BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Makhluk Allah yang
diberi kewajiban dalam mencari ilmu adalah manusia. Yang mana ilmu tersebut
berguna untuk bekal kehidupannya di dunia maupun diakhirat. Sebagaimana
sabda nabi Muhammad SAW:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ
عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap
muslim.”
Pendidikan Agama di maksudkan untuk
peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman
nilai-nilai keagamaan serta pengalaman nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
individu ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut
pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki
manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhuk
Tuhan.
Pendidikan Agama islam diberikan dengan
mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk
mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta
bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis,
saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun
sosial.
Model
pembelajaran menurut jo ce dan well model pembelajaran adalah suatu pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana_pembelajar merancang
bahan-bahan pembelajaran dikelas atau lagi Para ahli menyusun model
pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori psikologis,
sosiologis atau teori-teori lain dijadikan pola, pendidik dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
Prinsip-prinsip Mengajar?
2.
Bagaimana
model Pembelajran pendidikan Agama Islam?
3.
Apa saja model pembelajran pendidikan Agama islam?
C.
Tujuan
Penulis
Berdasarkan rumusan masalah diatas
maka penulis membuat tujuan sebagai
berikut:
1.
Untuk
mengetahui Prinsip-prinsip Mengajar
2.
Untuk
mengetahui model Pembelajran pendidikan Agama Islam
3.
Untuk
mengetahui apa saja model pembelajran pendidikan Agama islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Prinsip-prinsip
Mengajar
Dalam kegiatan mengelola
interaksi belajar mengajar guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar,
yakni kemampuan mendisain program dan keterampilan mengkomunikasikan program
tersebut kepada anak didik. Seorang guru harus mampu memilih dan memilah
strategi apa yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi tersebut haruslah
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
Dalam Al-Qur’an juga
dijelaskan bahwa dalam berdakwah Nabi Muhammad saw juga menggunakan strategi –
strategi:
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Artinya : Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl : 125)[1]
Mengajar adalah penciptaan system lingkungan yang
memungkinkan ter alinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari
komponenkomponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang
ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan
peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang
dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. [2]
Prinsip mengajar adalah suatu aturan
yang berlaku bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
Prinsip-prinsip tersebut disebut dengan Asas-asas Didaktik. Dengan demikian
prinsip-prinsip tersebut harus diketahui dan dipahami serta dapat diterapkan
oleh guru atau calon guru agar dapat mengajar dengan baik dan berhasil sesuai
dengan tujuan.
Adapun prinsip-prinsip mengajar tersebut
antara lain :
1.
Motivasi
Seorang pegajar harus dapat menimbulkan
motivasi anak. W.H. Burton mebedakan dua jenis motivasi yaitu;
a. Motivasi
instrinsik (daya yang telah ada dalam diri individu yang mendorog seseorang
untuk berbuat dan melakukan sesuatu.
b. Motivasi
ekstrinsik ( yang datang dari luar menjadi cemeti bagi muridmurid untuk
berbuat lebih)
2.
Aktivitas
Keaktifan ada
dua macam yaitu keaktifan rohani (memikir) dan keaktifan jasmani (perbuatan).
3.
Minat
Dan Perhatian
Bimo Walgito
menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatia
terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari
maupun membuktikan lebih lanjut. Perhatian merupakan
salah satu faktor pisikologis yang dapat membantu ter adinya interaksi dalam
proses belajar mengajar.
4. Keperagaan
J. Amos Comenius dengan bukunya "Didaktica
magna" beiau menganjurkan pengajaran hendaklah menurut alam dengan
mempergunakan alas pergaha yang cukup dan menurut alam.
5. Individual
Individu adalah manusia, orang seorang
yang memiliki pribadi atau jiwa sendiri. Untuk mengetahui perberbedaan individu
guru harus mengenal perbedaan yang ada pada murid antara lain dengan jalan:
a.
Test
b.
Observasi
c.
Kunjungan rumah
d.
Sosiogram
e.
