Beranda

Selasa, 02 April 2019

MODEL PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Makhluk Allah yang diberi kewajiban dalam mencari ilmu adalah manusia. Yang mana ilmu tersebut berguna untuk bekal kehidupannya di dunia maupun diakhirat. Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
 “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.”

Pendidikan Agama di maksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan serta pengalaman nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individu ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhuk Tuhan.
Pendidikan Agama islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.
Model pembelajaran menurut jo ce dan well model pembelajaran adalah suatu pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana_pembelajar merancang bahan-bahan pembelajaran dikelas atau lagi Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori psikologis, sosiologis atau teori-teori lain dijadikan pola, pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran.


B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana Prinsip-prinsip Mengajar?
2.    Bagaimana model Pembelajran pendidikan Agama Islam?
3.     Apa saja model pembelajran pendidikan Agama islam?
C.       Tujuan Penulis
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis membuat tujuan  sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Mengajar
2.      Untuk mengetahui model Pembelajran pendidikan Agama Islam
3.      Untuk mengetahui apa saja model pembelajran pendidikan Agama islam


















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Prinsip-prinsip Mengajar
Dalam kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendisain program dan keterampilan mengkomunikasikan program tersebut kepada anak didik. Seorang guru harus mampu memilih dan memilah strategi apa yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi tersebut haruslah disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa dalam berdakwah Nabi Muhammad saw juga menggunakan strategi – strategi:
 ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
 Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl : 125)[1]
Mengajar adalah penciptaan system lingkungan yang memungkinkan ter alinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen­komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. [2]
Prinsip mengajar adalah suatu aturan yang berlaku bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Prinsip-prinsip tersebut disebut dengan Asas-asas Didaktik. Dengan demikian prinsip-prinsip tersebut harus diketahui dan dipahami serta dapat diterapkan oleh guru atau calon guru agar dapat mengajar dengan baik dan berhasil sesuai dengan tujuan.
Adapun prinsip-prinsip mengajar tersebut antara lain :
1.      Motivasi
Seorang pegajar harus dapat menimbulkan motivasi anak. W.H. Burton mebedakan dua jenis motivasi yaitu;
a.    Motivasi instrinsik (daya yang telah ada dalam diri individu yang mendorog seseorang untuk berbuat dan melakukan sesuatu.
b.    Motivasi ekstrinsik ( yang datang dari luar menjadi cemeti bagi murid­murid untuk berbuat lebih)
2.      Aktivitas
Keaktifan ada dua macam yaitu keaktifan rohani (memikir) dan keaktifan jasmani (perbuatan).
3.      Minat Dan Perhatian
Bimo Walgito menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatia terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut. Perhatian merupakan salah satu faktor pisikologis yang dapat membantu ter adinya interaksi dalam proses belajar mengajar.



4.      Keperagaan
J. Amos Comenius dengan bukunya "Didaktica magna" beiau menganjurkan pengajaran hendaklah menurut alam dengan mempergunakan alas pergaha yang cukup dan menurut alam.
5.      Individual
Individu adalah manusia, orang seorang yang memiliki pribadi atau jiwa sendiri. Untuk mengetahui perberbedaan individu guru harus mengenal perbedaan yang ada pada murid antara lain dengan jalan:
a.                   Test
b.                   Observasi
c.                   Kunjungan rumah
d.                  Sosiogram
e.                   Case studi
6.      Pengulangan
Dalam mengulang pelajaran ada dua prinsip yng harus diperhatikan baik oleh pegajar maupun oleh pelajar:
1) Materi yang diulang itu harus dipahami dengan baik dan benar .
2) Dalam melakukan penguangan jangan terlalu lama.
7.      Ketauladanan
Kecenderugan manusia untuk meniru belajar lewat peniruan menyebabkan ketauladanan menjadi sangat penting artinya dalam proses belajar mengajar.
8.      Pembiasaan
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatukebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan adalah suatu tingkah lake tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direnanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.[3]

