Beranda

Selasa, 02 April 2019

MEMBUAT INTERAKSI PEMBELAJARAN LEBIH EFEKTIF


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu yang memiliki keunikan-keunikan. Dengan keunikan ini terjadi perbedaan antara individu satu dengan individu lainnya. Dari perbedaan ini pula yang menyebabkan terjadinya perbedaan status seseorang di masyarakat. Namundi balik keindividuannya manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Sosial dalam arti bahwa manusia sebagai individu tidak dapat dipisahkan dengan individu yang lain dalam masyarakat. Manusia saling membantu sesamanya.[1]
Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya terjadi hubungan antara individu satu dengan individu lainnya. Hubungan ini terjadi karena manusia tersebut memiliki keinginan untuk melengkapinya. Tentunya jalan yang dipakai adalah dengan saling bertukar informasi, yang dalam bahasa lainnya adalah berkomunikasi. Komuniksi adalah proses penyampaian suatu pesan dari seseorang kepada orang lain, dengan maksud untuk memberi tahu, mengubah sikap, perilaku/pendapat, baik secara langsung maupun tidak langsung melaui media.
Pada hakekatnya cara memberi interuksi adalah suatu proses komunikasi,untuk itu sebelum mendalami cara memberi interuksi, parainstruktor harus mengetahui dulu apa itu komunikasi. Seperti halnya komunikasi, terjadinya interuksi juga mempunyai syarat diantaranya adalah adanya yang menyampaikan pesan (komunikator), adanya penerima (audience), adanya pesan yang disampaikan (materi ajar), efek yang ditimbulkan (akibat adanya pesan) dan adanya media jika diperlukan.
Hidup bersama antara manusia berlangsung di dalamberbagai bentuk perhubungan, di dalam berbagai jenissituasi. Tanpa adanya proses interaksi di dalam hidupmanusia, tidak mungkin mereka dapat hidup bersama.Proses interaksi itu mungkin terjadi, karena kenyataanbahwa manusia pada hakekatnya memiliki sifat socialyang besar. Setiap proses interaksi terjadi dalamikatan suatu situasi, tidak di tempat atau ruang yanghampa. Dengan demikian, maka ada berbagai jenissituasi yang memberi kekhususan pada prosesinteraksi, misalnya interaksi belajar mengajar atauinteraksi edukatif.
Namun dalam uraian ini akandibatasi penjelasan mengenai interaksi belajarmengajar. Sebagai fasilitator, ialah menyediakansituasi dan kondisi yang dibutuhkan oleh individu yangbelajar. Sebagai pembimbing, ialah memberikanbimbingan kepada siswa agar mampu belajar denganlancar. Sebagai motivator, ialah memberi dorongansemangat agar siswa mau dan giat belajar. Sebagaiorganisatoris, ialah mengorganisasikan kegiatanbelajar mengajar siswa maupun guru. Sebagaimanusia sumber, dimana guru dapat memberikaninformasi apa yang dibutuhkan oleh siswa.
Untuk penjelasan lebih lanjut, maka makalah ini membahas tentang cara Membuat Instruksi Lebih Efektif. Dan juga, pada makalah ini terdapat beberapa revisi dalam hal penggunaan kata-kata, kalimat, sitematika penulisan berdasarkan ejaan yang disempurnakan dan penyempurnaan materi yang diambil dari beberapa ilmuan dan ayat-ayat Al-qur’an.

B.     Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberi petunjuk kepada Mahasiswa tentang cara memberi instruksi dan dapat dipraktekkan, Serta sebagai bahan diskusi pada mata kuliah yang telah direncanakan.

C.    Sistematika Makalah
Pedoman Dasar Instruksi.
1.      Pendahuluan
2.      Pedoman dasar interuksi
3.      Metode cara memberi interuksi
4.      Syarat-syarat menjadi Instruktur
5.      Instruksi Keterampilan Kognitif
6.      Perencanaan Instruksional
7.      Penutup