Case studi
6. Pengulangan
Dalam mengulang pelajaran ada dua
prinsip yng harus diperhatikan baik oleh pegajar maupun oleh pelajar:
1) Materi yang diulang itu harus
dipahami dengan baik dan benar .
2) Dalam melakukan penguangan jangan
terlalu lama.
7. Ketauladanan
Kecenderugan manusia untuk meniru
belajar lewat peniruan menyebabkan ketauladanan menjadi sangat penting artinya
dalam proses belajar mengajar.
8. Pembiasaan
Pembiasaan
adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan hasil dari pembiasaan yang
dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatukebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan
adalah suatu tingkah lake tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direnanakan
terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.[3]
B.
Ayat
dan Hadis Tentang Metode Pembelajaran
1.
Metode
Pembelajaran dalam Surah an-Nahl ayat 125
اُدْعُ
اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِلْحِكْمَهْ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِى هِيَ اَحْسَنُ اَنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ
سَبِيْلِهِ وَهُوَاَعْلَمُ بِلْمُهتَدِيْنَ «النحل : ۱۲۵»
“(Wahai
Nabi Muhmmad SAW) Serulah (semua manusia) kepada jalan (yang ditunjukkan) Tuhan
Pemelihara kamu dengan hikmah (dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat
kepandaian mereka) dan pengajaran yang baik dan bantalah mereka dengan (cara)
yang terbaik. Sesungguhnya Tuhan pemelihara kamu, Dialah yang lebih mengetahui
(tentang siapa yang tersesat
dari
jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk).”
Dari surah an-Nahl ini tercantum 3
metode pembelajaran, diantaranya:
a.
Metode Hikmah
Kata hikmah (حكمة) dalam
tafsir al-Misbah berarti “yang paling utama dari segala sesuatu, baik
pengetahuan maupun berbuatan”. Dalam bahasa Arab al-hikmah bermakna
kebijaksanaan dan uraian yang benar. Dengan
kata lain al-hikmah adalah mengajak kepada jalan Allah dengan cara
keadilan dan kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam
proses belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek, sarana, media dan
lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode dengan memperhatikan
peserta didik diperlukan kearifan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan
maksimal. Selain itu dalam penyampaian materi maupun bimbingan terhadap peserta
didik hendaknya dilakakuan dengan cara yang baik yaitu dengan lemah lembut,
tutur kata yang baik, serta dengan cara yang bijak.
Imam
Al-Qurtubi menafsirkan al-hikmah
dengan “kalimat yang lemah lembut”. Beliau menulis dalam tafsirnya :
وَأَمْرُهُ أَنْ يَدْعُوَ إِلَى دِيْنِ اللهِ
وَشَّرْعِهِ بِتَلَطُّفٍ وَلَيِّنٍ دُوْنَ مُخَاشَنَةٍ وَتَعْنِيْفٍ
“Nabi
diperintahkan untuk mengajak umat manusia kepada “dinnullah” dan syariatnya
dengan lemah lembut tidak dengan sikap bermusuhan.”
Hal ini
berlaku kepada kaum muslimin seterusnya sebagai pedoman
pembelajaran dan pengajaran. Hal ini diinspirasikan dari ayat Al-Qur’an dengan
kalimat “qaulan layinan”. Allah berfirman :
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ
يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (طه: ۶۶)
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (taha:44)
Proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik dan lancar manakala ada interaksi yang kondusif
antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan
kesan mendalam kepada para siswa sehingga “teacher oriented” akan berubah
menjadi “student oriented”. Guru yang bijaksana akan selalu memberikan
peluang dan kesempatan kapada siswanya untuk berkembang.
b. Metode
Nasihat/Pengajaran Yang
Baik (Mauizhah Hasanah)
Mauidzah hasanah terdiri dari dua kata “al-Mauizhah
dan Hasanah”. al-Mauizhah (الموعظة) terambil
dari kata (وعظ) wa’azha yang berarti nasihat sedangkan hasanah (حسنة) yang
berarti baik. Maka jika digabungkan Mauizhah
hasanah bermakna nasihat yang baik.
