BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu yang
memiliki keunikan-keunikan. Dengan keunikan ini terjadi perbedaan antara
individu satu dengan individu lainnya. Dari perbedaan ini pula yang menyebabkan
terjadinya perbedaan status seseorang di masyarakat. Namundi balik
keindividuannya manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Sosial dalam arti
bahwa manusia sebagai individu tidak dapat dipisahkan dengan individu yang lain
dalam masyarakat. Manusia saling membantu sesamanya.[1]
Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya
terjadi hubungan antara individu satu dengan individu lainnya. Hubungan ini
terjadi karena manusia tersebut memiliki keinginan untuk melengkapinya.
Tentunya jalan yang dipakai adalah dengan saling bertukar informasi, yang dalam
bahasa lainnya adalah berkomunikasi. Komuniksi adalah proses penyampaian suatu
pesan dari seseorang kepada orang lain, dengan maksud untuk memberi tahu,
mengubah sikap, perilaku/pendapat, baik secara langsung maupun tidak langsung
melaui media.
Pada hakekatnya cara memberi interuksi
adalah suatu proses komunikasi,untuk itu sebelum mendalami cara memberi interuksi,
parainstruktor harus mengetahui dulu apa itu komunikasi. Seperti halnya komunikasi,
terjadinya interuksi juga mempunyai syarat diantaranya adalah adanya yang
menyampaikan pesan (komunikator), adanya penerima (audience), adanya pesan yang
disampaikan (materi ajar), efek yang ditimbulkan (akibat adanya pesan) dan
adanya media jika diperlukan.
Hidup bersama antara manusia
berlangsung di dalamberbagai bentuk perhubungan, di dalam berbagai
jenissituasi. Tanpa adanya proses interaksi di dalam hidupmanusia, tidak
mungkin mereka dapat hidup bersama.Proses interaksi itu mungkin terjadi, karena
kenyataanbahwa manusia pada hakekatnya memiliki sifat socialyang besar. Setiap
proses interaksi terjadi dalamikatan suatu situasi, tidak di tempat atau ruang
yanghampa. Dengan demikian, maka ada berbagai jenissituasi yang memberi
kekhususan pada prosesinteraksi, misalnya interaksi belajar mengajar
atauinteraksi edukatif.
Namun dalam uraian ini
akandibatasi penjelasan mengenai interaksi belajarmengajar. Sebagai
fasilitator, ialah menyediakansituasi dan kondisi yang dibutuhkan oleh individu
yangbelajar. Sebagai pembimbing, ialah memberikanbimbingan kepada siswa agar
mampu belajar denganlancar. Sebagai motivator, ialah memberi dorongansemangat
agar siswa mau dan giat belajar. Sebagaiorganisatoris, ialah mengorganisasikan
kegiatanbelajar mengajar siswa maupun guru. Sebagaimanusia sumber, dimana guru
dapat memberikaninformasi apa yang dibutuhkan oleh siswa.
Untuk
penjelasan lebih lanjut, maka makalah ini membahas tentang cara Membuat
Instruksi Lebih Efektif. Dan juga, pada makalah ini terdapat beberapa revisi
dalam hal penggunaan kata-kata, kalimat, sitematika penulisan berdasarkan ejaan
yang disempurnakan dan penyempurnaan materi yang diambil dari beberapa ilmuan
dan ayat-ayat Al-qur’an.
B. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memberi petunjuk kepada Mahasiswa tentang cara memberi instruksi dan dapat
dipraktekkan, Serta sebagai bahan diskusi pada mata kuliah yang telah
direncanakan.
C. Sistematika Makalah
Pedoman Dasar Instruksi.