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pedoman Dasar Instruksi
Menurut Sardiman A.M. yang disadur oleh AbuAhmadi dan Joko Triprasetyo memberikan defenisi interaksibelajar mengajar adalah adanyakegiatan interaksi dari guru yang melaksanakan tugasmengajar disatu pihak, dan warga belajar (siswa, anakdidik/ subjek belajar) yang sedang melaksanakankegiatan belajar di pihak lain.[2]
Winarno Surachman memberikan defenisi Interaksibelajar mengajar sebagai suatu interaksi yang berlangsungdalam ikatan tujuan pendidikan.[3]Tujuan dalam melakukaninteraksi belajar mengajar tertuang dalam TIK yangmerupakan tujuan yang eksplisit, interaksi belajar mengajardiarahkan agar aktivitas berada pada pihak peserta didik.
Defenisi lain dari interaksi belajar mengajar atauinteraksi edukatif adalah hubungan timbalbalik antara gurudan peserta didik,dalam suatu sistem pengajaran. Interaksi belajarmengajar merupakan faktor penting dalam usahamencapai terwujudnya situasi belajar mengajar yangbaik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.[4]
Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwatercapainya tujuan proses belajar mengajar yang baik dalamkegiatan pendidikan dan pengajaran, memerlukan usaha terciptanya interaksi yang antara guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar.
Agar dalam interaksi dapat mencapai sasaran, maka ada beberapa pedoman yang dapat digunakan sebagai pedoman dasar instruksi, antara lain:
1.         Dimulai dengan menggali bahan appersepsi (pedoman yang telah dimiliki oleh siswa)
2.         Gunanya untuk menarik perhatian dan minat siswa.
3.         Membangkitkan motivasi belajar siswa.
4.         Membangkitkan aktivitas siswa.
5.         Memperhatikan perbedaan perorangan.
6.         Pakailah bahasa yang sederhana, dalam arti sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa, sehingga apa yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik.
7.         Memperhatikan indera siswa.
8.         Menggunakan media atau alat peraga untuk memudahkan bagi siswa menangkap pelajaran.
9.         Memberi kesempatan bertanya kepada siswa.
10.     Mengadakan evaluasi.[5]

Di dalam Al-qur’an dijelaskan secara tersurat maupun tersirat tentang interaksi yang efektif, diantaranya adalah:
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman: 13)[6]
وَٱقۡصِدۡ فِي مَشۡيِكَ وَٱغۡضُضۡ مِن صَوۡتِكَۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلۡأَصۡوَٰتِ لَصَوۡتُ ٱلۡحَمِيرِ ١٩
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 19)[7]
عَبَسَ وَتَوَلَّىٰٓ ١ أَن جَآءَهُ ٱلۡأَعۡمَىٰ ٢  وَمَا يُدۡرِيكَ لَعَلَّهُۥ يَزَّكَّىٰٓ ٣ أَوۡ يَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ ٱلذِّكۡرَىٰٓ ٤  أَمَّا مَنِ ٱسۡتَغۡنَىٰ ٥ فَأَنتَ لَهُۥ تَصَدَّىٰ ٦  وَمَا عَلَيۡكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ ٧  وَأَمَّا مَن جَآءَكَ يَسۡعَىٰ ٨  وَهُوَ يَخۡشَىٰ ٩ فَأَنتَ عَنۡهُ تَلَهَّىٰ ١٠  كَلَّآ إِنَّهَا تَذۡكِرَةٞ ١١
1) Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, 2) karena telah datang seorang buta kepadanya, 3) Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), 4) atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya, 5) Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, 6) maka kamu melayaninya, 7) Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman), 8) Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), 9) sedang ia takut kepada (Allah), 10) maka kamu mengabaikannya, 11) Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan.” (QS. Abbasa: 1-11)[8]

B.     Metode/Cara Memberi Instruksi
1.      Pengertian
Metode adalah cara, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam hubugannya dengan cara memberi interuksi adalah cara yang digunakan instruktur dalam menyampaikan pesan. Dengan metode ini diharapkan dapat memperjelas audience dalam menerima pesan yang disampaikan oleh instruktur.

2.      Metode-metode Cara Memberi Instruktur
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menunjang cara memberi interuksi, diantaranya adalah:
a.      Metode Ceramah
1)      Metode ceramah adalah suatu uraian lisan yang bersifat instruktif, dimana audience atau penerima bersifat pasif. Dengan demikian dalam menggunakan metode ini informan harus aktif dan untuk mencapai tujuan seorang informan dituntut pandai bicara.
2)      Metode ini digunakan bilamana jumlah audience banyak atau referensi terbatas.
3)      Keuntungan penggunaan metode ini adalah informan dapat menyampaikan informasi kepada audience yang berjumlah banyak dalam waktu yang bersamaan.
4)      Kelemahan metode ini informan tidak mengetahui apakah pesan atau informasi yang disampaikan telah diterima audience seperti yang diharapkan.