Dalam hal
ini, Allah SWT berfirman:
يَااَيُّهَاالنَّاسُ قَدْجَاءَ تْكُمْ مَوْ عِظَةٌ مِنْ
رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِى الصُّدُوْرِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ «۵۷ : ۱۰»
“Hai segenap manusia, telah datang
kepada kalian mauizhah dari pendidikanmu, penyembuh bagi penyakit yang
bersemayam di dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(QS. 10:57)
c. Metode Diskusi (jidal)
Kata jadilhum (جادلهم) berasal
dari kata jidal (جدال) yang bermakna diskusi. Metode diskusi yang dimaksud dalam al-Qur’an ini adalah diskusi yang
dilaksanakan dengan tata cara yang baik dan sopan. Yang
mana tujuan dari metode ini ialah untuk lebih memantapkan pengertian dan sikap
pengetahuan mereka terhadap suatu masalah.
Definisi
diskusi itu sendiri yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan
masalah. Dalam kajian metode mengajar disebut metode “hiwar” (dialog).
Diskusi memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor
pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa lain.
Satu sisi mendewasakan pemikiran, menghormati pendapat orang lain, sadar bahwa
ada pendapat di luar pendapatnya dan di sisi lain siswa merasa dihargai sebagai
individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya.
Dengan
demikian para pendidik dapat mengetahui
keberhasilan kreativitas peserta didiknya, atau untuk mengetahui siapa diantara
para peserta didiknya yang berhasil atau gagal. Dalam Allah SWT berfirman:
اِنَّ رَبَّكَ هُوَاَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ
سَبِيْلِهِ وَهُوَاَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ «۱۲۵ : ۱٦»
“Sungguh pendidikmu lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (QS. 16:125)
C.
Pengertian
Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen
utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan
menyenangkan. Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi
podsminat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar
di kelas. Dengan penerapan kurikulum KTSP dan tuntutan untuk mengembangkan
model pembelajaran kreatif maka Guru harus pula mampu mengikuti tuntutan
perkembangan dunia pendidikan terkini. Guru harus berani berinovasi dan
beradaptasi dengan metode pembelajaran seperti Talking Stick, Example non
Example, Think Pair Share dan tidak hanya terpaku pada metode ceramah saja.
Untuk memper elas mengapa model pembelajaran perlu dikembangkan secara
berkesinambungan, kits harus kembali pada pengertian model pembelajaran secara
umum. Berikut ini adalah pengertian model pembelajaran menurut pendapat para tokoh
pendidikan antara lain:
1.
Ages Suprijono :
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
maupun tutorial.
2.
Mills :
"model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan
model itu"
3.
Richard I Arends
: model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Dalam konteks ke-Indonesiaan, pendidikan
Islam merupakan bagian dari system pendidikan nasional. Dimana pembelajaran
Agama Islam, dalam konteks kebijakan pendidikan nasional identik dengan
pendidikan agama Islam yang diselenggarakan pada pendidikan formal di semua
jenjang pendidikan, mulai pendidikan anak usia dini, dasar, menengah dan
pendidikan tinggi.
Pendidikan Islam merupakan segala usaha
untuk memelihara fitrah manusia, serta sumber daya insane yang ads padanya
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamio sesuai dengan norms
Islam. Dengan demikian demikian, tujuan pendidikan Islam berfokus pada tiga
dimensi, yaitu: Pertama, terbentuknya insane kamil (manusia universal,
conscience) yang mempunyai wajah- wajah Qur'ani. Kedua, terciptanya insane
kaffah, yang mempunyai dimensi- dimensi religious, budaya, dan ilmiah. Ketiga,
penyadaran fungsi manusia sebagai hamba, khalifah Allah, serta sebagai
waratsatul anbiya' dan memberikan bekal yang memadai dalam rangka pelaksanaan
fungsi tersebut. Tujuan pendidikan Islam tersebut akan tercapai bila materi
pendidikan tersebut diseleksi dan diajarkan dengan baik tepat.
Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan
Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan
pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan
tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa
dan akhlak mulia. Dengan demikian materi pendidikan agama bukan hanya
mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk
kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan
kehidupannya senantiasa, dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka
berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja.
Guru merupakan
ujung tombak dalam pembelajaran, oleh karena itu guru dituntut untuk bisa
mnciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga dapat tercapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Metode merupakan salah satu komponen
pendidikan yang cukup penting untukdiperhatikan. Penyampaian materi dalam arti
penanaman nilai pendidikan sering gagal karena cara yang digunakannya kurang
tepat. Penguasaan guru terhapat materi pembelajaran saja belum cukup untuk
dijadikan titik tolak keberhasilan suatu proses belajar mengajar.
Maka, saat ini
yang mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan oleh para guru
Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran yang
dapat memperluas, pemahaman peserta didik mengenai ajaran-ajaran agamanya,
mendorong mereka, untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan
kepribadiannya.
Berbagai pandangan psikologi mengenai
belajar (teori belajar) telah melahirkan berbagai model pengajaran, pada perkembangan
selanjutnya model-model pengajaran itu telah mendorong para ahli untuk membuat
model program pengajaran (yang sering juga, disebut sekarang model
pembelajaran) yang secara langsung dapat dipraktekankan.
Model
pembelajaran menurut jo ce dan well model pembelajaran adalah suatu pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana_pembelajar merancang
bahan-bahan pembelajaran dikelas atau Para
ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran,
teori psikologis, sosiologis atau teori-teori lain dijadikan pola, pendidik
dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Model pembelajaran tersebut sangatlah
banyak, mulai dari model pembelajaran konvensional sampai kepada model pembelajaran
modern. Dalam bagian keempat ini penulis akan menjelaskan tentang model
pembelajaran yang mungkin dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran mata pelajaran
pendidikan agama, islam. Model-model pembelajaran tersebut adalah sebagai yang
terlihat pada, uraian selanjutnya.
C.
Macam-macam Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Model Pembelajaran Unit
a. Pengertian
Model Pembelajaran Unit adalah suatu cara
guru menyajikan bahan pelajaran dimana guru bersama peserta didik menentukan
bahan peljaran (dalam bentuk unit) guna dipeljarioleh peserta didik untuk
mencapai tujuan pengajaran. Metode ini diciptakan oleh HC. Manson, dalam metode
ini keaktifan guru dalam menyajikan bahan pelajaran dan keaktifan peserta didik
dalam belajar dapat diseimbangkan.
Dengan unit ini guru bersama peserta
didik sama-sama merencanakan suatu unit, sarna-saw mencari alai-alai yang
diperlukan untuuk mernrcahkan masalah-maslah, memberikan penilaian terhadap
hasil yang dicapai dan sama-sama aktif [4]
b. Prinsip-prinsip Umum Pengajaran Unit
Pengajaran unit didasari oleh beberapa
prinsip umum antara lain, adalah
1) Prinsip
kurikulum terpadu, dengan melaksanakan pengajaran unit kits tidak mengenal lagi
batas-batas pelajaran yang stu dengan yang lain sebab semua mata pelajaran
telah dipadukan dalam pengajaran unit.
2) Prinsip
psikologi perkembangan, penagjaran unit dilaksanakan berdasarkan minat peserta
didik, sebab peserta didik ikut merencanakan, dan didasarkan pada minat yang
ada pada peserta didik.
3) Prinsip
Team Teaching, pengajaran unit(proyek) dilaksanakan oleh peserta didik secara
bersama-sama dalam bentuk ker a kelompok yang beranggotakan beberapa orang yang
akan menimbulkan sifat sifat
yang sangat diperlukan dalam kehidupan dalam masyarakat.
c.
Prinsip- prinsip Khusus Pengajaran Unit :
1)
Dalam
pelaksanaanya harus dapat mencampurkan sekalian bahan pengajaran.