B.       Ayat dan Hadis Tentang Metode Pembelajaran
1.    Metode  Pembelajaran dalam Surah an-Nahl ayat 125
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِلْحِكْمَهْ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِى هِيَ اَحْسَنُ اَنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَاَعْلَمُ بِلْمُهتَدِيْنَ «النحل :  ۱۲۵»
“(Wahai Nabi Muhmmad SAW) Serulah (semua manusia) kepada jalan (yang ditunjukkan) Tuhan Pemelihara kamu dengan hikmah (dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka) dan pengajaran yang baik dan bantalah mereka dengan (cara) yang terbaik. Sesungguhnya Tuhan pemelihara kamu, Dialah yang lebih mengetahui (tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk).”
Dari surah an-Nahl ini tercantum 3 metode pembelajaran, diantaranya:
a.      Metode Hikmah
Kata hikmah (حكمة) dalam tafsir al-Misbah berarti “yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun berbuatan”. Dalam bahasa Arab al-hikmah bermakna kebijaksanaan dan uraian yang benar. Dengan kata lain al-hikmah adalah mengajak kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek, sarana, media dan lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode dengan memperhatikan peserta didik diperlukan kearifan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal. Selain itu dalam penyampaian materi maupun bimbingan terhadap peserta didik hendaknya dilakakuan dengan cara yang baik yaitu dengan lemah lembut, tutur kata yang baik, serta dengan cara yang bijak.
Imam Al-Qurtubi menafsirkan al-hikmah dengan “kalimat yang lemah lembut”. Beliau menulis dalam tafsirnya :
وَأَمْرُهُ أَنْ يَدْعُوَ إِلَى دِيْنِ اللهِ وَشَّرْعِهِ بِتَلَطُّفٍ وَلَيِّنٍ دُوْنَ مُخَاشَنَةٍ وَتَعْنِيْفٍ
“Nabi diperintahkan untuk mengajak umat manusia kepada “dinnullah” dan syariatnya dengan lemah lembut tidak dengan sikap bermusuhan.”
Hal ini berlaku kepada kaum muslimin seterusnya sebagai pedoman pembelajaran dan pengajaran. Hal ini diinspirasikan dari ayat Al-Qur’an dengan kalimat “qaulan layinan”. Allah berfirman :
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (طه: ۶۶)
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.  (taha:44)
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar manakala ada interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan mendalam kepada para siswa sehingga “teacher oriented” akan berubah menjadi “student oriented”. Guru yang bijaksana akan selalu memberikan peluang dan kesempatan kapada siswanya untuk berkembang.
b.      Metode Nasihat/Pengajaran Yang Baik (Mauizhah Hasanah)
Mauidzah hasanah terdiri dari dua kata “al-Mauizhah dan Hasanah”. al-Mauizhah (الموعظة) terambil dari kata (وعظ) wa’azha yang berarti nasihat sedangkan hasanah (حسنة) yang berarti baik. Maka jika digabungkan Mauizhah hasanah bermakna nasihat yang baik.
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:
يَااَيُّهَاالنَّاسُ قَدْجَاءَ تْكُمْ مَوْ عِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِى الصُّدُوْرِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ «۵۷ : ۱۰»
“Hai segenap manusia, telah datang kepada kalian mauizhah dari pendidikanmu, penyembuh bagi penyakit yang bersemayam di dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. 10:57)
c.       Metode Diskusi (jidal)
Kata jadilhum (جادلهم) berasal dari kata jidal (جدال) yang bermakna diskusi. Metode diskusi yang dimaksud dalam al-Qur’an ini adalah diskusi yang dilaksanakan dengan tata cara yang baik dan sopan. Yang mana tujuan dari metode ini ialah untuk lebih memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap suatu masalah.
Definisi diskusi itu sendiri yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah. Dalam kajian metode mengajar disebut metode “hiwar” (dialog). Diskusi memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran, menghormati pendapat orang lain, sadar bahwa ada pendapat di luar pendapatnya dan di sisi lain siswa merasa dihargai sebagai individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya.
Dengan demikian para pendidik dapat mengetahui keberhasilan kreativitas peserta didiknya, atau untuk mengetahui siapa diantara para peserta didiknya yang berhasil atau gagal. Dalam Allah SWT berfirman:
اِنَّ رَبَّكَ هُوَاَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَاَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ «۱۲۵ : ۱٦»
“Sungguh pendidikmu lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. 16:125)
C.      Pengertian Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi podsminat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Dengan penerapan kurikulum KTSP dan tuntutan untuk mengembangkan model pembelajaran kreatif maka Guru harus pula mampu mengikuti tuntutan perkembangan dunia pendidikan terkini. Guru harus berani berinovasi dan beradaptasi dengan metode pembelajaran seperti Talking Stick, Example non Example, Think Pair Share dan tidak hanya terpaku pada metode ceramah saja. Untuk memper elas mengapa model pembelajaran perlu dikembangkan secara berkesinambungan, kits harus kembali pada pengertian model pembelajaran secara umum. Berikut ini adalah pengertian model pembelajaran menurut pendapat para tokoh pendidikan antara lain:
1.      Ages Suprijono : pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
2.      Mills : "model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu"
3.      Richard I Arends : model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Dalam konteks ke-Indonesiaan, pendidikan Islam merupakan bagian dari system pendidikan nasional. Dimana pembelajaran Agama Islam, dalam konteks kebijakan pendidikan nasional identik dengan pendidikan agama Islam yang diselenggarakan pada pendidikan formal di semua jenjang pendidikan, mulai pendidikan anak usia dini, dasar, menengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan Islam merupakan segala usaha untuk memelihara fitrah manusia, serta sumber daya insane yang ads padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamio sesuai dengan norms Islam. Dengan demikian demikian, tujuan pendidikan Islam berfokus pada tiga dimensi, yaitu: Pertama, terbentuknya insane kamil (manusia universal, conscience) yang mempunyai wajah- wajah Qur'ani. Kedua, terciptanya insane kaffah, yang mempunyai dimensi- dimensi religious, budaya, dan ilmiah. Ketiga, penyadaran fungsi manusia sebagai hamba, khalifah Allah, serta sebagai waratsatul anbiya' dan memberikan bekal yang memadai dalam rangka pelaksanaan fungsi tersebut. Tujuan pendidikan Islam tersebut akan tercapai bila materi pendidikan tersebut diseleksi dan diajarkan dengan baik tepat.
Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia. Dengan demikian materi pendidikan agama bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupannya senantiasa, dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja.
Guru merupakan ujung tombak dalam pembelajaran, oleh karena itu guru dituntut untuk bisa mnciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Metode merupakan salah satu komponen pendidikan yang cukup penting untukdiperhatikan. Penyampaian materi dalam arti penanaman nilai pendidikan sering gagal karena cara yang digunakannya kurang tepat. Penguasaan guru terhapat materi pembelajaran saja belum cukup untuk dijadikan titik tolak keberhasilan suatu proses belajar mengajar.
Maka, saat ini yang mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan oleh para guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat memperluas, pemahaman peserta didik mengenai ajaran-ajaran agamanya, mendorong mereka, untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya.
Berbagai pandangan psikologi mengenai belajar (teori belajar) telah melahirkan berbagai model pengajaran, pada perkembangan selanjutnya model-model pengajaran itu telah mendorong para ahli untuk membuat model program pengajaran (yang sering juga, disebut sekarang model pembelajaran) yang secara langsung dapat dipraktekankan.
Model pembelajaran menurut jo ce dan well model pembelajaran adalah suatu pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana_pembelajar merancang bahan-bahan pembelajaran dikelas atau  Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori psikologis, sosiologis atau teori-teori lain dijadikan pola, pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Model pembelajaran tersebut sangatlah banyak, mulai dari model pembelajaran konvensional sampai kepada model pembelajaran modern. Dalam bagian keempat ini penulis akan menjelaskan tentang model pembelajaran yang mungkin dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama, islam. Model-model pembelajaran tersebut adalah sebagai yang terlihat pada, uraian selanjutnya.

