BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan
manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya ter adi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam perbaikan pendidikan pada
semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan dan
tuntutan masyarakat modern. Maka dari itu manusia harus saling
mengenal agar terpenuhi kebutuhanya khususnya kebutuhan pendidikan.
Allah SWT berfirman:
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
Artinya :
Hai manusia,
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujarat : 13).[1]
Salah satu ciri masyarakat
modern adalah selalu inginterjadi adanya perubahan yang lebih baik (improvement
oriented). Hal ini tentu saja
menyangkut berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Komponen
yang melekat pada pendidikan diantaranya adalah kurikulum, guru dan siswa.
Hasil studi menyebutkan
bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namum
pembelajaran dan pemahaman siswa di tingkat dasar
termasuk Madrasah lbtidaiyah pada beberapa materi pelajaran menunjukkan
hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran di tingkat sekolah dasar atau
Madrasah lbtidaiyah cenderung text book oriented dan kurang terkait
dengan kehidupan seharihari siswa. Pembelajaran konsep cenderung abstrak dan
dengan metode ceramah, sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit
dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang
memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan
pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai
akibat motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar
cendenmg menghafal dan mekanistis (Direktorat PLP, 2002).
Menurut
pendapat Peter Sheal (1989) sesuai dengan "Kerucut Pengalaman Belajar" Dia
menyatakan (hasil penelitian) bahwa peserta didik yang hanya mengandalkan "penglihatan" dan "pendengaran"
dalam proses pembelajarannya akan memperoleh days serap kurang dari 50%.
Di sisi lain, dalam melaksanakan proses belajar mengajar, kurang dari 20% guru
yang menggunakan alas bantu pembelajaran. Kurang dari 30% guru yang selalu
mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga wajar apabila
evaluasi hasil belajar hasilnya belum seperti yang di harapkan.
Dampak lain dari
proses pembelajaran tersebut adalah siswa lebih sering menonton gurunya
mengajar dari pada memperhatikan guru mengajar. Sehingga yang "tutu" apalagi memberi nilai "murah"
akan menjadi favorit. Akankah hal
seperti ini kita biarkan atau bahkan dipertahankan? Atau kita akan mendobrak dengan langkah barn? Apa yang kita
lakukan dalam menyikapi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu
akan menentukan siapa diri kita sebenarnya. Apakah kita termasuk penganut status
quo atau menjadi agent of change? Guru yang
ingin ter adi adanya perubahan yang lebih baik, memang bukan sesuatu yang mudah
untuk dilakukan.
Mencermati hal
tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan mind set kearah pencapaian tujuan pendidikan pada
umumnya dan khususnya tujuan pembelajaran.
Terlebih
manusia harus berubah dimulai dari pribadi masing-masing, terlebih murid harus
memotifasi dirinya kemudian pasti akan lebih baik dan mudah mendapatkan ilmu.
Allah
SWT dalam surat Ar-Ra’du
ayat 11
cÎ)... ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 ... ÇÊÊÈ
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar-Ra’du: 11).[2]
Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode, maupun strateginya guns
mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan
memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam
keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan
metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran yang berguna
dalam mencapai iklim PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan) adalah tuntutan yang hares diupayakan
oleh guru.
Keaneka ragaman model pembelajaran yang hendak di
sampaikan pada makalah ini merupakan upaya bagaimana menyediakan berbagai alternatif
dalam strategi pembelajaran yang
hendak disampaikan agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif,
dan psikomotorik peserta didik pads jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrsah-,Ibtidaiyah
(MI). Ini
berarti tidak ada model pembelajaran yang
paling baik, atau model pembelajaran yang sate lebih baik
dari model pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu model
pembelajaran atau pemilihan suatu
model pembelajaran akan tergantung pads tujuan pembelajaran, kesesuaian
Dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP),
menuntut adanya keanekaragaman atau variasi
dalam pembelajaran yang mengarah pads pads PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan). Dengan demikian
makalah ini diharapkan
bisa sebagi acuan bagi guru mata pelajaran matematika dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang
menggambakan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan
siswa berinteraksi sehingga tedadi perubahan atau perkembangan pads diri siswa
(Didang : 2005) Istilah " model pembelajaran" berbeda dengan strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model
pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang lugs dan
menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi
dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model
pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya.
(Joyce, Weil dan Showers, 1992)
Lebih
lanjut Ismail (2003) menyatakan istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu:
1.
rasional teontik yang logis disusun oleh perancangnya,
2.
tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3.
tingkah lake mengajar yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Perbedanya pengertian antara model, strategi,
pendekatan dan metode serta teknik diharapkan guru mata pelajaran umumnya dan khususnya matematika mampu memilih
model dan mempunyai strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
standar kompetensi Berta kompetensi dasar dalam standar isi.