2)
Disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik
3)
Penyelenggaraan
harus dalam waktu yang cukup
4)
Didasarkan atas
dorongan yang wajar dari peserta didik
5)
Harus dipecahkan
oleh peserta didik sendiri
6)
Hams berpusat pada
kehidupan yang nyata
7)
Direncanakan
sendiri oleh guru dan peserta didik
d.
Ciri-ciri Pengajaran Unit
1)
Ditinjau dari aspek sumber;
a)
Mempunyai konsep
sebagai integrasi peserta didik didalarn lingkungannya.
b)
Bersumber pada minat,
kebutuhan, masalah-masalah dan tantangan-tantangan dari peserta didik
c)
Berdasarkan pada
aktivitas bersama, antara guru dan peserta didik
2)
Ditinjau dari aspek tujuan;
a) Mencakup
semua aspek, kognitif, nilai dan sikap maupun aspek ketrampilan
b) Tujuan
langsung berkenaan dengan personalisasi peserta didik
c) Tujuan
direncanakan antara guru dan peserta didik
3)
Ditinjau dari aspek organisasi;
a) Difokuskan
pada "here and now" untuk membantu pengertian masa kini dan
mempersiapkan masa yang akan datang
b) Mempergunakan
pengalaman dari berbagai bidang yang berhubungan dengan keseluruhan situasi
c) Direncanakan
secara fleksibel dapat diubah oleh guru dan peserta didik
4)
Ditinjau dari aspek implementasi;
a) Menitik
bemtkan pada partisipasi peserta didik
b) Mempergunakan
berbagai prinsip belajar yang memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik
c) Mempergunakan
sumber yang lebih luas dan bermacam-macam metode mengajar
d) Evaluasinya
luas, menilai keseluruhan pertumbuhandan perkembangan peserta didik yang
sehubungan dengan unit itu: longitudinal, self and group evaluation, serta
penilaian pendidik.[5]
f.
Langkah-Langkah
Pengajaran Unit.
Dalam pelaksanaan pengajaran unit,
secara garis besarnya ada tiga langkah yang harus ditempuh.
1) Langkah
perencanaan
2) Langkah
pelaksanaan
3) Langkah
kulminasi dan penilaian
g.
Denis-Denis
Unit
1) Bedasarkan
organisasi kurikulum, unit berdasarkan mata pelajaran, unit bidang keilmuan,
unit pengalaman.
2) Berdasarkan
segi waktu pelaksanaan, unit okasional, unit rutin, unit khusus.[6]
h. Keuntungan dan Kesulitan Unit
1) Keuntungan Unit
a) Semua
hal yang dipelajari berada dalam suatu hubungan keseluruhan
b) Pelajaran
menjadi lebih berarti karena sesuai dengan minat, bakat dan tingkat pertunbuhan
peserta didik
c) Mempunyai
kesempatan untuk mempraktekkan nilai-nilai paham demokrasi, karena situasi
kelas lebih demikratis
d) Hubungan
sekolah dan masyarakat bertambah erat
2)
Kelemahan unit
a) Memilih
masalah yang akan dijadikan unit bukan suatu yang mudah
b) Unit
mempunyai organisasi yang kurang teratur
c) Pengetahuan
peserta didik pada waktu keluar sekolah akan berbeda-beda(sesuai dengan minat
yang dimilikinya)
d) Unit
memerlukan biaya dan alat yang cukup mahal.[7]
2.
Model Pembelajaran Berprogram
a. Pengertian
Merupakan suatu bentuk pembelajaran dengan mempergunakan
alat-alat yang beker a serba otomatis atau kunci-kunci jawaban tertulis yang
sedemikian rupa, sehingga peserta didik dapat mempelajari sendiri bahan-bahan
yang telah tersusunsecara sistematis dan peserta didik bertanggung jawab
sendiri. Di Indonesia sendiri pengajaran berprograma masih dalam taraf try out
dan penelitian.
b. Prinsi-prinsip Belajar Berprogram
1)
Dalarn
pengajaran berprograma dikehendaki proses interaksi antara guru dan peserta
didik secara tidak langsung yang menggunakan alat berupa buku teks sebagai alat
untuk mengaktifkan pelajaran dalam proses belajar mengajar.