C. Macam-macam Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Model Pembelajaran Unit
a.       Pengertian
Model Pembelajaran Unit adalah suatu cara guru menyajikan bahan pelajaran dimana guru bersama peserta didik menentukan bahan peljaran (dalam bentuk unit) guna dipeljarioleh peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode ini diciptakan oleh HC. Manson, dalam metode ini keaktifan guru dalam menyajikan bahan pelajaran dan keaktifan peserta didik dalam belajar dapat diseimbangkan.
Dengan unit ini guru bersama peserta didik sama-sama merencanakan suatu unit, sarna-saw mencari alai-alai yang diperlukan untuuk mernrcahkan masalah-maslah, memberikan penilaian terhadap hasil yang dicapai dan sama-sama aktif [4]
b.      Prinsip-prinsip Umum Pengajaran Unit
Pengajaran unit didasari oleh beberapa prinsip umum antara lain, adalah
1)   Prinsip kurikulum terpadu, dengan melaksanakan pengajaran unit kits tidak mengenal lagi batas-batas pelajaran yang stu dengan yang lain sebab semua mata pelajaran telah dipadukan dalam pengajaran unit.
2)   Prinsip psikologi perkembangan, penagjaran unit dilaksanakan berdasarkan minat peserta didik, sebab peserta didik ikut merencanakan, dan didasarkan pada minat yang ada pada peserta didik.
3)   Prinsip Team Teaching, pengajaran unit(proyek) dilaksanakan oleh peserta didik secara bersama-sama dalam bentuk ker a kelompok yang beranggotakan beberapa orang yang akan menimbulkan sifat ­sifat yang sangat diperlukan dalam kehidupan dalam masyarakat.
c. Prinsip- prinsip Khusus Pengajaran Unit :
1)        Dalam pelaksanaanya harus dapat mencampurkan sekalian bahan pengajaran.
2)        Disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
3)        Penyelenggaraan harus dalam waktu yang cukup
4)        Didasarkan atas dorongan yang wajar dari peserta didik
5)        Harus dipecahkan oleh peserta didik sendiri
6)        Hams berpusat pada kehidupan yang nyata
7)        Direncanakan sendiri oleh guru dan peserta didik
d. Ciri-ciri Pengajaran Unit
1) Ditinjau dari aspek sumber;
a)         Mempunyai konsep sebagai integrasi peserta didik didalarn lingkungannya.
b)        Bersumber pada minat, kebutuhan, masalah-masalah dan tantangan-tantangan dari peserta didik
c)         Berdasarkan pada aktivitas bersama, antara guru dan peserta didik
2) Ditinjau dari aspek tujuan;
a)      Mencakup semua aspek, kognitif, nilai dan sikap maupun aspek ketrampilan
b)      Tujuan langsung berkenaan dengan personalisasi peserta didik
c)      Tujuan direncanakan antara guru dan peserta didik
3) Ditinjau dari aspek organisasi;
a)      Difokuskan pada "here and now" untuk membantu pengertian masa kini dan mempersiapkan masa yang akan datang
b)      Mempergunakan pengalaman dari berbagai bidang yang berhubungan dengan keseluruhan situasi
c)      Direncanakan secara fleksibel dapat diubah oleh guru dan peserta didik
4) Ditinjau dari aspek implementasi;
a)    Menitik bemtkan pada partisipasi peserta didik
b)   Mempergunakan berbagai prinsip belajar yang memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
c)    Mempergunakan sumber yang lebih luas dan bermacam-macam metode mengajar
d)   Evaluasinya luas, menilai keseluruhan pertumbuhandan perkembangan peserta didik yang sehubungan dengan unit itu: longitudinal, self and group evaluation, serta penilaian pendidik.[5]
f.          Langkah-Langkah Pengajaran Unit.
Dalam pelaksanaan pengajaran unit, secara garis besarnya ada tiga langkah yang harus ditempuh.
1)   Langkah perencanaan
2)   Langkah pelaksanaan
3)   Langkah kulminasi dan penilaian
g.         Denis-Denis Unit
1)   Bedasarkan organisasi kurikulum, unit berdasarkan mata pelajaran, unit bidang keilmuan, unit pengalaman.
2)   Berdasarkan segi waktu pelaksanaan, unit okasional, unit rutin, unit khusus.[6]
h.      Keuntungan dan Kesulitan Unit
1) Keuntungan Unit
a)  Semua hal yang dipelajari berada dalam suatu hubungan keseluruhan
b)  Pelajaran menjadi lebih berarti karena sesuai dengan minat, bakat dan tingkat pertunbuhan peserta didik
c)  Mempunyai kesempatan untuk mempraktekkan nilai-nilai paham demokrasi, karena situasi kelas lebih demikratis
d) Hubungan sekolah dan masyarakat bertambah erat
2) Kelemahan unit
a)    Memilih masalah yang akan dijadikan unit bukan suatu yang mudah
b)   Unit mempunyai organisasi yang kurang teratur
c)    Pengetahuan peserta didik pada waktu keluar sekolah akan berbeda-beda(sesuai dengan minat yang dimilikinya)
d)   Unit memerlukan biaya dan alat yang cukup mahal.[7]
2. Model Pembelajaran Berprogram
a.    Pengertian
Merupakan  suatu bentuk pembelajaran dengan mempergunakan alat-alat yang beker a serba otomatis atau kunci-kunci jawaban tertulis yang sedemikian rupa, sehingga peserta didik dapat mempelajari sendiri bahan-bahan yang telah tersusunsecara sistematis dan peserta didik bertanggung jawab sendiri. Di Indonesia sendiri pengajaran berprograma masih dalam taraf try out dan penelitian.
b.   Prinsi-prinsip Belajar Berprogram
1)         Dalarn pengajaran berprograma dikehendaki proses interaksi antara guru dan peserta didik secara tidak langsung yang menggunakan alat berupa buku teks sebagai alat untuk mengaktifkan pelajaran dalam proses belajar mengajar.
2)         Pengajaran berprograma menganut system belajar sendiri, dengan jalan atau cara berdialog dari unit kalimat ke unit kalaimat berikutnya yang disusun sedemikian rupa sehingga unit-unit itu dapat berbicara langsung dengan pembaca.
3)         rangkaian kegiatan dalam programs dilakukan secara aktif progresif, peserta didik belajar dengan maju setapak demi setapakdan menguji hasil kebenaran hasil responnya, sehingga akhirnya is sampai pada suatu kesimpulan.
4)         bahan pengajaran berprograma, disusun menurut prinsip dan pola tertentu yang telah di progamkan
c. Jenis Program
1) Pola, Linear
Pola liner ini dikembangkan oleh skinner. Dalam menyusun suatu program ia menganjurkan untuk memulai penyusunan dengan :
a)    Menentukan dan membatasi lapangan (scope) yang akan dibahas,
b)    Mencari semua istilah teknis, fakta, ketentuan, prinsip Berta hal yang relevan dengan hal tersebut.
c)    Mengatur dalam urutan perkembangan yang logis
2) Programa, branching (bercabang)
Dalam program ini kadang-kadang murid terns sampai kepada suatu bingkai dimana ia berbuat salah. Kesalahan itu mengalihkan dia kemudian mengadakan perbaikan. Biasanya programs terdiri dari suatu pilihan. Dikatakan bercabang karena disamping garis lures adalagi garis cabang.[8]
d. Langkah-Langkah Pelaksanaan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program.
1) Persiapan, terdiri dari
a)    Pemilihan Topic
b)    Out Line
c)    Tujuan Instruksional
d)   Pretest
2) Penulisan Programs
Setelah Persiapan sudah matang, maka barulah ditulis program yan akan dilaksanakan. Terlebih dahulu murid harus mempelajari tugas yang akan dilaksanakan.
e. Keuntungan Metode Pengajaran Berprograma
1)   Bahan pelajaran sangat banyak disediakan sehingga sifat individu anak-anak dapat diperhatikan
2)   Anak-anak yang pandai mendapat kesempatan yang banyak untuk mencapai kemajuan
3)   Menambah self activity bagi anak-anak
4)   Melatih anak untuk berbuat sendirian dan bertanggung jawab sendirian
f. Kelemahan-Kelemahan Metode Pengajaran Berprograma
1)   Proses belajar yang seperti ini sulit untuk membentuk kepribadian yang bulat.
2)   Pengajaran dengan metode ini bersifat individualistic dan intelektualistis
3)   Sukar untuk menyusun programa, apalagi programs dari setiap mata pelajaran
4)   Membutuhkan alat yang mahal untuk menciptakan alai-alai pangajar[9]
3. Model Pembelajaran Modul
a. Pengertian
Modul adalah  suatu unit program belajar mengajar terkecil yang secara perperinci menggariskan:
1)   Tujuan-tujuan intruksionil umum yang akan ditunjang pencapaiannya.
2)   Topic yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar.
3)   Tujuan intruksional khusus yang akan dicapai oleh peserta, didik.
4)   Pokok-pokok materi yang akan diajarkan dan dipelajari.
5)   Kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang lebih luas.
6)   Peran guru di dalam prose belajar mengajar.
7)   Alat-alat dan sumberyang akan dipakai
8)   Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati peserta didik secara berurutan.
9)   Lembaran-lembaran ker a yang harus diisi anak.
10)Program evaluasi yang akan dilaksanakan selama ber alannya proses belajar ini.
Sifat-sifat khas dari pada modul, yaitu
a)    Modul merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap
b)   Modul itu memuat rangkaian kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan sistematik
c)    Modul memuat tujuan belajar (pengajaran) yang dirumuskan secara eksplisit dan specific
d)   Modul memungkinkan peserta didik belajar sendiri secara bebas (independent), modul memuat bahan yang bersifat self instructional
e)    Modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individu, merupakan salah satu perwujudan pengajaran individual
b. Langkah-langkah Penyusunan Modul
Adapun yang harus diperhatikan dalam langkah-langkah penyusunan modul adalah sebagai berikut:
1)   Perumusan tujuan-tujuan.
2)   Menyusun post test.
3)   Menganalisa. Entry Behavior.
4)   Pemilihan Media.
5)   Try Out.
6)   Evaluasi.[10]
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Modul
1.    Kelebihan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul
Belajar menggunakan modul sangat banyak manfhatnya, siswa dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri, pembelajaran dengan modul sangat menghargai perbedaan individu, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, maka pembelajaran semakin efektif dan efisien.
2.        Kekurangan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul
Belajar dengan menggunakan modul juga Bering disebut dengan belajar mandiri. Namur Pembelajaran dengan menggunakan modul mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
a)         Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.
b)        Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki oleh siswa pada umumnya dan siswa yang belum matang pada khususnya.
c)         Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari facilitator untuk terns menerus mamantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi secara individu setiap waktu siswa membutuhkan