1. Pendahuluan
2. Pedoman
dasar interuksi
3. Metode
cara memberi interuksi
4. Syarat-syarat
menjadi Instruktur
5. Instruksi
Keterampilan Kognitif
6. Perencanaan
Instruksional
7. Penutup
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pedoman Dasar Instruksi
Menurut Sardiman A.M. yang
disadur oleh AbuAhmadi dan Joko Triprasetyo memberikan defenisi
interaksibelajar mengajar adalah adanyakegiatan interaksi dari guru yang
melaksanakan tugasmengajar disatu pihak, dan warga belajar (siswa, anakdidik/
subjek belajar) yang sedang melaksanakankegiatan belajar di pihak lain.[2]
Winarno Surachman memberikan
defenisi Interaksibelajar mengajar sebagai suatu interaksi yang berlangsungdalam
ikatan tujuan pendidikan.[3]Tujuan
dalam melakukaninteraksi belajar mengajar tertuang dalam TIK yangmerupakan
tujuan yang eksplisit, interaksi belajar mengajardiarahkan agar aktivitas
berada pada pihak peserta didik.
Defenisi lain dari interaksi
belajar mengajar atauinteraksi edukatif adalah hubungan timbalbalik antara gurudan
peserta didik,dalam suatu sistem pengajaran. Interaksi belajarmengajar
merupakan faktor penting dalam usahamencapai terwujudnya situasi belajar
mengajar yangbaik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.[4]
Dari uraian di atas, maka
dapat dipahami bahwatercapainya tujuan proses belajar mengajar yang baik dalamkegiatan
pendidikan dan pengajaran, memerlukan usaha terciptanya interaksi yang antara guru yang
mengajar dan peserta didik yang belajar.
Agar dalam interaksi dapat mencapai
sasaran, maka ada beberapa pedoman yang dapat digunakan sebagai pedoman dasar
instruksi, antara lain:
1.
Dimulai dengan
menggali bahan appersepsi (pedoman yang telah dimiliki oleh siswa)
2.
Gunanya untuk
menarik perhatian dan minat siswa.
3.
Membangkitkan
motivasi belajar siswa.
4.
Membangkitkan
aktivitas siswa.
5.
Memperhatikan
perbedaan perorangan.
6.
Pakailah bahasa
yang sederhana, dalam arti sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa, sehingga
apa yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik.
7.
Memperhatikan
indera siswa.
8.
Menggunakan
media atau alat peraga untuk memudahkan bagi siswa menangkap pelajaran.
9.
Memberi
kesempatan bertanya kepada siswa.
10.
Mengadakan
evaluasi.[5]
Di
dalam Al-qur’an dijelaskan secara tersurat maupun tersirat tentang interaksi yang
efektif, diantaranya adalah:
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا
تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman: 13)[6]
وَٱقۡصِدۡ فِي مَشۡيِكَ وَٱغۡضُضۡ مِن صَوۡتِكَۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلۡأَصۡوَٰتِ
لَصَوۡتُ ٱلۡحَمِيرِ ١٩
“Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 19)[7]
عَبَسَ وَتَوَلَّىٰٓ ١ أَن جَآءَهُ ٱلۡأَعۡمَىٰ ٢ وَمَا يُدۡرِيكَ لَعَلَّهُۥ يَزَّكَّىٰٓ ٣ أَوۡ
يَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ ٱلذِّكۡرَىٰٓ ٤
أَمَّا مَنِ ٱسۡتَغۡنَىٰ ٥ فَأَنتَ لَهُۥ تَصَدَّىٰ ٦ وَمَا عَلَيۡكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ ٧ وَأَمَّا مَن جَآءَكَ يَسۡعَىٰ ٨ وَهُوَ يَخۡشَىٰ ٩ فَأَنتَ عَنۡهُ تَلَهَّىٰ
١٠ كَلَّآ إِنَّهَا تَذۡكِرَةٞ ١١
1)
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, 2) karena telah datang seorang buta
kepadanya, 3) Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
4) atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat
kepadanya, 5) Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, 6) maka kamu
melayaninya, 7) Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan
diri (beriman), 8) Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera
(untuk mendapatkan pengajaran), 9) sedang ia takut kepada (Allah), 10) maka
kamu mengabaikannya, 11) Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya
ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan.” (QS. Abbasa: 1-11)[8]
B. Metode/Cara Memberi
Instruksi
1.