B. PEMILIHAN
MODEL PEMBELAJARAN
Sebelum
menentukan model pembelajaran yang ingin digunakan dalam kegiatan mengajar di kelas, ada beberapa
faktor yang hares diperhatikan seorang guru dalam menentukan pilihannya
terhadap penggunaan model pembalajaran yang akan digunakan diantaranya adalah.
Gur u diharapkan
mempertimbangkan hal-hal dalam menentukan tujuan yang hendak dicapai apakah tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai berkenan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial, keterampilan siswa, kognitif,
afektif dan psikomotor pada siswa?, kompleksitas
tujuan pengajaran
apa yang ingin dicapai? Akankah tujuan
yang hendak dicapai itu memerlukan keterampilan akademik?
Baru diharapkan mempertimbangkan
hubungan antara bahan atau materi dalam pembelajaran yang akan disajikan.?
Apakah materi pelajaran
yang akan disampaikan berupa fakta., konsep, hokum atau teori?
Apakah
pembelajaran yang akan berlangsung memerlukan prasyarat atau tidak? Bahan atau sumber
pendukung sudah ada clan relevan untuk materi?
baru diharapkan dapat mempertimbangkan kemampuan dasar
siswa
Apakah
model pembelajaran yang dipilih sudah tepat dengan kematangan siswa? Apakah model pembelajaim
yang dipilih sesuai dengan bakat, mintat, dan kondisi siswa?
Apakah model pembelajaran
itu sesuai dengan karakter siswa?
Apakah dengan satu model
tujuan pembelajaran sudah tercapai?
Apakah model yang sudah
ditetapkan itu sudah dianggap satu-satunya. model yang dapat digunakan?
Apakah model pembelajaran
itu memiliki nilai efektivitas atau efisien?
C.
MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran
guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan abelajaran dalam bentuk alat peraga.
Pola pembelajaran ini tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan
menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa
(guru + alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini guru sudah tentu ada berbagai bahan pembelajaran yang disebut
alat peraga pembelajaran yang menjelaskan dan meragakan suatu
pesan yang bersifat abstrak.
Media (guru) +
(media) dengan siswa. Pola
pembelajaran ini sudah mpertimbangkan keterbatasan guru yang tidak
mungkin menjadi satu – satunya nber belajar dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan berbagai dia
pembelajaran sebagai sumber belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran, jadi siswa dapat
memperoleh informasi dari berbagai media sebagai media belajar, misainya dari majalah, modul, siaran
radio pembelajaran, televisi pembelajaran, media komputer dan internet. Pola ini merupakan
pola. pembelajaran -gantian antara guru dan media dalam berinteraksi dengan siswa,
pembelajaran media dengan siswa
atau pola pembelajaran jarak jauh nggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan, dalam pola ini, belajar dengan media, tanpa campur tangan guru, artinya, guru hanya sebagai ilitator
yang menyiapkan bahan atau materi
pembelajaran saja yang kemudian ian
tersebut diaplikasikan pads media sebagai sumber belajar siswa yang utama.
D. MODEL
PEMBELAJARAN
Berdasarkan teori
pendidikan dan teori belajar dari pars ahli tertentu. Sebagai contoh, model
pembelajaran kelompok yang disusun oleh Herbert Thelen berdasarkan
teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi siswa dalam
kelompok secara demokratis.
Mempunyai
misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model pembelajaran berpikir induktif
dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif. Dapat
dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model Synectic
dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang. Memiliki
bagian-bagian model yang disebut (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), (2) adanya
prinsip-prinsip reaksi, (3) sistem sosial, (4) sistem pendukung. Keempat hal tersebut merupakan pedoman praktis
bila guru akan melasksanakan suatu model pembelajaran. Memiliki dampak sebagai akibat terapan
model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi dampak
pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; dan dampak pengiring,
yaitru hasil belajar jangka panjang.
Membuat persiapan mengajar
(desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yangh
dipilihnya.
E. MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN TEORI
Model Interaksi Sosial
Model interaksi sosial adalah Model yang mengutamakan
hubungan individu dengan masyarakat atau
orang lain, dan memusatkan perhatiannya kepada proses dimana realita yang ada dipandang sebagai suatu
negosiasi sosial. Model ini menekankan
pads hubungan personal dan sosial kemasyarakatan diantara peserta didik
yang berfokus pads peningkatan kernampuannya untuk berhubungan dengan orang
lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan beker a secara produktif
dalam masyarakat.