4. Model Pembelajaran PPSI
a. Pengertian
Prosedur pengembangan system instruksional, merupakan suatu system yang dijadikan pola untuk interaksi belajar mengajar untuk suatu waktu tertentu. PPSI dengan sendirinya tak dapat dipisahkan dari kurikulum yang berlaku, tujuan pendidikan dalam lembaga tertentu dan situasi di mana proses belajar mengajar itu ber alan System intruksional, yaitu suatu kesatuan yang terorganisir, yang terdiri dari sejumlah komponen yang Baling berhubungan satu denganlainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Komponen-komponen system instruksional yaitu
1)     Tujuan pengajaran
2)     Materi pengajaran
3)     Alat pengajaran
4)     Metode pengajaran
5)     Kegiatan belajar mengajar
6)     Evaluasi pengaj aran[11]



b. Tujuan Pendidikan
Tujuan ialah sesuatu yang ingin dicapai menggambarkan percobaan tingkah lake yang diinginkan pada diri peserta didik setelah mereka menyelesaikan pengalaman belajar. Tujuan pendidikan dibagi menjadi :
1)   Tujuan Pendidikan Nasional yaitu : rumusan tujuan yang menggambarkan secara umum kualifikasi warga Negara yang harus dihasilkan oleh setiap lembaga pendidikan yang ada di bumf Indonesia.
2)   Tujuan Institusional, yaitu tujuan yang harus dicapi anak didik dalam mengikuti program pendidikan. Sesuai dengan tindakan lembaga pendidikan yang bersangkutan
3)   Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai oleh anak didik setelah mengikuti bidang studi di sekolah, untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan dalam setiap bidang kurikuler
4)   Tujuan Pembelajaran Umum, yaitu suatu tujuan yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan belajar dan mengajar
5)   Tujuan Pembelajaran khusus, yaitu tujuan yang rumusannya benar­benar khusus dan operasional
c. Proses Pelaksanaan Sistem Instruksional
System instruksional dilaksanakan melalui tiga fase:
1)  Mengenal kondisi input.
2)  Mengadakan Pengolahan (Proses)
Setelah kita mengetahui bagaimana hasil pretest dari input, dan ternyata perlu diadakan proses belajar dan mengajar sebagaimana yang sudah direncanakan. Lama proses mengajar dan belajar ini tergantung kepada materi yang ada pada Unit lesson.
3)  Mengenal kondisi out put
Out put adalah peserta didik sebagai subyek yang telah melalui proses mengajar dan belajar. Untuk mengenal out-put perlu diadakan post test (evaluasi tentang bahan yang telah diajarkan kepada peserta didik)'.' Bahan post testsama dengan bahan yang digunakan sewaktu pre test. Dengan post test ini kita dapat mengetahui kondisi peserta didik tentang pengetahuan dan keterampilannya Setelah melalui proses mengajar dan belajar dengan mempedomani hasil test tersebut sebagai berikut
ü Apabila semua item pertanyaan dapat dijawab semua oleh peserta didik, maka keadaan pengajaran berhasil.
ü Apabila semua item pertanyaan tidak dapat dijawab oleh murid maka keadaan pengajaran dinyatakan gagal.
ü Apabila item pertanyaan pada post test yang dapat dijawab kurang dari item pertanyaan yang dapat dijawab pada pretest berarti guru memberikan penjelasan yang mengacaukan. [12]
d. Langkah-Langkah Kegiatan Pokok Dalam PPSI
Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari sub sistem atau komponen, setiap komponen ini selalu berkaitan antara satu sama lain. Tugas guru dalam hal ini adalah menyusun urutan langkah–langkah pengajaran sub sistem atau komponen pengajaran tersebut dengan baik.
Urutan langkah-langkah pokok dalam PPSI adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan Pembelajaran Khusus.
Dalam langkah ini perlu dirumuskan sejumlah tingkah laku yang spesifik yang diharapkan agar dimiliki oleh anak didik setelah is menyelesaikan program pengajaran mengenai pokok bahasan yang diberikan.
Dalam rumusan tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.         Rumusan harus operasional artinya jelas dan mengandung satu pengertian tidak dapat ditafsirkan lain (bermacam-macam) sehingga dapat diukur (dinilai).
b.        Berdasarkan hasil belajar dan tingkah laku yang diharapkan.
c.         Masing-masing hasil belajar atau rumusan tersebut dalam bentuk yang tunggal.
2) Menyusun slat evaluasi.
Alat evaluasi adalahalatat penilaian yang dipergunakan. menilai sejauh mans anak-anak dapat menguasai kemampuan­kemampuan seperti yang terkandunq dal am rumusan tujuan instruksional di atas. Untuk setiap tujuan perlu dirumuskan:
a.  Jenis test; seperti test lisan, test tulisan, (test essay dan test objektif), test perbuatan-perbuatan, perfomance test dan sebagainya.
b.  Merumuskan pertanyaan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan tersebut.
Prosedur Pengembangan system Intruktional atau disingkat PPSI, merupakan salah satu pola dasar mengajar yan telah dipergunakan pemerintah sebagai pola dasar terpilih.
Sistem. Intruksional yaitu suatu kesatuan yang terorganisir, yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Proses yang dilakaukan akan terhalang kalau salah satukomponennya keluar dari sistem "pengajaran sebagai satu sistem terdiri dari beberapa sub sistem atau komponen.
Tugas guru dalam hal ini adalah menyusun urutan langkah­langkah pengajaran sub sistem atau pengajaran tersebut dengan baik. Urutan langkah-langkah pokok dalam PSSI adalah sebagai berikut:
a.              Merumuskan tujuan pembelajaran Khusus
b.              Menyusun alat evaluasi
c.              Menetapakan kegiatan belajar peserta didik
d.             Merencanakan program pengajaran
e.              Melaksanakan program [13]
5. Model Pembelajaran CBSA
Menurut Nana Sujana (1988), dikatakan bahwa CBSA adalah suatu proses belajar-mengajar yang menggunakan berbagai metode yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.
Menurut Misbah Partika (1987), dikatakan CBSA adalah proses belajar-mengajar yang menggunakan berbagai metode yang menitik beratkan kepada keaktifan yang bersifat fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif dan psikomotor secara optimal.
Menurut A.Kosasih Djahiri (1980) dikatakan bahwa "CBSA" adalah suatu proses interaksi aktif seluruh potensi manusiawi siswa. (emosi, feeling, pikiran, nilai, moral) secara fungsional dalam menginternalisasi dan mempersanalisasikan suatu tujuan pelajaran yang/ diinginkan.
Bertitik tolak dari beberapa definisi tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) merupakan suatu pendekatan yang diterapkan dalam proses belajar-mengajar dengan menekankan pada keterlibatan kemampuan peserta didik, baik secarafisik, mental, intelektual maupun emosionalnya sehingga diperoleh hasil belajar yang berupa keteerpaduan antar aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam kesatuan pribadi peserta didik yang utuh seperti yang diinginkan dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada hakikatnya, kajian tentang CBSA ini dapat ditelusuri dari tiga segi, yaitu segi konsep, segi subjek didik dan segi guru atau pengajar. Sebagai konsep, CBSA adalah suatu proses kegiatan belajar-mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional serta fisiknya, sehingga is betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian peserta didik, merupakan inti dalam kegiatan belajamengajar. Sekaligus peserta didik sebagai subyek dan obyek kegiatan belajar-mengajar.
Dilihat dari subyek didik, CBSA merupakan suatu proses. Dari segi guru dan pengajar, CBSA merupakan pendekatan mengajar yang diterapkan guru untuk memancing keaktifan dan peran peserta didik secara optimal sebagai subyek pendidikan.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan CBSA merupakan salah satu cara pendekatan belajar-mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi aktif baik fisik, intelektual dan emosional peserta didik seoptimal mungkin dapat mengubah prilakunya secara lebih efektif dan efisien.
Prinsip Model Pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ) terbagi atas 4 dimensi yaitu
a.        Dimensi subjek didik
Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan­dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat.
Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalampersiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis.
Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehinggadapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru. Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
Peranan bebas dalam menger akan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.
b.   Dimensi Guru
Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta, partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.AKemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator. Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing. Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multimedia. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuftgan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
c.    Dimensi Program
Prinsip ini menuntut agar dalam mengembangkan program pembelajaran hendaknya dilakukan penyesuaian antara tujuan dari isi pembelajaran dengan karakteristik siswa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan, minat dan kemampuan siswa.
Pengembangan konsep dan aktifitas siswa. Prinsip ini mengisyaratkan agar program mampu menyajikan alternative kegiatan yang mengarah pada pengembangan konsep aktifitas belajar siswa. Pemilihan dan penggunaan berbagai metode dan media
Prinsip ini menuntut agar guru mampu memilih dan sekaligus mampu menggunakan berbagai strategi dan metode belajar-mengajar, sehingga dapat menciptakan kondisi belajar yang dapat membelajarkan siswa secara aktif dan penuh makna.
Penentuan metode dan media, Prinsip ini mempersyaratkan agar dalam program pembelajaran diberikan alternative metode dan media yang dapat dipilih secara luwes, maksudnya pengembangan program hendaknya mampu memilih metode atau media sebagai alternatif memilih kesetaraan.
d.   Dimensi situasi belajar-mengajar
Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar. Adanya wasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
1)      Kelebihan dari Model Pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
a.    Guru tidak lagi hanya menuangkan semua informasi yang dimilikinya kepada, peserta didik. Tetapi disini guru memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk menemukan fakta dan informasi kemudian mengolah dan mengembangkannya. Dengan kata lain guru guru tidak melakukan cara pendekatan memberikan ikan kepada peserta didik, tetapi guru melakukan cara pendekatan memberikan "kail" kepada, peserta didik. Dengan cara begitu peserta didik akan cepat berkembang dan maju di dalam belajarnya.
b.   Peserta didik lebih menghayati hal-hal yang dipelajari melalui percobaan ataupun praktek langsung, melalui pengalaman terhadap kenyataan langsung dilingkungannya, melalui perlakuan terhadap bends-bends nyata, melalui kegiatan membaca dan menyimak atau melalui penugasan dan melakukan kegiatan tertentu. melalui CBSA, pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap nilai dapat dipadukan dalam kegiatan belajar-mengajar. Melalui CBSA
perbedaan pengembangan berebagai aspek dapat ditangani lebih baik dalam kegiatan belajar-mengajar. Melalui pendekatan CBSA fisik, mental dan perasaan peserta didik terlibat dalam proses belajar­mengajar dan sangat membantu perkembangan kehidupan peserta didik seutuhnya.
2) Kekurangan dari Model Pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif
Kekurangan dari kurikulum CBSA adalah ternyata di dalam penerapannya sering ter adi guru membiarkan peserta didik belajar sendiri atau menger akan tugas yang telah diberikannya sementara guru bersantai- santai yang akhirnya peserta didik pun terlantar tanpa bimbingan gurunya. Sehingga muncul plesetan "CBSA", catat buku sampai abis.
6. Pengertian Model Pembelajaran Tuntas
Menurut Carrol (dalam Ramayulis 2005:193) pada dasarnya bakat merupakan indeks kemampuan seseorang, melainkan sebagai ukuran kecepatan belajar (measures of learning rate). Artinya seorang yang memiliki bakat tinggi memerlukan waktu relatif sedikit untuk mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan peserta, didik yang memiliki bakat rendah. Dengan demikian peserta didik dapat mencapai penguasaan penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pembelajaran dan kesempatan waktu belajar dibuat tepat sesuai denagn kebutuhan masing-masing peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas maka model belajar dilandasi oleh dua asumsi yaitu:
a.       Bahwa adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial (bakat). Hal ini dilandasi teori tentang bakat yang dikemukakan oleh Carrol yang menyatakan bahwa apabila para, peserta didik didistibusikan secara normal dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa, bidang pengajaran,kemudian mereka diberi pengajaran yang sama dan hasil belajarnya diukur, ternyata akan menunujukkan distribusi normal. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang berbakat cenderung untuk memperoleh nilai tinggi (Ramayulis,194:1990).
b.      Apabila dilaksanakan secara sistematis, maka semua peserta didikakan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanyaModel ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi(degree of learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yangbenar-benar digunakan (time actually spent) untuk belajar dibagidengan waktu yang diperlukan (time needed) untuk menguasaikompetensi tertentu. Dalam pembelajaran konvensional, bakat(aptitude) peserta didik tersebar secara normal. Jika kepada merekadiberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah pembelajaran danwaktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapaiakan tersebar secara normal pula. Dalam hal ini dapat dikatakanbahwa hubungan antara, bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi.
Sebaliknya, apabila bakat peserta didik tersebar secara normal, dan kepada mereka diberi kesempatan belajar yang sama untuk setiap peserta didik, tetapi diberikan perlakuan yang berbeda dalam kualitas pembelajarannya, maka besar kemungkinan bahwa peserta didik yang dapat mencapai penguasaan akan bertambah banyak. Dalam hal ini hubungan antara bakat dengan keberhasilan akan menjadi semakin kecil.
Dari konsep-konsep, di atas, kiranya cukup jelas bahwa harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, Berta perhatian khusus bagi peserta didik yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar.
Dari konsep tersebut, dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelalaran tuntas adalah:
a.  Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis.
b.  Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback.
c.  Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal. (Gentile & Lalley: 2003).
7. Model pembelajaran Kontruktivisme
Model pembelajaran kontruktivisme memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif dalam membuat sebuah pengalaman menjadi masuk akal, dan proses ini sangat dipengaruhi oleh apa yan sudah diketahui orange sebelumnya. Karena itu, dalam setiap kegiatan pembalajara guru harus memperoleh, atau sampai pads, persamaan pemahaman dengan peserta didik.
a.      Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran model kontruktivisme
1)   Peserta, didik harus selalu aktif selama pembelajaran. Proses aktif ini adalah proses membuat segala sesuatu masuk akal.
2)   Interpretasi selalu, dipengaruhi oleh pengetahuan sebaelumnya.
3)   Interpretasi dibantu oleh metode intruksi yang memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukan pikiran), melalui diskusi, Tanya jawab, dan lain-lain.
4)   Tanya jawab didorong oleh kegiatan inquiry (ingin tabu) para peserta didik. Jadi, kalau peserta didik tidak bertanya tidak bicara, berarti peserta didik tidak belajar secara optimal.
5)   Kegiatan belajar mengajar tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan, tapi juag pengalihan ketrampilan dan kemampuan. [14]