Pengertian
Metode adalah cara, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam
hubugannya dengan cara memberi interuksi adalah cara yang digunakan instruktur
dalam menyampaikan pesan. Dengan metode ini diharapkan dapat memperjelas audience dalam menerima pesan
yang disampaikan oleh instruktur.
2.
Metode-metode
Cara Memberi Instruktur
Ada beberapa metode yang dapat digunakan
dalam menunjang cara memberi interuksi, diantaranya adalah:
a.
Metode
Ceramah
1) Metode
ceramah adalah suatu uraian lisan yang bersifat instruktif, dimana audience
atau penerima bersifat pasif.
Dengan demikian dalam menggunakan metode ini informan harus aktif dan untuk
mencapai tujuan seorang informan dituntut pandai bicara.
2)
Metode ini
digunakan bilamana jumlah audience banyak atau referensi terbatas.
3)
Keuntungan
penggunaan metode ini adalah informan dapat menyampaikan informasi kepada
audience yang berjumlah banyak dalam waktu yang bersamaan.
4)
Kelemahan metode
ini informan tidak mengetahui apakah pesan atau informasi yang disampaikan
telah diterima audience seperti yang diharapkan.
b.
Metode
Diskusi
1)
Metode Diskusi
adalah suatu bentuk penyajian dimana audience disuruh membicarakan secara
bersama-sama dengan menyimpulkan hasil pembicaraan tersebut.
2)
Fungsi informan
dalam metode ini adalah sebagai pengantar, pengarah, pengatur pembicaraan serta
membantu merumuskan.
3)
Dengan
menggunakan metode ini diharapkan audience dapat mengeluarkan pendapat tentang
hal yang dibicarakan, sehingga
informan dapat mengetahui apakah audience sudah mengerti atau belum.
c.
Metode
Seminar
1)
Pada metode ini
ditampilkan beberapa pembicara atau narasumber serta adapenyanggahnya.
2)
Metode ini juga
mempunyai kelemahan karena audience yang pasif belum dapat dianggap bahwa dia
sudah mengerti akan apa yang diharapkan.
d.
Metode
Demontrasi
1)
Metode
Demontrasi adalah metode dimana informan memberikan contoh, mengerjakan contoh atau
mempertunjukkan suatu proses kepada audience.
2)
Keuntungan
penggunaan metode ini memperjelas penjelasan informan atau instruktur, serta
memberikan gambaran sejelasnya dan menegaskan.
e.
Metode
Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab hampir sama dengan
metode ceramah, bedanya
terletak pada penyampaiannya.
Informan bertanya terlebih
dahulu tentang apa yang disampaikan, baru kemudian menjelaskan secara jelas dan
terpernci.
f.
Metode
Driil
Biasanya metode ini digunakan oleh
instruktur di lapangan. Metode ini tepat digunakan dalam menyampaikan meteri
yang lebih menekankan pada aspek psikomotor/ketrampilan audience, misalnya
digunakan dalam latihan-latihan PBB.
g.
Metode Campuran
Merupakan kombinasi dari metode-metode
yang telah ada. Dengan memperhatikan kelemahan dan kelebihan masing-masing
metode. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode:
1)
Tujuan
instruksional khusus
2)
Kondisi Peserta
didik
3)
Waktu
4)
Bahan ajaran
5)
Alat instruksi
6)
Suasana
Utsman Najati menjelaskan
bahwa, dalam belajar menurut Islam ada beberapa metode yang bisa dilakukan,
antara lain, peniruan, pengalaman praktis (trial and error) dan berfikir.[9]
Dalam uraian lebih lanjut bahwa pada tataran peniruan, secara tidak langsung
manusia selalu mengalaminya. Bahkan sejak kecil manusia selalu berusaha belajar
tetapi dalam prosesnya, dilakukan dengan usaha meniru, Peniruan ini dilakukan
dalam tahap bicara, berjalan, maupun kebiasaan-kebiasaan lainnya.
Al-Qur’an telah menjelaskan
contoh bagaimana manusia belajar lewat:
a.