Model interaksi sosial ini didasari oleh
teori belajar Gestalt (field-theory). Model interaksi sosial yang menitikberatkan pads hubungan
yang harmonic antara individu dengan masyarakat (learning to life together).
Teori pembelajaran Gestalt dirintis oleh Max Wertheimer (1912) bersarna
dengan Kurt Koffka dan W. Kohler. Mereka
mengadakan eksperimen mengenai pengamatan visual dengan fenomena fisik.
Percobaannya yang dilakukan memproyeksikan titik-titik cahaya (keseluruhan
lebih penting dari pads bagian).
Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu
akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu
objek/peristiwa adalah terletak pads
keseluruhan bentuk (Gestalt) dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran
akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagianbagian.
Pengalaman insight. Dalam
proses pembelajaran peserta didik hendaknya memiliki kemampuan insight yaitu
kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam
suatu j ob ek. Guru hendaknya mengembangkan kemampuan
peserta, didik dalam memecahkan
masalah dengan insight.
Pembelajaran yang
bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses
pembelajaran. Content yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi
kehidupannya di mass yang akan datang.
Perilaku
bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku di camping ada, kaftan dengan SR-bond,
jugs terkait eras dengan tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran ter adi
karena peserta didik memilild harapan tertentu. Oleh sebab, itu, pembelajaran
akan berhasil bila peserta didik mengetahui tujuan yang akan dicapai.
Prinsip
ruang hidup (Life space). Prinsip ini
dikembangkan oleh Kurt Lewin (teori medan field theory). Prinsip ini menyatakan
bahwa perilaku peserta didik terkait dengan lingkungan/medan tempat is berada.
Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaftan dengan situasi lingkungan
tempat peserta didik berada (CTL).
pemprosesan
informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cars-cars tat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) untuk memahami
dunia ara menggali dan
mengordinasikan data, merasakan adanya masalah dan akan jalan pemecahannya. Beberapa, model dalam
kelompok ini memberikan .-a siswa
sejumlah konsep, sebagian lagi menitikberatkan pada pembentukan konsep tesan hipotesis, dan sebagian lainnya memusatkan
perhatian pada pengembangan m
kreatif. Beberapa model sengaja dirancang untuk memperkuat kemampuan
umum.
Perolehan, individu memberikan
makna/mempersepsikan segala informasi yang pada dirinya sehingga terjadi proses
penyimpanan dalam memori peserta didik. Penahanan, menahan informasi yang sampai pada
dirinya sehingga teradi proses penyimpanan dalam memori siswa. Ingatan kembali, mengeluarkan kembali informasi
yang telah disimpan, bila ada rangsangan, Generalisasi, menggunakan
hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu, Perlakuan,
perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran, Umpan balik, individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya.
Menurut Rusman
(2014:140) pembelajaran pemrosesan informasi ada sembilan
langkah yang harus diperhatikan oleh seorang pendidikan, yakni sebagai
berikut. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa. Memberikan informasi
mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas. Merangsang siswa untuk
memulai aktivitas pembelajaran.
Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan
topic yang telah direncanakan, memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
Memberikan penguatan pads perilaku
pembelajaran, memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan
siswa, melaksanakan penilaian proses dan hasil, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
A.
Model
pembelajaran Personal[3]
Model personal menekankan pada pengembangan
konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi
pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya
sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistik untuk
membantu membangun hubungan yang produktif
dengan orang lain dan lingungannya.
Model ini bertitik tolak dari teori humanistik,
yaitu berorientasi pads pengembangan individu.
Perhatian utamanya pads emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan
produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik
mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara
efektif.
Tokoh
humanistik adalah Abraham Maslow
(1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. menurut teori ini, guru harus berupaya
menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta
didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirinya baik emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cars untuk memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik terhadap perasaanya. Implikasi teori ini dalam pendidikan adalah sebagai berikut.
didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirinya baik emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cars untuk memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik terhadap perasaanya. Implikasi teori ini dalam pendidikan adalah sebagai berikut.
Bertingkah laku dan
belajar adalah hasil pengamatan. Tingkahlaku yang ada dapat dilaksanakan
sekarang (learning to do). Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap
aktualisasi diri. Sebagian besar tingkahlaku individu adalah hasil dari
konsepsinya sendiri. Mengajar
adalah bukan hal penting, tapi belajar bagi peserta didik adalah sangat
penting.
