentuk perubahan tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk tingkah laku.
2.      Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun item soal untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi disimpan pads tahap 2 setelah perumusan tujuan untuk meyakinkan ketepatan tujuan sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan.


3.     Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh.

4.     Mengembangkan program kegiatam pembelajaran yakni merumuskan materi pelajaran. Menetapkan metode dan memilih alat dan sumber pelajaran.
5.     Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan pra tes, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan psikotes, clan melakukan perbaikan.[27]
3. Model Glaser
Model dasar perencanaan pembelajaran berdasarkan model dasar pengajaran yang dikembangan oleh Glaser seabgai berikut :[28]
1. Tujuan pembelajaran
Menurut Glaser langkah yang pertama yang terpenting adalah merumuskan tujuan. Tujuan ini dapat menentukan seluruh kegiatan maupun isi pembelajaran.[29] Tujuan pembelajaran yang bentuknya khusus harus dirumuskan berdasarkan pada analisis pembelajaran dan karakteristik siswa. Tujuan ini dirumuskan secara khusus dan jelas menggambarkan kemampuan apa yang diharapkan dapat dimiliki setelah proses pembelajaran. Rumusan tujuan dibuat berdasarkan analilis terhadap barbagai tuntutan kebutuhan dan harapan.[30]
2. Pengenalan keadaan siswa
Setelah merumuskan tujuan, guru melakukan kegiatan pengenalan keadaan siswa sebelum berlangsungnya proses pembelajaran (entry behavior), yaitu apakah siswa menguasai materi pembelajaran yang akan dibefflcan, atau sampai sejauh mans penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang diajarkan itu.[31]
3.   Prosedur pembelajaran
Atas dinar hari dari entry behavior bandah ditempuh prosedur atau strategi pembelajaran meliputi :[32]
a.    Metode apa yang digunakan dan kegiatan apa yang akan dilakukan
b.    Alat atau media pembelajaran apa yang digunakan.
c.    Berapa lama proses pembelajaran berlangsung.
4.   Evaluasi Hasil Belajar
Melaksanakan evaluasi terhadap sejauh mans proses pemblajaran dapat mencapai tujuan. Evaluasi benyak- tergantung, kepada tujuan yang hendak dicapai yang secara terus menerus.
4.      Model ISD (Instructional system design)
Rancangan sistem pembelajaran merupakan prosedur terorganisir yang mencakup langkah-langkah menganalisis, merancang, mengembangkan, melaksanakan dan menilai pembelajaran. Langkah-langkah ini, dalam setiap poses memiliki dasar yang terpisah dalam teori maupun praktek seperti halnya pada proses ISD secara keseluruhan. Dalam pengutaraannya yang lebih sederhana adalah sebagai berikut :
a)      Menganalisis adalah mengidentifikasi apa yang dipelajari.
b)      Merancang adalah menspesifikasi proses dan produk.
c)      Mengembangkan adalah memandu dan menghasilkan materi pembelajaran.
d)     Melaksanakan adalah menggunakan materi dan strategi dalam konteks.
e)      Menilai adalah menentukan kesesuaian pembelajaran.[33]
D. Pengembangan Modal Gerlach dan Ely
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model ini melibatkan sepuluh unsur yakni sebagai berikut. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.[34]
1)      Merumuskan tujuan. (specification of objectives).
Tujuan pembelajaran adalah target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran Yang di dalamnya merumuskan kemapuan apa yang harus dimiliki siswa pada tingkat jenjang tertentu, sehingga setelah selesai pokok bahasan siswa dapat memiliki kemampuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Adapun petunjuk dalam merumuskan masalah adalah sebagai berikut
a.       Formulasikan dalam bentuk yang operasional (mudah diukur)
b.      Rumuskan dalam bentuk produk belajar.
c.       Rumuskan dalam tingkah laku siswa, bukan tingkah laku guru.
d.      Rumuskan sedemikian rupa sehingga menunjukan dengan jelas tingkah laku Yang di tuju.