Metode Peniruan
Dalam hal ini dicontohkan ketika
Habil dan Qabil berseteru, ketika Habil terbunuh Qabil merasa perlu untuk menguburkannya,
tetapi ia tidak tahu cara untuk menguburkan. Akhirnya Allah mengutus burung gagak
untuk menggali kuburan bagi gagak lain.
َفَبَعَثَٱللَّهُ
غُرَابٗا يَبۡحَثُ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُرِيَهُۥ كَيۡفَ يُوَٰرِي سَوۡءَةَ أَخِيهِۚ
قَالَ يَٰوَيۡلَتَىٰٓ أَعَجَزۡتُ أَنۡ أَكُونَ مِثۡلَ هَٰذَا ٱلۡغُرَابِ
فَأُوَٰرِيَ سَوۡءَةَ أَخِيۖ فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلنَّٰدِمِينَ ٣١
“Kemudian Allah menyuruh
seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya
(Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil:
"Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak
ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah
dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.”(Q-S; al- Maidah: 31).[10]
Dalam
hadits, Rasulullah bersabda: “Ajarkanlah anakmu shalat ketika berumur tujuh
tahun dan pukulah ia karena meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun.
(HR. Tirmidzi).[11]
Al-Qur’an
memuat ajaran, ibadah yang sekiranya masih perlu penganalisaan lebih lanjut
sehingga umat islam mampu memahami ajaran tersebut. Allah mengutus Rasul-Nya untuk menjelaskan isi Al-qur’an tersebut
sehingga umat islam dapat memahaminya. Rasul sebagai suri tauladan memberi
contoh-contoh ibadah yang tidak diterangkan oleh Al-qur’an secara rinci.
“Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagi kamu yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah (kedatangan)
hari kiamat dan banyak mengingat Allah” (QS: al- Ahzab).
b.
MetodePengalaman Praktis, Trial and Error
Segala kegiatan yang dilakukan
manusia tentunya telah menghasilkan sesuatu pengalaman hidup baginya. Secara
tidak sadar hasil pengalaman itu merupakan hasil belajar yang telah dilakukan. Dalam
kehidupan manusia selalu menghadapi berbagai situasi dan peristiwa-peristiwa. Tentunya
tidak semua manusia akan menghadapi peristiwa tersebut. Maka manusia mencoba
untuk menyelesaikan dengan memberi respon terhadap peristiwa tersebut untuk
mengatasi jalan keluarnya.
Pada metode kedua ini adalah
mencoba dan gagal, sebagai usaha untuk mencari jalan keluar. Hal ini dilakukan
secara berulang-ulang sehingga dapat selesai dengan sempurna.
Hal ini sesuai dengan Hadits
Nabi SAW “kamu lebih tau tentang urusan duniamu.”[12]
Dari Hadits tersebut
mengisyaratkan bahwa manusia berhak untuk membuat dan mencoba sesuai dengan
respon yang ada, atau bahkan membuat respon baru. Al-Qur’an sendiri
mengisyaratkan hal tentang itu.
يَعۡلَمُونَ ظَٰهِرٗا مِّنَ ٱلۡحَيَوٰةِٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ عَنِ ٱلۡأٓخِرَةِ
هُمۡ غَٰفِلُونَ ٧
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari
kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (Q-S;
Ar-Rum; 7)
Ibnu Katsir dalam menafsirkan
ayat-ayat itu, bahwa kebanyakan orang-orang tidak mempunyai pengetahuan kecuali
tentang dunia, penghidupan dan masalah-masalahnya, dan apa yang ada di dalamnya
mereka sungguh-sungguh cerdik dan pandai dalam mengeksploitasi dan mengelola
sumber alam.
c.
Metode Berfikir
Sebenarnya dengan jalan
berfikir manusia dapat belajar dengan cara untuk mencari jalan keluar dari
problem-problemnya, selain itu dapat mengungkapkan dan menganalisa berbagai
peristiwa, serta dapat menyimpulkan sehingga menemukan teori baru. Sistem
belajar dengan metode berfikir bisa dalam bentuk berdiskusi, dan meminta
pendapat dari para ahli dengan tujuan dapat memperjelas pemikiran.