2)
Pengajaran
berprograma menganut system belajar sendiri, dengan jalan atau cara berdialog
dari unit kalimat ke unit kalaimat berikutnya yang disusun sedemikian rupa
sehingga unit-unit itu dapat berbicara langsung dengan pembaca.
3)
rangkaian
kegiatan dalam programs dilakukan secara aktif progresif, peserta didik belajar
dengan maju setapak demi setapakdan menguji hasil kebenaran hasil responnya, sehingga
akhirnya is sampai pada suatu kesimpulan.
4)
bahan pengajaran
berprograma, disusun menurut prinsip dan pola tertentu yang telah di progamkan
c. Jenis
Program
1)
Pola, Linear
Pola liner ini dikembangkan oleh
skinner. Dalam menyusun suatu program ia menganjurkan untuk memulai penyusunan
dengan :
a)
Menentukan dan
membatasi lapangan (scope) yang akan dibahas,
b)
Mencari semua
istilah teknis, fakta, ketentuan, prinsip Berta hal yang relevan dengan hal
tersebut.
c)
Mengatur dalam
urutan perkembangan yang logis
2) Programa, branching (bercabang)
Dalam program ini kadang-kadang murid
terns sampai kepada suatu bingkai dimana ia berbuat salah. Kesalahan itu
mengalihkan dia kemudian mengadakan perbaikan. Biasanya programs terdiri dari
suatu pilihan. Dikatakan bercabang karena disamping garis lures adalagi garis
cabang.[8]
d. Langkah-Langkah
Pelaksanaan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan program.
1) Persiapan, terdiri dari
a) Pemilihan
Topic
b) Out
Line
c) Tujuan
Instruksional
d) Pretest
2) Penulisan Programs
Setelah Persiapan sudah matang, maka
barulah ditulis program yan akan dilaksanakan. Terlebih dahulu murid harus
mempelajari tugas yang akan dilaksanakan.
e. Keuntungan
Metode Pengajaran Berprograma
1) Bahan
pelajaran sangat banyak disediakan sehingga sifat individu anak-anak dapat
diperhatikan
2) Anak-anak
yang pandai mendapat kesempatan yang banyak untuk mencapai kemajuan
3) Menambah
self activity bagi anak-anak
4) Melatih
anak untuk berbuat sendirian dan bertanggung jawab sendirian
f.
Kelemahan-Kelemahan Metode Pengajaran Berprograma
1) Proses
belajar yang seperti ini sulit untuk membentuk kepribadian yang bulat.
2) Pengajaran
dengan metode ini bersifat individualistic dan intelektualistis
3) Sukar
untuk menyusun programa, apalagi programs dari setiap mata pelajaran
4) Membutuhkan
alat yang mahal untuk menciptakan alai-alai pangajar[9]
3.
Model Pembelajaran Modul
a.
Pengertian
Modul adalah
suatu unit program
belajar mengajar terkecil yang secara perperinci menggariskan:
1)
Tujuan-tujuan
intruksionil umum yang akan ditunjang pencapaiannya.
2)
Topic yang akan
dijadikan pangkal proses belajar mengajar.
3)
Tujuan
intruksional khusus yang akan dicapai oleh peserta, didik.
4)
Pokok-pokok
materi yang akan diajarkan dan dipelajari.
5)
Kedudukan dan
fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang lebih luas.
6)
Peran guru di
dalam prose belajar mengajar.
7)
Alat-alat dan sumberyang
akan dipakai
8)
Kegiatan-kegiatan
belajar yang harus dilakukan dan dihayati peserta didik secara berurutan.
9)
Lembaran-lembaran
ker a yang harus diisi anak.
10)Program
evaluasi yang akan dilaksanakan selama ber alannya proses belajar ini.
Sifat-sifat
khas dari pada modul, yaitu
a) Modul
merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap
b) Modul
itu memuat rangkaian kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan sistematik
c) Modul
memuat tujuan belajar (pengajaran) yang dirumuskan secara eksplisit dan
specific
d) Modul
memungkinkan peserta didik belajar sendiri secara bebas (independent), modul
memuat bahan yang bersifat self instructional
e) Modul
merupakan realisasi pengakuan perbedaan individu, merupakan salah satu perwujudan
pengajaran individual
b.