e.       Usahakan hanya mengandung satu tujuan belajar (satu kemampuan)
f.       Rumuskan tujuan dalam tingkat keluasan yang sesuai.
g.      Rumuskan kondisi dari tingkah laku yang dikehendaki.
h.      Cantumkan standar tingkah laku yang dapat diterima.
2)       Menentukan isi materi. (specification of content)
Isi materi berbeda-beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya, namun isi materi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Oleh karena itu, apa yang akan diajarkan pada siswa hendaknya dipilih pokok bahasan yang lebih spesifik. Selain untuk membatasi ruang lingkupnya juga apa Yang akan diajarkan dapat lebih jelas dan mudah dibandingkan atau dipisahkan dengan pokok bahasan lain dalam satu mats pelajaran yang sama.
3)      Menurut kemampuan awal. (assesmentof entering behaviors)
Kemampuan "awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal. Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Pengetahuan tentang kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah­langkah yang diperlukan, misalnya apakah perlu persiapan remedial.
Pengumpulan data siswa di lakukan dengan dua cara
a. pretest
b. mengumpulkan data pribadi siswa.
4)      Menentukan teknik dan strategi. (determination of strategy)
Menurut Gerlach dan Ely, strategi merupakan pendekatan yang dipakai pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan tugas/peranan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan perkataan lain, pada tahap ini pengajar harus menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan instruksional dengan sebaik-baiknya. Dua bentuk umum tentang pendekatan ini adalah berntuk eksopose (espository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah­kuliah tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arch, dan bentuk penggalian (inquiry) yang lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar. Dalam pengertian instruksional yang sempit, metode ini merupakan rencana yang sistematis untuk menyajikan pesan atau informasi instruksional.
5)      Pengelompokan belajar. (organization of groups)
Setelah menentukan pendekatan dan metode, pengajar harus mulai merencanakan bagaimana kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang menghendaki kegiatan belajar secara mandiri dan bebas (independent study) memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruang yang kecil, atau untuk mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas. Beberapa pengelompkan siswa antara lain :
a)      Pengelompokan berdasarkan jumlah siswa (grouping by size) yaitu, belajar mandiri, kelompok kecil dan kelompok besar.
b)      Pengelompokan campuran (ungraded grouping) yaitu pengelompokan yang tidak memandang kelas ( tingkat) maupun usia tetapi, mereka mempunyai tingkat pengetahuan yang sama dalam satu mats pelajaran.
c)      Gabungan beberapa kelas ( multiclass grouping) dalam sate ruangan besar, mendapat pelajaran dengan bermacam-macam kegiatan pada saat yang bersamaan.
d)     Sekolah dalam sekolah (schools within schools) yaitu satu komplek yang besar yang terdiri dari beberapa gedung sekolah, pengelompokan ini berdasarkan atas pengelompokan kemampuan maupun basil-basil yang dicapai oleh siswa, tetapi untuk memudahkan pengaturan administrative karena besarnya jumlah siswa yang terdaftar.
e)      Taman kependidikan (educational park), yaitu kampus yang terdiri atas TK sampai perguruan tinggi dengan pemusatan sarana, pelayanan dan informasi.
6)      Menentukan pembagian waktu. (allocation of time)
Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran kelompok yang berbeda-beds tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan waktunya, yaitu apakah sebagian besar waktunya harus dialokasikan untuk presentasi atau pemberian informasi, untuk pekedaan laboratorium secara individual, atau untuk diskusi. Mungkin keterbatasan ruangan akan menuntut pengaturan yang berbeda pula karena harus dipecah ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.