Dari pengertian diatas dapat kits ketahui model pembelajaran kontruktivisme memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif dalam membuat sebuah pengalaman menjadi akal, dan proses ini sangat dipengaruhi oleh apa yang sudah diketahui orang sebelumnya.
Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan indranya. Melalui interaksinya dengan objek dan lingkungan, misalnya dengan melihat, mendengar, menjamah, membau, atau merasakan,seseorang dapat mengetahui sesuatu. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ditentukan, melainkan proses pembentukan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungan, pengetahuan dan pemahamannya akan objek dan lingkungan akan meningkat dan lebih rinci.
Pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam pemikiran pelajar. Pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh pelajar itu sendiri dan tidak diterima secara pasif dari orang disekitarnya. Hal ini bermakna bahwa pembelajaran merupakan hasil dari usaha pelajar itu sendiri dan bukan hanya ditransfer dari guru kepada pelajar. Hal tersebut berarti siswa tidak lagi berpegang pada konsep pengajaran dan pembelajaran yang lama, dimana guru hanya menuangkan atau mentransfer ilmu kepada siswa tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari siswa itu sendiri.
b. Ciri-ciri Konstruktivisme
1)        Pengetahuan dibangun oleh siswa. sendiri. Guru hanya dapat mengarahkan murid untuk dapat memahami pembelajaran, akan tetapi muridlah yang mencerna dan membuat pengetahuan itu menjadi masuk akal olehnya.
2).  Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. Dalam hal ini guru berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh murid berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu murid untuk membentuk pengetahuannya. sendiri.
3)  Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. Pengetahuan murid tidak dapat diperoleh secara instan, murid harus dapat mengembangkan pikirannya sendiri secara terus menerus melalui pengalaman dan mengaitkannya dengan pengetahuan sebelumnya. Sehingga perubahan konsep ilmiah pun ter adi .
4)  Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi bedalan lancar.
5)       Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya, sebuah pertanyaan.