Langkah-langkah Penyusunan Modul
Adapun yang harus diperhatikan dalam
langkah-langkah penyusunan modul adalah sebagai berikut:
1) Perumusan
tujuan-tujuan.
2) Menyusun
post test.
3) Menganalisa.
Entry Behavior.
4) Pemilihan
Media.
5) Try
Out.
6) Evaluasi.[10]
c.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Modul
1. Kelebihan
Pembelajaran dengan Menggunakan Modul
Belajar
menggunakan modul sangat banyak manfhatnya, siswa dapat bertanggung jawab
terhadap kegiatan belajarnya sendiri, pembelajaran dengan modul sangat
menghargai perbedaan individu, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan
tingkat kemampuannya, maka pembelajaran semakin efektif dan efisien.
2.
Kekurangan
Pembelajaran dengan Menggunakan Modul
Belajar dengan menggunakan modul juga Bering
disebut dengan belajar mandiri. Namur Pembelajaran dengan menggunakan modul
mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
a)
Biaya
pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.
b)
Menentukan
disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki oleh siswa pada umumnya
dan siswa yang belum matang pada khususnya.
c)
Membutuhkan
ketekunan yang lebih tinggi dari facilitator untuk terns menerus mamantau
proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi secara individu setiap waktu
siswa membutuhkan
4.
Model Pembelajaran PPSI
a. Pengertian
Prosedur pengembangan system
instruksional, merupakan suatu system yang dijadikan pola untuk interaksi
belajar mengajar untuk suatu waktu tertentu. PPSI dengan sendirinya tak dapat
dipisahkan dari kurikulum yang berlaku, tujuan pendidikan dalam lembaga
tertentu dan situasi di mana proses belajar mengajar itu ber alan System
intruksional, yaitu suatu kesatuan yang terorganisir, yang terdiri dari
sejumlah komponen yang Baling berhubungan satu denganlainnya dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan. Komponen-komponen system instruksional yaitu
1)
Tujuan pengajaran
2)
Materi
pengajaran
3)
Alat pengajaran
4)
Metode
pengajaran
5)
Kegiatan belajar
mengajar
6)
Evaluasi pengaj
aran[11]
b. Tujuan
Pendidikan
Tujuan ialah
sesuatu yang ingin dicapai menggambarkan percobaan tingkah lake yang diinginkan
pada diri peserta didik setelah mereka menyelesaikan pengalaman belajar. Tujuan
pendidikan dibagi menjadi :
1) Tujuan
Pendidikan Nasional yaitu : rumusan tujuan yang menggambarkan secara umum
kualifikasi warga Negara yang harus dihasilkan oleh setiap lembaga pendidikan
yang ada di bumf Indonesia.
2) Tujuan
Institusional, yaitu tujuan yang harus dicapi anak didik dalam mengikuti
program pendidikan. Sesuai dengan tindakan lembaga pendidikan yang bersangkutan
3) Tujuan
Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai oleh anak didik setelah mengikuti
bidang studi di sekolah, untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melakukan
kegiatan-kegiatan dalam setiap bidang kurikuler
4) Tujuan
Pembelajaran Umum, yaitu suatu tujuan yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan
belajar dan mengajar
5) Tujuan
Pembelajaran khusus, yaitu tujuan yang rumusannya benarbenar khusus dan
operasional
c.
Proses Pelaksanaan Sistem Instruksional
System
instruksional dilaksanakan melalui tiga fase:
1) Mengenal
kondisi input.
2) Mengadakan Pengolahan (Proses)
Setelah
kita mengetahui bagaimana hasil pretest dari input, dan ternyata perlu diadakan
proses belajar dan mengajar sebagaimana yang sudah direncanakan. Lama proses
mengajar dan belajar ini tergantung kepada materi yang ada pada Unit lesson.