Al-Qur’an sendiri telah mendorong dan
memperjelas konsep tersebut dengan ayat yang menjelaskan tentang musyawarah:
فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا
غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ
لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ١٥٩
Pada dasarnya metode
musyawarah atau berdiskusi adalah upaya untuk mempertajam daya fikir agar
kemampuan intelek manusia semakin berkembang dan berkualitas.
C. Syarat-Syarat Menjadi Instruktur
1.
Umum
Keberhasilan
suatu instruksi ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain meliputi metode,
media, macam instruksi, penerima, instruksi dan istrukturnya sendiri. Dari
beberapa faktor tersebut instruktur yang mempunyai peranan terpenting dalam
keberhasilan suatu instruksi. Maka dari
itu diperlukan
instruktur yang memnuhi persyaratan-persyaratan.
2.
Syarat-syarat
Instruktur
Adapun syarat-syarat instruktur adalah
sebagai berikut:
a. Menguasai
materi yang akan disampaikan.
Penguasaan materi adalah suatu hal pokok
yang harus dimiliki instruktur. Bagaimana seorang instruktur akan dapat
menyampaikan pesan-pesannya,
sementara ia sendiri tidak tahu materi yang akan diberikan. Dalam menjelaskan materi, ia akan mengalami banyak kesulitan di
hadapanaudience. Belum lagi jika ia harus menjawab pertanyaan yang diajukan
audience.
b. Mempunyai
kemampuan memilih metode.
Banyak sekali metode dalam cara menyampaikan
instruksi.
Sementara tidak mungkin instruktur akan menggunakan metode itu semuanya. Banyak
faktor yang mempengaruhi instruktur dalam memilih metode, yaitu:
1) Audience
2) Tujuan
pengajaran
3) Situasi
4) Fasilitas
5) Instruktur
Perpaduan faktor-faktor itulah yang
menjadi pertimbangan utama untuk menentukan metode mana yang paling baik digunakan.
Yang pada, akhirnya akan megoptimalkan hasil instruksi.
c. Mempunyai
kemampuan memilih media
Seperti metode, media juga banyak
macamnya, dalam memilih media memerlukan suatu pertimbangan tertentu, yaitu dapat memenuhi kebutuhan dan dapat mencapai tujuan
yang diinginkan. Lebih dari itu media diharapkan benar-benar dapat mengefektifkan
instruksi. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan untuk pemilihan media,
yaitu:
1)
Tujuan
pengajaran
2)
Karakteristik
siswa
3)
Materi pelajaran
4)
Metode mengajar
5)
Dana/biaya, yang
tersedia
6)
Kemungkinan
efektivitas program pengajaran
d. Mempunyai
kecakapan mengevaluasi
Evaluasi mempunyai 2 tujuan, yaitu:
1)
Untuk mengetahui
sejauh mana penguasaan audience terhadap materi.
2)
Untuk mengetahui
apakah ada kelemahan pada rencana dan pelaksanaan pelajaran yang telah dibuat.
3)
Ada beberapa
prinsip evaluasi yang harus diperhatikan oleh instruktur, yaitu:
a)
Evaluasi
hendaknya dirancang sedemikian rupa,
sehingga jelas abilitas yang harus dicapai, materi penilaian, alat penilaian dan
interprestasi hasil penilaian. Sebagai patokan dalam merancang penilaian adalah
tujuan kurikulum dan tujuan instruksional.
b)
Evaluasi harus
menggerakkan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
c)
Evaluasi tidak
perlu dibatasi hanya pada test akhir suatu topik materi, melainkan dapat selama
pelajaran itu berlangsung.Bentuknya pun tidak harus tertulis, bisa saja lisan
ataupun praktek, artinya abilitas yang dinilai tidak hanya aspek kognitif,
tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
d)
Evaluasi hendaknya
diikuti dengan tindak lanjut.