BAB III
TANGGAPAN
Abidin
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar manakala ada interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan mendalam kepada para siswa sehingga “teacher oriented” akan berubah menjadi “student oriented”. Guru yang bijaksana akan selalu memberikan peluang dan kesempatan kapada siswanya untuk berkembang
Agus Holidin
Dalam kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendisain program dan keterampilan mengkomunikasikan program tersebut kepada anak didik. Seorang guru harus mampu memilih dan memilah strategi apa yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi tersebut haruslah disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
Strategi pembelajaran berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai. Seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan dengan tujuan agar siswa mendapat suatu pengetahuan yang bersifat kognitif, dengan menggunakan strategi pembelajaran yang efektif yaitu strategi yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif sejak memulai pelajaran sampai selesai.
Jika mencermati dunia pendidikan Barat, setiap waktu muncul silih berganti aneka inovasi pembelajaran. Usaha yang ditempuh oleh para praktisi dunia pendidikan Barat ini bertujuan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memberdayakan siswa, sekaligus mencerahkan.
Anisa Barokah
Pertama, pembelajaran Al-Qur’an Hadis boleh saja mengadopsi teori-teori pembelajaran Barat seperti yang disebutkan di atas. Misalnya, dengan menerapkan teori pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) temuan Elaine B. Johnson. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa seorang pembelajar akan mau dan mampu menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna dari pelajaran tersebut. Teori ini dapat diaplikasikan dengan cara mengaitkan isi dari sebuah mata pelajaran, misalnya pelajaran Al-Qur’an Hadis, dengan pengalaman para siswa. Dengan cara seperti ini, para siswa akan mampu menemukan makna dari materi pelajaran yang dipelajarinya. Jika mereka mampu menemukan makna (kegunaan) dari pelajaran tersebut, mereka akan lebih antusias dalam belajar, karena mereka mempunyai alasan untuk belajar.
Kedua, mencoba menggali metode pembelajaran yang menyenangkan dari sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadis.