b.      Metode Diskusi
1)   Metode Diskusi adalah suatu bentuk penyajian dimana audience disuruh membicarakan secara bersama-sama dengan menyimpulkan hasil pembicaraan tersebut.
2)   Fungsi informan dalam metode ini adalah sebagai pengantar, pengarah, pengatur pembicaraan serta membantu merumuskan.
3)   Dengan menggunakan metode ini diharapkan audience dapat mengeluarkan pendapat tentang hal yang dibicarakan, sehingga informan dapat mengetahui apakah audience sudah mengerti atau belum.

c.       Metode Seminar
1)      Pada metode ini ditampilkan beberapa pembicara atau narasumber serta adapenyanggahnya.
2)      Metode ini juga mempunyai kelemahan karena audience yang pasif belum dapat dianggap bahwa dia sudah mengerti akan apa yang diharapkan.

d.      Metode Demontrasi
1)   Metode Demontrasi adalah metode dimana informan memberikan contoh, mengerjakan contoh atau mempertunjukkan suatu proses kepada audience.
2)        Keuntungan penggunaan metode ini memperjelas penjelasan informan atau instruktur, serta memberikan gambaran sejelasnya dan menegaskan.

e.       Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab hampir sama dengan metode ceramah, bedanya terletak pada penyampaiannya. Informan bertanya terlebih dahulu tentang apa yang disampaikan, baru kemudian menjelaskan secara jelas dan terpernci.

f.       Metode Driil
Biasanya metode ini digunakan oleh instruktur di lapangan. Metode ini tepat digunakan dalam menyampaikan meteri yang lebih menekankan pada aspek psikomotor/ketrampilan audience, misalnya digunakan dalam latihan-latihan PBB.

g.      Metode Campuran
Merupakan kombinasi dari metode-metode yang telah ada. Dengan memperhatikan kelemahan dan kelebihan masing-masing metode. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode:
1)         Tujuan instruksional khusus
2)         Kondisi Peserta didik
3)         Waktu
4)         Bahan ajaran
5)         Alat instruksi
6)         Suasana