D. Instruksi Keterampilan Kognitif
Strategi kognitif merupakan kapabilitas
yang mengatur cara bagaimana siswa mengelola strategi kognitif lahir
berdasarkan paradigma konstruktivisme, strategi kognitif. Strategi kognitif merupakan
keterampilan kognitif untuk memilih hubungan strategi kognitif dan kreativitas
dengan kemampuan profesional guru sekolah.[14]
Jones mendefinisikan instruksi kognitif
sebagai upaya pada bagian dari guru atau bahan instruksional untuk membantu
proses informasi siswa dalam cara yang berarti dan menjadi pelajar yang
mandiri. Dia menambahkan lagi
bahwa
instruksi kognitif memiliki potensi untuk mengubah secara substansial kemampuan
peserta didik.
Dalam instruksi strategi yang efektif,
guru berfungsi sebagai mediator dengan membantu untuk mengaktifkan pengetahuan
awal, mewakili informasi, memilih strategi belajar, membangun makna, pengertian
memantau, menilai penggunaan strategi, mengatur dan berhubungan ide-ide,
meringkas, dan memperpanjang belajar. Sebuah tinjauan dari instruksi literatur
tentang strategi menunjukkan bahwa program yang paling sukses adalah mereka
yangmerangsang peserta didik untuk aktif,memberikan umpan balik yang jelas
mengenai efektivitas kegiatan pelajar serta memberikan instruksi dalam pertanyaan-pertanyaan
kapan, mengapa, dan dimana kegiatan tersebut akan efektif (Brown, Hari &
Jones. 1983).
E. Perencanaan Instruksional
Ecep Mulyana
berpendapat pada blognya bahwa perencanaan instruksional adalah
pengembangan atau penyusuanan strategi sistematik dan tertata untuk
merencanakan pembelajaran. Guru perlu menentukan seperti apa dan bagaiman
mereka akan mengajar. Walaupun beberapa instruksional yang baik kadang terjadi secara spontan, namun pelajaran harus tetap dirancanakan
secara tepat. Perencanaan instruksional dimaksudkan untuk bisa dipergunakan di
sekolah dasar, sekolah lanjutan, maupun perguruan tinggi. Bisa diterapkan
mula-mula dari judul, pokok bahasan, dan untuk kesatuan mata pelajaran yang pada
hakikatnya melibatkan beberapa pengajar.[15]
Menurut Philip Commbs dalam (dalam
Harjanto, 2005) perencanaan pembelajaran adalah suatu penerapan yang rasional
dari analisis sistematis prosesperkembangan pendidikan dengan tujuan pendidikan
itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan guru, peserta
didik, dan masyarakat. Dengan demikian, perencanaan pembalajaran adalah proses
pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan
pembelajaran tertentu, yakni perubahan prilaku serta kegiatan yang harus dilakasanakan
sebagai upaya pencapaian tujuan tesebut dengan memanfaatkan potensi dan sumber
belajar yang ada.
Perencanaan pembelajaran sangat penting
dalam proses belajar mengajar. Guru punya acuan dalam menyampaikan meteri
pembelajaran sebagaimana yeng tertuang dalam perencanaan pembelajaran. Guru perlu
merencanakan apa yang akan dilakaukn oleh peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Selain itu,guru juga harus merencankan apa yang
sebaiknya diperankan oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran. Perencanaan
dapat membantu pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu, dan
memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya.
Karena itu perencanaan sebagai unsur dan langkah pertama dalam fungsi
pengelolaan pada umumnya menempati posisi yang amat penting dan amat
menentukan.
Menurut Hoanto (2006) ciri-ciri
perencanaan pembelajaran, yaitu:
1. Prencanaan
pembelajaran merupakan hasil dari proses berfikir, artinya suatu perencanaan
pembelajaran disusun tidak asal-asalan,tapi mempertimbangkansegala aspek dan
potensi serta segala sumberdaya yang ada untuk mendukung keberhasilan
pembelajaran.
2. Perencanaan
pembelajaran disusun untuk mengubah prilaku siswa sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
3. Perencanaan
pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran dapat berfungsi sebagai
pedoaman dalam mendesain pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
Memperhatikan ciri-ciri diatas, maka
perencanaan pembelajaran merupakan proses yang kompleks dan tidak sederhana.