7)      Menentukan ruang. (allocation of space)
Sesuai dengan tiga alternative pengelompokan belajar seperti pada no.5, alokasi ruang ditentukan dengan menjawab apakah tujuan belajar dapat dipakai secara lebih efektif dengan belajar secara mandiri dan bebas, berinteraksi antarsiswa, atau mendegarkan penjelasan dan bertatap muka dengan pengajar.
8) memilih media ruang. (allocation of resource)
          Pemilihan media menurut tanggapan siswa yang di sepati mambagi media sebagai sumber belajar ini ke dalam limalatergori, yaitu: (a) manusia dan bends nyata, (b) media visual proyeksi, (c) media audio, (d) media cetak, dna (e) media display.

9)Mengevaluasi basil belajar. (evaluasion ofpermance)
          Kegiatan belajar adalah interaksi antara pengajar dan siswa, interaksi antara siswa dna media instruksional. Hakikat belajar adalah perubahan tingkah lake belajar pads akhir kegiatan instruksional. Semua usaha kegiatan pengembangan instruksional di atas dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah lake akhir belajar tersebut dievaluasi. Instrumen evaluasi dikembangkan atas dq--,ar rumusan tujuan dan harus dapat mengukur keberhasilan secara benar dan objektif Oleh sebab itu, tujuan instniksional hares dirumuskan dalam tingkah lake belajar siswa yang terukur dan dapat diamati.
10) Menganalisis umpan batik. (analysis offeedback)
Analisis umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem instruksional ini. Data umpan balik yang diperoleh dari evahlasi, tes, observasi, maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional ini menentukan, apakah sistem, metode, maupun media yang dipakai dalam kegiatan instruksional
tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih perlu disempurnakan.
BAB III
TANGGAPAN
Dari pokok bahasan yang telah diuraikan di atas bahwa atas bahwa tanggapan kami sebagai kelompok VI dengn judul makalah Model- model dan desain pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.         Kami mengerti dan berusaha menerapkan model-model pembelajaran yang ada
b.        Melalui model-model dan desain pembelajaran ini kami berharap membuat peserta didik lebih maksimal dalam belajar
c.         Harapan kami semua guru dapat menggunakan bermacam-macam model agar pembelajaran tidak nonoton




BAB IV
SIMPULAN

              Model pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memumgkinkan siswan berintraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Semua model dan desain pembelajaran dapat di pandukan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.




DAFTAR RUJUKAN
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2013).,
Muhammad Rahman dan Sofan Amari, Strategi dan Desain Pengembangan Sistem pembelajaran, (Jakarta : Pustakarya, 2013).,
Wina Sanjaya, Percakapan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 001).,
Asmadawati, Desain Pembelajaran Agama Islam, (Padang : Multicipta, 2012).,
Lukman Hakim. Perencanaan Pembelajaran (Jakarta : Wacana Prima, 2009).,

http://mehanaihsata.blogspot.co.id/2015/03model-pembelajaran-pemrosesan-informasi.html)
http://www.mediabelajar.info/2013/06/model-model-desain-pembelajaran.html





[1] Q.S. Al-Hujarat : 13
[2] Q.S. Ar-Ra’du, ayat 11
[3] http;//munawarmadina.blogspot.co.id/2014/14/model-pembelajaran-personal.html, 10-03-2016, 06:50
[4] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2013)., him. 175.
[5] Muhammad Rahman dan Sofan Amari, Strategi dan Desainp Pengembangan Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Pustakaraya, 2013)., him. 197
[6] Syaiful Sagala, Op. Cit., him. 175.
[7] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011)., him. 65.
[8] Ibid,
[9] Asmadawati, Desain Pembelajaran Agama Islam, (Padang : Multicipta, 2012)., him. 1.
[10] Ibid, h1m.217.
[11] Lukmanul Hakim. Perencanaan Pembelajaran (Jakarta : Wacana Prima, 2009)., him. 77
[12] Muhammad Rahman dan Sofan Amad, Op, Cit, him. 197.198.
[13]  Nina Swjaya, Op. Cit., hhn.71-72.
[14] Muhammad Rahman dan Sofen Amari, Op. Cit., hhn. 205
[15] Rana Sanjaya, Op. CiL, him 72.
[16] http://www.mediabelajar.info/2013/06/model-model-desain-pembelajaran.html
[17] Muhammad Rahman don Sofan Ate, Op. Cit, hbL M.
[18] Rona Sa*ya, Cit., him72,
[19] MWmnra#A RWmw dan Sofan Amatt Op. Cit, him- 205-206
[20] Ibid.
[21] Ibid.
[22] Ibid.
[23] Wina Sanjaya, Op., Cit., hlm.75
[24] http://www.mediabelajar.info/2013/06/model-model-desain-pembelajaran.html
[25] Asmadawati, Op. Cit., hlm.218
[26] Ibid. hlm.218
[27] Wina Sanjaya, Op. Cit., hlm.76
[28] Lukmanul Hakim. Op. Cit., hlm.80
[29] Ibid., hlm.81.
[30] Ibid
[31] Ibid.hlm.81
[32] Ibid. hlm. 81-84
[33] http://www.mediabelajar.info/2013/06/model-model-desain-pembelajaran.html
[34] Ibid,

0 komentar:

Posting Komentar