Utsman Najati menjelaskan bahwa, dalam belajar menurut Islam ada beberapa metode yang bisa dilakukan, antara lain, peniruan, pengalaman praktis (trial and error) dan berfikir.[9] Dalam uraian lebih lanjut bahwa pada tataran peniruan, secara tidak langsung manusia selalu mengalaminya. Bahkan sejak kecil manusia selalu berusaha belajar tetapi dalam prosesnya, dilakukan dengan usaha meniru, Peniruan ini dilakukan dalam tahap bicara, berjalan, maupun kebiasaan-kebiasaan lainnya.
Al-Qur’an telah menjelaskan contoh bagaimana manusia belajar lewat:
a.      Metode Peniruan
Dalam hal ini dicontohkan ketika Habil dan Qabil berseteru, ketika Habil terbunuh Qabil merasa perlu untuk menguburkannya, tetapi ia tidak tahu cara untuk menguburkan. Akhirnya Allah mengutus burung gagak untuk menggali kuburan bagi gagak lain.
َفَبَعَثَٱللَّهُ غُرَابٗا يَبۡحَثُ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُرِيَهُۥ كَيۡفَ يُوَٰرِي سَوۡءَةَ أَخِيهِۚ قَالَ يَٰوَيۡلَتَىٰٓ أَعَجَزۡتُ أَنۡ أَكُونَ مِثۡلَ هَٰذَا ٱلۡغُرَابِ فَأُوَٰرِيَ سَوۡءَةَ أَخِيۖ فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلنَّٰدِمِينَ ٣١
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.”(Q-S; al- Maidah: 31).[10]
Dalam hadits, Rasulullah bersabda: “Ajarkanlah anakmu shalat ketika berumur tujuh tahun dan pukulah ia karena meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun. (HR. Tirmidzi).[11]
Al-Qur’an memuat ajaran, ibadah yang sekiranya masih perlu penganalisaan lebih lanjut sehingga umat islam mampu memahami ajaran tersebut. Allah mengutus Rasul-Nya untuk menjelaskan isi Al-qur’an tersebut sehingga umat islam dapat memahaminya. Rasul sebagai suri tauladan memberi contoh-contoh ibadah yang tidak diterangkan oleh Al-qur’an secara rinci.
Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kamu yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah (kedatangan) hari kiamat dan banyak mengingat Allah” (QS: al- Ahzab).
b.      MetodePengalaman Praktis, Trial and Error
Segala kegiatan yang dilakukan manusia tentunya telah menghasilkan sesuatu pengalaman hidup baginya. Secara tidak sadar hasil pengalaman itu merupakan hasil belajar yang telah dilakukan. Dalam kehidupan manusia selalu menghadapi berbagai situasi dan peristiwa-peristiwa. Tentunya tidak semua manusia akan menghadapi peristiwa tersebut. Maka manusia mencoba untuk menyelesaikan dengan memberi respon terhadap peristiwa tersebut untuk mengatasi jalan keluarnya.
Pada metode kedua ini adalah mencoba dan gagal, sebagai usaha untuk mencari jalan keluar. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat selesai dengan sempurna.
Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi SAW “kamu lebih tau tentang urusan duniamu.”[12]
Dari Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa manusia berhak untuk membuat dan mencoba sesuai dengan respon yang ada, atau bahkan membuat respon baru. Al-Qur’an sendiri mengisyaratkan hal tentang itu.
يَعۡلَمُونَ ظَٰهِرٗا مِّنَ ٱلۡحَيَوٰةِٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ عَنِ ٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ غَٰفِلُونَ ٧
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (Q-S; Ar-Rum; 7)
Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat-ayat itu, bahwa kebanyakan orang-orang tidak mempunyai pengetahuan kecuali tentang dunia, penghidupan dan masalah-masalahnya, dan apa yang ada di dalamnya mereka sungguh-sungguh cerdik dan pandai dalam mengeksploitasi dan mengelola sumber alam.
c.       Metode Berfikir
Sebenarnya dengan jalan berfikir manusia dapat belajar dengan cara untuk mencari jalan keluar dari problem-problemnya, selain itu dapat mengungkapkan dan menganalisa berbagai peristiwa, serta dapat menyimpulkan sehingga menemukan teori baru. Sistem belajar dengan metode berfikir bisa dalam bentuk berdiskusi, dan meminta pendapat dari para ahli dengan tujuan dapat memperjelas pemikiran.
 Al-Qur’an sendiri telah mendorong dan memperjelas konsep tersebut dengan ayat yang menjelaskan tentang musyawarah:
فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ١٥٩
“...dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan bersama...” (QS. Ali Imran: 159)[13]
Pada dasarnya metode musyawarah atau berdiskusi adalah upaya untuk mempertajam daya fikir agar kemampuan intelek manusia semakin berkembang dan berkualitas.

C.    Syarat-Syarat Menjadi Instruktur
1.      Umum
Keberhasilan suatu instruksi ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain meliputi metode, media, macam instruksi, penerima, instruksi dan istrukturnya sendiri. Dari beberapa faktor tersebut instruktur yang mempunyai peranan terpenting dalam keberhasilan suatu instruksi. Maka dari itu diperlukan instruktur yang memnuhi persyaratan-persyaratan.