Mengajar adalah membantu
individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang aktif dengan lingkungannya dan memandang
dirinya sebagai pribadi yang cakap. Tujuan model pembelajaran personal adalah
untuk meningkatkan kesehatan mental emosional
anak-anak, dan keterlibatan anak-anak dalam menentukan/memilih apa yang dipelajari dan bagaimana mempelajarinya, sehingga
ada kesesuaian yang tinggi antara belajar
dengan kebutuhan anak, mengembangkan pemahaman diri ( self- acept),
kreativitas, dan kemampuan anak dalam mengekspresikan diri dengan lebih baik. Melalui personal dan sosial dapat diterapkan
untuk mencapai tujuan sosial dan akademis, akan tetapi masing-masing
model memiliki kekuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Model pembelajaran personal ini meliputi strategi
pembelajaran sebagai berikut:
Model
|
Tokoh
|
Tujuan
|
Pengajaran non-
Directif (Tanpa
Arahan),
|
Carl Rogers
|
Menekankan pads pembentukan
kemampuan untuk perkembangan
pribadi dalam arti kesadaran diri,
pemahaman diri, kemandirian dan
konsep diri.
|
Latihan
Kesadaran
|
Fritz Perls
Willian Schutz
|
Meningkatkan kemampuan seseorang
untuk kesadaran eksplorasi diri dan
banyak menekankan pads
perkembangan kesadaran dan
pemahaman antarpribadi
|
Sinerktik
|
William Gordon
|
Mengembangkan pribadi dalam
kreativitas dan pemecahan masalah
kreatif
|
Penemuan
Konsep
|
Jerome Bruner
|
Dirancang untuk meningkatkan
kekomplekan Konseptual dan
keluwesan pribadi.
|
Pertemuan Kelas
|
Willian Glasser
|
Mengembangkan pemahaman diri dan
tanggung jawab kepada diri sendiri
serta kelompok sosial.
|
1. Modifikasi Tingkah Laku
Model behavioral menekankan
pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta ddik sehingga konsisten dengan konsep,
dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon. Model behaviorial
menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil,
berurutan dan mengandung perilaku tertentu.
Model ini bertitik tolak dari teori belajar
behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk
tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model
ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perlilaku yang tidak dapat diamanti karalcteristik model ini
adalah penjabaran tugas—tugas yang harus dipelajari peserta didik lebih
efisien dan berurutan.
Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku ini, yaitu:
a.
Fase mesin pengajaran
b.
Penggunaan media.
c.
Pengajaran berprogram (liner dan branching)
d.
Operant conditioning , dan operant reinforcement.
Implementasi dari model modifikasi tingkah laku
ini adalah meningkatkan ketelitian pengucapan pada anak. Guru selalu perhatian
terhadap tingkah laku belajar peserta didik.
Modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya rendah dengan
reward, sebagai reinforcement pendukung. Penerapan prinsip pembelajaran
individual dalam pembelajaran klasikal.
B. PENGERTIAN
MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
Untuk mengatasi berbagai problematikan dalam
pelaksanaan Pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang mampu
mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan siswa
belajar. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman ddalammelakukan kegiatan.[4] Selanjutnya model juga
merupakan seperangkan prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses,
seperti penilaian kebutuhan, pernilihan media, dan evaluasi.[5]
1.
Suatu tipe atau desain,
2.
Suatu deskripsi atau analogi yang
dipergunakan untuk membantu proses visualisasi tertentu yang tidak dapat
diamati dengan langsung.
3.
Suatu system asumsi-asumsi, data-data yang
dipakai untuk menggambarkan secara sistematis suatu objek atau peristiwa
4.
Suatu desain yang disederhanakan dari
suatu sisem kerja.
5.
Suatu deskripsi dari suatu system yang
mungkin.
6.
Penyajian yang diperkecil agar dapat
menjelaskan.
Desain merupakan sebagai
proses pemecahan masalah, tujuan sebuah desain ,adalah untuk mencapai solusi terbaik
dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi tersedia.[7] Dengan demikian suatu
desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan masalah, dengan desain
seseorang dapat melakukan pemecahan masalah yang dihadapi.[8]
Sementara desain pembelajaran adalah suatu
pemikiran atau persepsi untuk melaksanakan tugas mengajar pengajaran untuk
menerapkan prinsip-prinsip pengajaran serta
melalui langkah-langkah pengajaran. Dengan demikian guru sebagai desainer
pengajar sekaligus sebagai pengelola pengajaran, guru perlu memiliki
keterampilan dan pengetahuan dalam menyusun desain pengajaran.[9]
Selanjutnya model desain pembelajaran merupakan
pengelolaan dan pemngembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen
pembelajaran.[10]
Model desain pembelajaran dalam penerapannya
terutama untuk kepentingan penyusunan system pembelajaran individual.[11]
C.