  

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kendali pembelajaran bukan berada di tangan guru atau pendidik seutuhnya. Aktor pembelajaran adalah siswa. Guru hanyalah sebagai fasilitator. Dengan banyak terlibat secara aktif, otomatis siswa tidak akan merasa bosan. Justru para siswa akan merasa senang dan bergairah.
Model Pembelajaran Unit adalah suatu cara guru menyajikan bahan pelajaran dimana guru bersama peserta didik menentukan bahan peljaran (dalam bentuk unit) guna dipeljarioleh peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran.
Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Apabila dalam proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka harapan tercapainya tujuan pendidikan akan sulit untuk diraih. Dalam al-Qur’an dan beberapa hadist juga menganjurkan untuk menggunakan metode dalam proses pembelajaran.



DAFTAR RUJUKAN

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya

J.J. Hasibuan, dkk, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) Cet. 6,

Maksudi Taredja, dkk, Metode Pengajaran Unit, (Jakarta: Proyek P3G, Depdikbud, 1980)

Ramayuhs, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta Pusat, KALAM MULIA), 2010

Ramyulis, Metodologi Pengajaran, (F.T. LAIN Batu Sangkar)

Rualan Ltief, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), (Fakultas Tarbiyahb IAN11mam Bonjol, Padanh,1985

____________ Tafsir Al-Misbah; pesan. Kesan dan keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. 2002.

Sudjana, Nana. Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru. 2005.

Taniredja, Tukiran. et al. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. 2011.

Thobroni, Ahmad Yusam. et al. Tafsir dan Hadis Tarbawi. Surabaya: IAIN SA Press. 2013.


[1] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya
[2]J.J. Hasibuan, dkk, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) Cet. 6, Hal. 3
[3]Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Melia, 2001) Cet. 3, Hal. 85-99
[4]Prof Dr. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,( Jakarta Pusat, KALAM MULIA), 2010,H1n 167
[5]Drs. Rualan Ltief, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), (Fakultas Tarbiyahb IAN11mam Bonjol, Padanh,1985, Hlm 57-60
[6]Maksudi Taredja, dkk, Metode Pengajaran Unit, (Jakarta: Proyek P3G, Depdikbud, 1980), Hhn 28
[7]Prof Dr. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,( Jakarta Pusat, KALAM MULIA), 2010,Hhn 173
[8]lbid, Him 179
[9]Ramyulis, Metodologi Pengajaran, (F.T. LAIN Batu Sangkar), Him 63
[10]Prof Dr. Ramayuhs, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta Pusat, KALAM MULIA), 20 1 0,Hhn 173
[11]lbid, Hlm 191
[12]Ibid, Hlm 195
[13] Ibid, Hlm 200
[14]Prof. Dr. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,( Jakarta Pusat, KALAM MULIA), 20 1 0,Hhn 212

0 komentar:

Posting Komentar