2.      Syarat-syarat Instruktur
Adapun syarat-syarat instruktur adalah sebagai berikut:
a.       Menguasai materi yang akan disampaikan.
Penguasaan materi adalah suatu hal pokok yang harus dimiliki instruktur. Bagaimana seorang instruktur akan dapat menyampaikan pesan-­pesannya, sementara ia sendiri tidak tahu materi yang akan diberikan. Dalam menjelaskan materi, ia akan mengalami banyak kesulitan di hadapanaudience. Belum lagi jika ia harus menjawab pertanyaan yang diajukan audience.
b.      Mempunyai kemampuan memilih metode.
Banyak sekali metode dalam cara menyampaikan instruksi. Sementara tidak mungkin instruktur akan menggunakan metode itu semuanya. Banyak faktor yang mempengaruhi instruktur dalam memilih metode, yaitu:
1)      Audience
2)      Tujuan pengajaran
3)      Situasi
4)      Fasilitas
5)      Instruktur
Perpaduan faktor-faktor itulah yang menjadi pertimbangan utama untuk menentukan metode mana yang paling baik digunakan. Yang pada, akhirnya akan megoptimalkan hasil instruksi.
c.       Mempunyai kemampuan memilih media
Seperti metode, media juga banyak macamnya, dalam memilih media memerlukan suatu pertimbangan tertentu, yaitu dapat memenuhi kebutuhan dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Lebih dari itu media diharapkan benar-benar dapat mengefektifkan instruksi. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan untuk pemilihan media, yaitu:
1)         Tujuan pengajaran
2)         Karakteristik siswa
3)         Materi pelajaran
4)         Metode mengajar
5)         Dana/biaya, yang tersedia
6)         Kemungkinan efektivitas program pengajaran
d.      Mempunyai kecakapan mengevaluasi
Evaluasi mempunyai 2 tujuan, yaitu:
1)        Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan audience terhadap materi.
2)        Untuk mengetahui apakah ada kelemahan pada rencana dan pelaksanaan pelajaran yang telah dibuat.
3)        Ada beberapa prinsip evaluasi yang harus diperhatikan oleh instruktur, yaitu:
a)    Evaluasi hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dicapai, materi penilaian, alat penilaian dan interprestasi hasil penilaian. Sebagai patokan dalam merancang penilaian adalah tujuan kurikulum dan tujuan instruksional.
b)   Evaluasi harus menggerakkan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
c)    Evaluasi tidak perlu dibatasi hanya pada test akhir suatu topik materi, melainkan dapat selama pelajaran itu berlangsung.Bentuknya pun tidak harus tertulis, bisa saja lisan ataupun praktek, artinya abilitas yang dinilai tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
d)   Evaluasi hendaknya diikuti dengan tindak lanjut.

D.    Instruksi Keterampilan Kognitif
Strategi kognitif merupakan kapabilitas yang mengatur cara bagaimana siswa mengelola strategi kognitif lahir berdasarkan paradigma konstruktivisme, strategi kognitif. Strategi kognitif merupakan keterampilan kognitif untuk memilih hubungan strategi kognitif dan kreativitas dengan kemampuan profesional guru sekolah.[14]
Jones mendefinisikan instruksi kognitif sebagai upaya pada bagian dari guru atau bahan instruksional untuk membantu proses informasi siswa dalam cara yang berarti dan menjadi pelajar yang mandiri. Dia menambahkan lagi bahwa instruksi kognitif memiliki potensi untuk mengubah secara substansial kemampuan peserta didik.
Dalam instruksi strategi yang efektif, guru berfungsi sebagai mediator dengan membantu untuk mengaktifkan pengetahuan awal, mewakili informasi, memilih strategi belajar, membangun makna, pengertian memantau, menilai penggunaan strategi, mengatur dan berhubungan ide-ide, meringkas, dan memperpanjang belajar. Sebuah tinjauan dari instruksi literatur tentang strategi menunjukkan bahwa program yang paling sukses adalah mereka yangmerangsang peserta didik untuk aktif,memberikan umpan balik yang jelas mengenai efektivitas kegiatan pelajar serta memberikan instruksi dalam pertanyaan-pertanyaan kapan, mengapa, dan dimana kegiatan tersebut akan efektif (Brown, Hari & Jones. 1983).