Proses perencanaan memerlukan pemikiran yang matang, sehingga dapat berfungsi
sebagai acuan dan pedoman guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar.
Ketika kita menyusun suatu perencanaan,
tentu kita akan mengambil keputusan alternatif mana yang terbaik dalam proses
pencapaiaan tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian,
ada beberapa manfaat yang dapat kita petik dari penysusunan perencanaan
pembelajaran,
diantaranya:
1. Akan
terhidar dari keberhasilan yang sifatnya
hanya keberuntungan.
2. Sebagai
alat untuk memecahkan masalah.
3. Untuk
memanfaatkan sumberbelajar secara tepat.
4. Untuk
membuat pembelajaran berjalan secara sistematis, terarah, dan terorganisir.
Robet Yinger (dalam Santrock, 2007; dan
Wina Sanjaya, 2009) mengidentifikasi lima tentang perencanaan guru, yaitu:
1.
Perncanaan
Tahunan
Perencanaan tahunan merupakan acuan
dalam menyusun program-program
selanjutnya. Pada perencanaan tahunan yang disusun
berupa waktu
pelajaran efektif, hari-hari libur termasuk unit-unit materi dan buku-buku
pelajaran. Program penyusunan tahunan pada dasarnya adalah menetapkan jumlah
waktu yang tersedia, untuk setiap kompetensi dasar.
2.
Perencanaan
Semester
pada perencanaan ini menentukan sub pokok pelajaran dan aktifitas
siswa sebagai tujuan akhir atau tujuan sementara.
3.
perencanaanunit
Perencanaan unit pelajaran didasarkan pada
tujuan umum yang harus ditempuh, seperti yang telah dirumuskan dalam program
tahunan. Banyaknya unit pelajaran yang dibutuhkan, sangat tergantung kepada
organisasi kegiatan pembelajaran dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
4.
Perencanaan
Mingguan
Perencanaan mingguan merupakan program
penjabaran dan perencanaan unit.
5. PerencanaanHarian
Pada perencanaan harian kegiatan belajar
beserta tujuan pembelajaran disusun secara spesifik, sehingga keberhasilan
pembelajaran dapat dilihat sektika.
Menurut Harjanto (2005) langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam menentukan alokasi waktu pelajaran, yaitu:
1. Tentukan
pada bulan apa kegiatan belajar dimulai dan bulan apa berakhir pada semester
pertama dan kedua.
2. Tentukan
jumlah minggu efektif pada setiap bulan setelah diambil minggu-minggu ujian dan hari libur.
3. Tentukan
hari belajar efektif dalam setiap minggu. Misalnya bagi sekolahyang menentukan
belajar dimulai dari hari senin sampai jumat berarti hariefektif adalah 5 hari
kerja, sedangkan sekolah yang menentukan belajar darisenin sampai sabtu,
berarti hari efektif adalah 6 hari.
BAB
III
TANGGAPAN
Setelah mencerati
uraian dan penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebuah
tinjauan dari intruksi literatur tentang strategi menunjukkan bahwa program
yang paling sukses adalah mereka yang:
1. Mampu merangsang peserta didik untuk
menjadi aktif.
2. Mampu memberikan umpan balik yang jelas
mengenai efektivitas kegiatan pelajar.
3. Memberikan instruksi dalam
pertanyaan-pertanyaan, seperti kapan, mengapa, apa, siapa, dimana dan bagaimana
kegiatan tersebut akan efektif.
Intruksi
keterampilan berpikir adalah penekanan yang relatif baru dalam pendidikan.
Sementara terminologi yang digunakan dalam program tertentu cendrung
bervariasi. Keterampilan berpikir biasanya diperkenalkan dalam bidang kurikulum
spesifik dan tingkat kelas, tetapi guru juga membuat upaya khusus untuk
menggunakan, review, dan reteach tentang keterampilan yang sesuai diseluruh
kurikulum. Strategi keseluruhan direkomendasikan oleh beberapa teori besar pada
keterampilan berpikir. Sangat mungkin bahwa jika siswa menghabiskan waktu hanya
lebih sedikit sambil belajar keterampilan berpikir (misalnya, dengan mengambil
waktu untuk fokus pada tujuan dan bagaiman cara untuk mengadaptasikannya).