KLASIFIKASI
MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
Dalam
desain dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh pars ahli. Secara umum,
model desain pembelajaran dapat diklasifikasi kepada:[12]
1.
Model berorientasi kelas, biasanya ditunjukkan untuk mendesain level
mikro yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya model
ASSURE.
2.
Model berorientasi prosuk, merupakan model desain pembelajaran untuk
menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran. Contohnya Model Hannfin
Dan Peck.
3.
Model berorientasi system, yaitu model desain pembelajaran untuk
menghasilkan system pembelajaran yang cakupannya luas, seperti system suatu
pelatihan, kurikulum sekolah, dan lain-lain. Contohnya model ADDIE.
1.
Model Kemp
Model
desain system instruksional yang dikembangkan oleh Kemp merupakan model yang membentuk siklus, menurut Kemp
pengembangan desain system pembelajaran terdiri atas komponen-komponen yang dikembangkan
sesuai dengen kebutuhan
dan berbagai kendala yang timbul.[13]
Pengembangan perangkat merupakan
suatu lingkaran yang kontinu, tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan dengan akktivitas revisI.
Model ini tidak ditentukan dari komponen mana seharusnya guru memulai
proses pengembangan. Mengembangkan sistem menurut Kemp dari mana saja bisa,
asal saja urutan komponen tidak diubah dan setiap komponen memerlukan revisi
untuk mencapai hasil yang maksimal.[14]
Namun
karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indoneisa dan
beroreintasi pada tujua, maka seyogyanya
proses itu dimulai dari tujuan, model pengembangan sistem pembelajaran ini
memuat pengembangan perangkat pembelajaran.[15]
Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain
intruksional itu terdiri dari 8 langkah yaitu :
1)
Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau
Standar Kompetensi.
2)
Menganalisis karakteristik peserta didik
3)
Menentukan TIK atau Kompetensi Dasar.
4)
Menentukan materi pelajaran
5)
Menetapkan penjajagan awal (pre test)
6)
Menentukan strategi belajar mengajar
7)
Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi
tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga.
8)
Mengadakan evaluasi[16]
1.
Hasil
yang ingin dicapaii,
2.
Analisis
tes mata pelajaran
3.
Tujuan khusus belajar,
4.
Aktivitas
belajar
5.
Sumter
belajar,'
6.
Layanan
pendukung,
7.
Evaluasi
belajar,
8.
Tes
awal,
9.
Karateristik belajar.
Kesembilan
komponen tersebut merapakan suatu siklus yang tem-menems direvisi setelah dievaluasi balk
evaluasi sumatif maupun formatif dan diarahkan untuk menentukan kebutuhan siswa,
tujuan yang ingin dicapai, prioritas dan berbagai kendala yang muncul.[18]
Terdapat unsur-unsur rencana perancangan
pembelajaran, unsur tersebut adalah :[19]
1. Identifikasi masalah pembelajaran, bertujuan
mengidentifitkasi tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang
tedadi dilapangan baik menyangkut model, pendekatan, metode, teknik dan
strategi yang digunakan guru.
2. Analisis siswa, dilakukan untuk mengetahui
tingkah lake awal dan karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan
pengalaman.
3. Analisis tugas, adalah kumpulan prosedur untuk
menentukan isi suatu pengajaran, analisis konsep, analisis pernrosesan
informasi, dan analisis procedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman
dan penguasaan tentang tugas dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam RPP.
a.
Alat untuk mendesain kegiatan
pembelajaran.
b.
Kerangka ker a dalam
merencanakan mengevalauasi hasil belajar siswa.
c.
Panduan siswa dalam belajar.
5.
Penyusunan instrument evaluasi, bertujuan untuk menilai hasil belajar, kriteria yang digunakan adalah penilaian acuan
patokan.
6. Strategi pembelajaran,
kegiatan ini meliputi pemilihan model, pendekatan, metode, pemilihan format,
yang dipandang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
7. Pemilihan media atau
cumber belajar, dipilih dan disiapkan dengan hati-hati untuk memenuhi tujuan
pembelajaran.
8. Merinci pelayanan penunjang yang diperlukan
untuk mengembangkan dan melaksanakan semua kegiatan[21].
Melakukan kegiatan
revisi perangkat pembelajaran, setiap langkah rancangan pembelajaran selalu dihubungkan dengan revisi, dimaksudkan untuk
mengevabinsi dan memperbaiki rancangan dibuat[22].