E.     Perencanaan Instruksional
Ecep Mulyana berpendapat pada blognya bahwa perencanaan instruksional adalah pengembangan atau penyusuanan strategi sistematik dan tertata untuk merencanakan pembelajaran. Guru perlu menentukan seperti apa dan bagaiman mereka akan mengajar. Walaupun beberapa instruksional yang baik kadang terjadi secara spontan, namun pelajaran harus tetap dirancanakan secara tepat. Perencanaan instruksional dimaksudkan untuk bisa dipergunakan di sekolah dasar, sekolah lanjutan, maupun perguruan tinggi. Bisa diterapkan mula-mula dari judul, pokok bahasan, dan untuk kesatuan mata pelajaran yang pada hakikatnya melibatkan beberapa pengajar.[15]
Menurut Philip Commbs dalam (dalam Harjanto, 2005) perencanaan pembelajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis prosesperkembangan pendidikan dengan tujuan pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan guru, peserta didik, dan masyarakat. Dengan demikian, perencanaan pembalajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan prilaku serta kegiatan yang harus dilakasanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tesebut dengan memanfaatkan potensi dan sumber belajar yang ada.
Perencanaan pembelajaran sangat penting dalam proses belajar mengajar. Guru punya acuan dalam menyampaikan meteri pembelajaran sebagaimana yeng tertuang dalam perencanaan pembelajaran. Guru perlu merencanakan apa yang akan dilakaukn oleh peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Selain itu,guru juga harus merencankan apa yang sebaiknya diperankan oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran. Perencanaan dapat membantu pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu, dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Karena itu perencanaan sebagai unsur dan langkah pertama dalam fungsi pengelolaan pada umumnya menempati posisi yang amat penting dan amat menentukan.
Menurut Hoanto (2006) ciri-ciri perencanaan pembelajaran, yaitu:
1.      Prencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berfikir, artinya suatu perencanaan pembelajaran disusun tidak asal-asalan,tapi mempertimbangkansegala aspek dan potensi serta segala sumberdaya yang ada untuk mendukung keberhasilan pembelajaran.
2.      Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah prilaku siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3.      Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilak­sanakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoaman dalam mendesain pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
Memperhatikan ciri-ciri diatas, maka perencanaan pembelajaran merupakan proses yang kompleks dan tidak sederhana. Proses perencanaan memerlukan pemikiran yang matang, sehingga dapat berfungsi sebagai acuan dan pedoman guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar.
Ketika kita menyusun suatu perencanaan, tentu kita akan mengambil keputusan alternatif mana yang terbaik dalam proses pencapaiaan tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian, ada beberapa manfaat yang dapat kita petik dari penysusunan perencanaan pembelajaran, diantaranya:
1.    Akan terhidar dari keberhasilan yang sifatnya hanya keberuntungan.
2.    Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
3.    Untuk memanfaatkan sumberbelajar secara tepat.
4.    Untuk membuat pembelajaran berjalan secara sistematis, terarah, dan terorganisir.

Robet Yinger (dalam Santrock, 2007; dan Wina Sanjaya, 2009) mengidentifikasi lima tentang perencanaan guru, yaitu:
1.    Perncanaan Tahunan
Perencanaan tahunan merupakan acuan dalam menyusun program-program selanjutnya. Pada perencanaan tahunan yang disusun berupa waktu pelajaran efektif, hari-hari libur termasuk unit-unit materi dan buku-buku pelajaran. Program penyusunan tahunan pada dasarnya adalah menetapkan jumlah waktu yang tersedia, untuk setiap kompetensi dasar.
2.    Perencanaan Semester
pada perencanaan ini menentukan sub pokok pelajaran dan aktifitas siswa sebagai tujuan akhir atau tujuan sementara.
3.    perencanaanunit
Perencanaan unit pelajaran didasarkan pada tujuan umum yang harus ditempuh, seperti yang telah dirumuskan dalam program tahunan. Banyaknya unit pelajaran yang dibutuhkan, sangat tergantung kepada organisasi kegiatan pembelajaran dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
4.    Perencanaan Mingguan
Perencanaan mingguan merupakan program penjabaran dan perencanaan unit.
5.    PerencanaanHarian
Pada perencanaan harian kegiatan belajar beserta tujuan pembelajaran disusun secara spesifik, sehingga keberhasilan pembelajaran dapat dilihat sektika.

Menurut Harjanto (2005) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menentukan alokasi waktu pelajaran, yaitu:
1.      Tentukan pada bulan apa kegiatan belajar dimulai dan bulan apa berakhir pada semester pertama dan kedua.
2.      Tentukan jumlah minggu efektif pada setiap bulan setelah diambil minggu­-minggu ujian dan hari libur.
3.      Tentukan hari belajar efektif dalam setiap minggu. Misalnya bagi sekolahyang menentukan belajar dimulai dari hari senin sampai jumat berarti hariefektif adalah 5 hari kerja, sedangkan sekolah yang menentukan belajar darisenin sampai sabtu, berarti hari efektif adalah 6 hari.


BAB III
TANGGAPAN

Setelah mencerati uraian dan penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebuah tinjauan dari intruksi literatur tentang strategi menunjukkan bahwa program yang paling sukses adalah mereka yang:
1.      Mampu merangsang peserta didik untuk menjadi aktif.
2.      Mampu memberikan umpan balik yang jelas mengenai efektivitas kegiatan pelajar.
3.      Memberikan instruksi dalam pertanyaan-pertanyaan, seperti kapan, mengapa, apa, siapa, dimana dan bagaimana kegiatan tersebut akan efektif.