Kemampuan
untuk mentransfer keterampilan mengenai pengaturan lainnya dapat dengan mudah
untuk ditingkatkan. Fokus utama penelitian pendidikan saat ini yaitu fokus
terhadap pertanyaan tentang bagaimana cara mengajarkan keterampilan berpikir
kepada peserta didik, sehingga mereka akan benar-benar menggunakan apa yang
sudah mereka dapat ketika mereka membutuhkannya.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Agar
dalam interaksi dapat mencapai sasaran, maka ada beberapa pedoman yang dapat
digunakan sebagai pedoman dasar instruksi, antara lain: interaksi dimulai
dengan menggali bahan appersepsi (pedoman yang telah dimiliki oleh siswa),
interaksi berguna untuk menarik perhatian dan minat siswa, interaksi dapat
membangkitkan motivasi belajar siswa, interaksi dapat membangkitkan aktivitas
siswa, interaksi dapat memperhatikan perbedaan perorangan.
Pada
saat memberikan instruksi kepada peserta didik hendaklah memperhatikan
bahasayang digunakan, dimana bahasa tersebut harus yang
sederhana dan sesuai dengan tingkat pengetahuan dari peserta didik, agar supaya
apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Selanjutnya, memperhatikan
indera siswa dengan menggunkan media atau alat peraga untuk memudahkan
evaluasi.
Strategi
kognitif merupakan kapabilitas yang mengatur cara bagaimana siswa mengelola
strategi kognitif lahir berdasarkasn paradigma konstruktivisme. Strategi
kognitif merupakan keterampilan kognitif untuk memilih hubungan strategi
kognitif dan kreativitas dengan kemampuan profesional guru sekolah.
Perencanaan
instruksional adalah pengembangan atau penyusunan strategi sistematik dan
tertata untuk merencanakan pembelajaran. Seorang guru perlu menentukan seperti
apa dan bagaimana mereka akan mengajar. Namun sering kali beberapa
instruksional yang baik kadang terjadi spontan. Meskipun begitu, pembelajaran
haruslah tetap direncanakan secara tepat.
B.
SARAN
Makalah ini dibuat
sangat singkat dan dengan keterbatasan referensi, dikarenakan sulitnya buku
terkait yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan makalah ini, sehingga
apabila mendapati makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Maka dari itu,
penyusun mengharapkan masukan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian pemaparan singkat terkait makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi
masyarakat secara umum.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu Isa Muhammad. B. Isa bin Suras, Al-Jami’al-Shalih. Sunan al-Turmudzi. JildII, Daar Fikrtt
Ahmadi, Abu, dkk. 1997.Strategi Belajar Mengajar Cet. I.
Bandung: Pustaka Setia.
Al-Nawawi. Syarakh Shahih Muslim. Vol.15
B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah Cet.
I. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Agama RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Diponegoro:
CV Penerbit Diponegoro.
Ramayulis. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
[2]Abu
Ahmadi, Drs Joko Tripasetyo, Strategi
Belajar Mengajar,(Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997) hal. 118
[3]Ibid.,
[4]B.
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di
Sekolah,(Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 156
[5]Ibid.,
[6]Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
(Diponegoro: CV Penerbit Diponegoro, 2012), hal.
412
[7]Ibid.,
[8]Ibid., hal.
585
[9]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), Hal. 174
[10]Departemen Agama RI, Op.cit., hal. 112
[11]Abu Isa Muhammad. B.
Isa bin Suras, Al-Jami’al-Shalih. Sunan
al-Turmudzi. JildII, Daar Fikrtt.,
h. 258
[12]Al-Nawawi. Syarakh
Shahih Muslim. Vol.15., hal. 118
[13]Departemen Agama RI, Op.cit., hal.71
0 komentar:
Posting Komentar