2. Model PPSI
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional) adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung
pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan
pelaksanaan program pengajaran secara
sistemis, untuk dadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar.[23] Istilah
sistem instruksional dalam PPSI, mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan
pendekatan sistem, maka PPSI juga dapat disebut menggunakan pendekatan yang
berorientasikan pada tujuan.[24]
Konsep PPSI model instruksional
yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi,
yang terdiri atas sejumlah komponen yang Baling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.[25] sedangkan fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan
perencanaan dan
pelaksanaan
program pengajaran secara sistematik dan
sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman
bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.[26]
PPSI
terdiri
dari 5 tahap yakni:
1. Merumuskan
tujuan, yaknikernampuan yang harus dicapai oleh sisiwa, ada 4 syarat dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan hares operasional, artinya
tujuan yang dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur, berbentuk hasil
belajar bukanproses belajar, berbentuk
perubahan tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk
tingkah laku.
2. Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes
dan menyusun item soal untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi disimpan pads
tahap 2 setelah perumusan tujuan untuk
meyakinkan ketepatan tujuan sesuai dengan kriteria yang telah di
tentukan.
3.
Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan
semua kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan
belajar perlu ditempuh.
4. Mengembangkan
program kegiatam pembelajaran yakni merumuskan materi pelajaran. Menetapkan
metode dan memilih alat dan sumber pelajaran.
5. Pelaksanaan program,
yaitu kegiatan mengadakan pra tes, menyampaikan materi pelajaran,
mengadakan psikotes, clan melakukan perbaikan.[27]
3. Model Glaser
Model dasar perencanaan
pembelajaran berdasarkan model dasar pengajaran yang dikembangan oleh Glaser
seabgai berikut :[28]
1. Tujuan pembelajaran
Menurut Glaser langkah yang pertama yang
terpenting adalah merumuskan tujuan. Tujuan
ini dapat menentukan seluruh kegiatan maupun isi pembelajaran.[29] Tujuan pembelajaran yang
bentuknya khusus harus dirumuskan berdasarkan pada analisis pembelajaran
dan karakteristik siswa. Tujuan ini dirumuskan secara khusus dan jelas
menggambarkan kemampuan apa yang diharapkan dapat dimiliki setelah proses
pembelajaran. Rumusan tujuan dibuat berdasarkan analilis
terhadap barbagai tuntutan kebutuhan dan harapan.[30]
2. Pengenalan
keadaan siswa
Setelah merumuskan
tujuan, guru melakukan kegiatan pengenalan keadaan siswa sebelum berlangsungnya
proses pembelajaran (entry behavior), yaitu apakah siswa menguasai materi pembelajaran yang akan
dibefflcan, atau sampai sejauh mans penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran yang diajarkan itu.[31]
3. Prosedur pembelajaran
Atas dinar hari dari entry behavior bandah
ditempuh prosedur atau strategi pembelajaran meliputi :[32]
a.
Metode apa yang digunakan dan kegiatan apa yang akan
dilakukan
b.
Alat atau media pembelajaran apa yang digunakan.
c.
Berapa lama proses pembelajaran berlangsung.
4. Evaluasi
Hasil Belajar
Melaksanakan evaluasi terhadap sejauh mans proses pemblajaran dapat mencapai
tujuan. Evaluasi benyak- tergantung, kepada
tujuan yang hendak dicapai yang secara terus menerus.
4.
Model ISD (Instructional system
design)
Rancangan sistem pembelajaran merupakan prosedur terorganisir
yang mencakup langkah-langkah menganalisis, merancang, mengembangkan,
melaksanakan dan menilai pembelajaran. Langkah-langkah ini, dalam setiap poses
memiliki dasar yang terpisah dalam teori maupun praktek seperti halnya pada
proses ISD secara keseluruhan. Dalam pengutaraannya yang lebih sederhana adalah
sebagai berikut :
a)
Menganalisis adalah mengidentifikasi apa yang
dipelajari.
b)
Merancang adalah menspesifikasi proses dan produk.
c)
Mengembangkan adalah memandu dan menghasilkan
materi pembelajaran.
d) Melaksanakan adalah
menggunakan materi dan strategi dalam konteks.
e)
Menilai adalah menentukan kesesuaian pembelajaran.[33]
D. Pengembangan Modal Gerlach dan Ely
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely
(1971) dimaksudkan sebagai pedoman
perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model
ini melibatkan sepuluh unsur yakni sebagai berikut. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan
pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar
mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap
komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang
satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat
dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.[34]
1)
Merumuskan tujuan. (specification
of objectives).
Tujuan
pembelajaran adalah target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran Yang di dalamnya
merumuskan kemapuan apa yang harus dimiliki siswa pada tingkat jenjang tertentu, sehingga setelah selesai
pokok bahasan siswa dapat memiliki kemampuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Adapun petunjuk dalam
merumuskan masalah adalah sebagai berikut
a.