Intruksi keterampilan berpikir adalah penekanan yang relatif baru dalam pendidikan. Sementara terminologi yang digunakan dalam program tertentu cendrung bervariasi. Keterampilan berpikir biasanya diperkenalkan dalam bidang kurikulum spesifik dan tingkat kelas, tetapi guru juga membuat upaya khusus untuk menggunakan, review, dan reteach tentang keterampilan yang sesuai diseluruh kurikulum. Strategi keseluruhan direkomendasikan oleh beberapa teori besar pada keterampilan berpikir. Sangat mungkin bahwa jika siswa menghabiskan waktu hanya lebih sedikit sambil belajar keterampilan berpikir (misalnya, dengan mengambil waktu untuk fokus pada tujuan dan bagaiman cara untuk mengadaptasikannya).
Kemampuan untuk mentransfer keterampilan mengenai pengaturan lainnya dapat dengan mudah untuk ditingkatkan. Fokus utama penelitian pendidikan saat ini yaitu fokus terhadap pertanyaan tentang bagaimana cara mengajarkan keterampilan berpikir kepada peserta didik, sehingga mereka akan benar-benar menggunakan apa yang sudah mereka dapat ketika mereka membutuhkannya.


BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Agar dalam interaksi dapat mencapai sasaran, maka ada beberapa pedoman yang dapat digunakan sebagai pedoman dasar instruksi, antara lain: interaksi dimulai dengan menggali bahan appersepsi (pedoman yang telah dimiliki oleh siswa), interaksi berguna untuk menarik perhatian dan minat siswa, interaksi dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, interaksi dapat membangkitkan aktivitas siswa, interaksi dapat memperhatikan perbedaan perorangan.
Pada saat memberikan instruksi kepada peserta didik hendaklah memperhatikan bahasayang digunakan, dimana bahasa tersebut harus yang sederhana dan sesuai dengan tingkat pengetahuan dari peserta didik, agar supaya apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Selanjutnya, memperhatikan indera siswa dengan menggunkan media atau alat peraga untuk memudahkan evaluasi.
Strategi kognitif merupakan kapabilitas yang mengatur cara bagaimana siswa mengelola strategi kognitif lahir berdasarkasn paradigma konstruktivisme. Strategi kognitif merupakan keterampilan kognitif untuk memilih hubungan strategi kognitif dan kreativitas dengan kemampuan profesional guru sekolah.
Perencanaan instruksional adalah pengembangan atau penyusunan strategi sistematik dan tertata untuk merencanakan pembelajaran. Seorang guru perlu menentukan seperti apa dan bagaimana mereka akan mengajar. Namun sering kali beberapa instruksional yang baik kadang terjadi spontan. Meskipun begitu, pembelajaran haruslah tetap direncanakan secara tepat.

B.     SARAN
Makalah ini dibuat sangat singkat dan dengan keterbatasan referensi, dikarenakan sulitnya buku terkait yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan makalah ini, sehingga apabila mendapati makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Maka dari itu, penyusun mengharapkan masukan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Demikian pemaparan singkat terkait makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum.


DAFTAR PUSTAKA


Abu Isa Muhammad. B. Isa bin Suras, Al-Jami’al-Shalih. Sunan al-Turmudzi. JildII, Daar Fikrtt
Ahmadi, Abu, dkk. 1997.Strategi Belajar Mengajar Cet. I. Bandung: Pustaka Setia.
Al-Nawawi. Syarakh Shahih Muslim. Vol.15
B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah Cet. I. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Agama RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Diponegoro: CV Penerbit Diponegoro.
Ramayulis. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.



[2]Abu Ahmadi, Drs Joko Tripasetyo, Strategi Belajar Mengajar,(Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997) hal. 118
[3]Ibid.,
[4]B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah,(Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 156

[5]Ibid.,
[6]Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Diponegoro: CV Penerbit Diponegoro, 2012), hal. 412
[7]Ibid.,
[8]Ibid., hal. 585
[9]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), Hal. 174
[10]Departemen Agama RI, Op.cit., hal. 112
[11]Abu Isa Muhammad. B. Isa bin Suras, Al-Jami’al-Shalih. Sunan al-Turmudzi. JildII, Daar Fikrtt., h. 258
[12]Al-Nawawi. Syarakh Shahih Muslim. Vol.15., hal. 118
[13]Departemen Agama RI, Op.cit., hal.71

0 komentar:

Posting Komentar