Formulasikan dalam bentuk yang operasional
(mudah diukur)
b.
Rumuskan dalam bentuk produk
belajar.
c.
Rumuskan dalam tingkah laku
siswa, bukan tingkah laku guru.
d.
Rumuskan sedemikian
rupa sehingga menunjukan dengan jelas tingkah laku Yang di tuju.
e.
Usahakan hanya mengandung satu tujuan
belajar (satu kemampuan)
f.
Rumuskan tujuan dalam tingkat keluasan
yang sesuai.
g.
Rumuskan kondisi dari tingkah laku yang
dikehendaki.
h.
Cantumkan standar tingkah laku yang dapat
diterima.
2)
Menentukan isi materi. (specification of content)
Isi materi
berbeda-beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya, namun isi
materi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Oleh karena itu, apa yang akan diajarkan pada
siswa hendaknya dipilih pokok bahasan
yang lebih spesifik. Selain untuk membatasi ruang lingkupnya juga apa
Yang akan diajarkan dapat lebih jelas dan mudah dibandingkan atau dipisahkan
dengan pokok bahasan lain dalam satu mats pelajaran yang sama.
3) Menurut
kemampuan awal. (assesmentof entering behaviors)
Kemampuan
"awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal. Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa ini penting bagi
pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat; tidak terlalu sukar
dan tidak terlalu mudah. Pengetahuan tentang kemampuan awal juga berguna untuk
mengambil langkahlangkah yang diperlukan, misalnya apakah perlu persiapan
remedial.
Pengumpulan data siswa di
lakukan dengan dua cara
a.
pretest
b.
mengumpulkan
data pribadi siswa.
4)
Menentukan
teknik dan strategi. (determination of strategy)
Menurut Gerlach dan Ely,
strategi merupakan pendekatan yang dipakai pengajar
dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan
tugas/peranan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan perkataan lain,
pada tahap ini pengajar harus menentukan
cara untuk dapat mencapai tujuan instruksional dengan sebaik-baiknya.
Dua bentuk umum tentang pendekatan ini adalah
berntuk eksopose (espository) yang lazim dipergunakan dalam kuliahkuliah tradisional, biasanya lebih bersifat
komunikasi satu arch, dan bentuk penggalian (inquiry) yang lebih
mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar.
Dalam pengertian instruksional yang sempit, metode ini merupakan rencana
yang sistematis untuk menyajikan pesan atau informasi instruksional.
5) Pengelompokan
belajar. (organization of groups)
Setelah menentukan pendekatan
dan metode, pengajar harus mulai merencanakan bagaimana kelompok belajar akan
diatur. Pendekatan yang menghendaki kegiatan belajar
secara mandiri dan bebas (independent study) memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan
yang memerlukan banyak diskusi dan
partisipasi aktif siswa dalam ruang yang kecil, atau untuk mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas.
Beberapa pengelompkan siswa antara lain :
a)
Pengelompokan berdasarkan jumlah siswa (grouping
by size) yaitu, belajar mandiri, kelompok kecil dan kelompok besar.
b)
Pengelompokan campuran (ungraded grouping) yaitu
pengelompokan yang tidak memandang kelas ( tingkat) maupun usia tetapi, mereka
mempunyai tingkat pengetahuan yang sama dalam satu mats pelajaran.
c)
Gabungan beberapa kelas ( multiclass grouping) dalam sate
ruangan besar, mendapat pelajaran dengan
bermacam-macam kegiatan pada saat
yang bersamaan.
d)
Sekolah dalam sekolah (schools within schools) yaitu satu komplek yang besar yang terdiri
dari beberapa gedung sekolah, pengelompokan ini berdasarkan atas pengelompokan
kemampuan maupun basil-basil yang dicapai oleh siswa, tetapi untuk memudahkan pengaturan administrative karena
besarnya jumlah siswa yang terdaftar.
e)
Taman kependidikan (educational park), yaitu
kampus yang terdiri atas TK sampai perguruan
tinggi dengan pemusatan sarana, pelayanan dan informasi.
6)
Menentukan pembagian waktu. (allocation
of time)
Pemilihan
strategi dan teknik untuk ukuran kelompok yang berbeda-beds tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan
waktunya, yaitu apakah sebagian besar waktunya harus dialokasikan untuk
presentasi atau pemberian informasi, untuk
pekedaan laboratorium secara individual, atau untuk diskusi. Mungkin
keterbatasan ruangan akan menuntut pengaturan yang berbeda pula karena harus
dipecah ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
7)
Menentukan ruang. (allocation of space)
Sesuai
dengan tiga alternative
pengelompokan belajar
seperti pada
no.5, alokasi ruang ditentukan dengan menjawab apakah
tujuan belajar dapat dipakai secara lebih efektif dengan belajar secara mandiri
dan bebas, berinteraksi antarsiswa, atau mendegarkan penjelasan dan bertatap
muka dengan pengajar.
8) memilih media ruang. (allocation of resource)
Pemilihan
media menurut tanggapan siswa yang di sepati mambagi
media sebagai sumber
belajar ini ke dalam limalatergori, yaitu: (a) manusia dan bends nyata, (b) media visual proyeksi, (c) media audio, (d)
media cetak, dna (e) media display.
9)Mengevaluasi basil
belajar. (evaluasion ofpermance)
Kegiatan belajar adalah
interaksi antara pengajar dan siswa, interaksi antara siswa dna media instruksional.
Hakikat belajar adalah perubahan tingkah lake belajar pads akhir kegiatan
instruksional. Semua usaha kegiatan pengembangan instruksional di atas dapat
dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah lake akhir belajar tersebut
dievaluasi. Instrumen evaluasi dikembangkan atas dq--,ar rumusan
tujuan dan harus dapat mengukur keberhasilan secara benar dan objektif Oleh
sebab itu, tujuan instniksional hares dirumuskan dalam tingkah lake
belajar siswa yang terukur dan dapat diamati.
10) Menganalisis umpan batik. (analysis
offeedback)
Analisis
umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem instruksional ini. Data
umpan balik yang diperoleh dari evahlasi, tes, observasi, maupun
tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional ini menentukan, apakah
sistem, metode, maupun media yang dipakai dalam kegiatan instruksional
tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih perlu disempurnakan.
BAB III
TANGGAPAN
Dari pokok bahasan yang telah diuraikan di
atas bahwa atas bahwa tanggapan kami sebagai kelompok VI dengn judul makalah
Model- model dan desain pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.
Kami mengerti dan berusaha menerapkan model-model pembelajaran
yang ada
b.
Melalui model-model dan desain pembelajaran ini kami berharap
membuat peserta didik lebih maksimal dalam belajar
c.
Harapan kami semua guru dapat menggunakan bermacam-macam model
agar pembelajaran tidak nonoton
BAB IV
SIMPULAN
Model
pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan
penciptaan situasi lingkungan yang memumgkinkan siswan berintraksi sehingga
terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Semua model dan desain
pembelajaran dapat di pandukan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara maksimal.
DAFTAR
RUJUKAN
Syaiful Sagala, Konsep
dan Makna Pelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2013).,
Muhammad Rahman dan Sofan Amari, Strategi dan Desain Pengembangan Sistem pembelajaran, (Jakarta : Pustakarya, 2013).,
Muhammad Rahman dan Sofan Amari, Strategi dan Desain Pengembangan Sistem pembelajaran, (Jakarta : Pustakarya, 2013).,
Wina Sanjaya,
Percakapan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 001).,
Asmadawati,
Desain Pembelajaran Agama Islam, (Padang : Multicipta, 2012).,
Lukman
Hakim. Perencanaan Pembelajaran (Jakarta : Wacana Prima, 2009).,
http://mehanaihsata.blogspot.co.id/2015/03model-pembelajaran-pemrosesan-informasi.html)
http://www.mediabelajar.info/2013/06/model-model-desain-pembelajaran.html
[3]
http;//munawarmadina.blogspot.co.id/2014/14/model-pembelajaran-personal.html,
10-03-2016, 06:50
[5] Muhammad Rahman dan Sofan Amari, Strategi
dan Desainp Pengembangan Sistem Pembelajaran,
(Jakarta : Pustakaraya, 2013)., him. 197
[7] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011)., him. 65.
[8] Ibid,
[10] Ibid, h1m.217.
[17]
Muhammad Rahman don Sofan Ate, Op. Cit, hbL
M.
[20] Ibid.
[21] Ibid.
[22] Ibid.
[23]
Wina Sanjaya, Op., Cit., hlm.75
[24]
http://www.mediabelajar.info/2013/06/model-model-desain-pembelajaran.html
[25]
Asmadawati, Op. Cit., hlm.218
[26] Ibid. hlm.218
[27]
Wina Sanjaya, Op. Cit., hlm.76
[28]
Lukmanul Hakim. Op. Cit., hlm.80
[29]
Ibid., hlm.81.
[30] Ibid
[31] Ibid.hlm.81
[32]
Ibid. hlm. 81-84
[33] http://www.mediabelajar.info/2013/06/model-model-desain-pembelajaran.html
0 komentar:
Posting Komentar