3) Mengenal
kondisi out put
Out
put adalah peserta didik sebagai subyek yang telah melalui proses mengajar dan
belajar. Untuk mengenal out-put perlu diadakan post test (evaluasi tentang
bahan yang telah diajarkan kepada peserta didik)'.' Bahan post testsama dengan
bahan yang digunakan sewaktu pre test. Dengan post test ini kita dapat
mengetahui kondisi peserta didik tentang pengetahuan dan keterampilannya
Setelah melalui proses mengajar dan belajar dengan mempedomani hasil test
tersebut sebagai berikut
ü Apabila
semua item pertanyaan dapat dijawab semua oleh peserta didik, maka keadaan
pengajaran berhasil.
ü Apabila
semua item pertanyaan tidak dapat dijawab oleh murid maka keadaan pengajaran
dinyatakan gagal.
ü Apabila
item pertanyaan pada post test yang dapat dijawab kurang dari item pertanyaan
yang dapat dijawab pada pretest berarti guru memberikan penjelasan yang
mengacaukan. [12]
d.
Langkah-Langkah Kegiatan Pokok Dalam PPSI
Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri
dari sub sistem atau komponen, setiap komponen ini selalu berkaitan antara satu
sama lain. Tugas guru dalam hal ini adalah menyusun urutan langkah–langkah
pengajaran sub sistem atau komponen pengajaran tersebut dengan baik.
Urutan langkah-langkah pokok dalam PPSI
adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan
Pembelajaran Khusus.
Dalam langkah
ini perlu dirumuskan sejumlah tingkah laku yang spesifik yang diharapkan agar
dimiliki oleh anak didik setelah is menyelesaikan program pengajaran mengenai
pokok bahasan yang diberikan.
Dalam rumusan tersebut perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Rumusan harus operasional
artinya jelas dan mengandung satu pengertian tidak dapat ditafsirkan lain
(bermacam-macam) sehingga dapat diukur (dinilai).
b.
Berdasarkan
hasil belajar dan tingkah laku yang diharapkan.
c.
Masing-masing
hasil belajar atau rumusan tersebut dalam bentuk yang tunggal.
2)
Menyusun slat evaluasi.
Alat evaluasi adalah–alatat
penilaian yang dipergunakan. menilai sejauh mans anak-anak dapat menguasai
kemampuankemampuan seperti yang terkandunq dal am rumusan tujuan instruksional
di atas. Untuk setiap tujuan perlu dirumuskan:
a. Jenis
test; seperti test lisan, test tulisan, (test essay dan test objektif), test
perbuatan-perbuatan, perfomance test dan sebagainya.
b. Merumuskan
pertanyaan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan tersebut.
Prosedur Pengembangan system Intruktional
atau disingkat PPSI, merupakan salah satu pola dasar mengajar yan telah
dipergunakan pemerintah sebagai pola dasar terpilih.
Sistem. Intruksional yaitu suatu
kesatuan yang terorganisir, yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang
diinginkan. Proses yang dilakaukan akan terhalang kalau salah satukomponennya
keluar dari sistem "pengajaran sebagai satu sistem terdiri dari beberapa
sub sistem atau komponen.
Tugas guru dalam hal ini adalah menyusun
urutan langkahlangkah pengajaran sub sistem atau pengajaran tersebut dengan
baik. Urutan langkah-langkah pokok dalam PSSI adalah sebagai berikut:
a.
Merumuskan
tujuan pembelajaran Khusus
b.
Menyusun alat
evaluasi
c.
Menetapakan
kegiatan belajar peserta didik
d.
Merencanakan
program pengajaran
e.
Melaksanakan
program [13]
5.
Model Pembelajaran CBSA
Menurut Nana
Sujana (1988), dikatakan bahwa CBSA adalah suatu proses belajar-mengajar yang
menggunakan berbagai metode yang subjek didiknya terlibat secara intelektual
dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi
aktif dalam kegiatan belajar.
Menurut Misbah
Partika (1987), dikatakan CBSA adalah proses belajar-mengajar yang menggunakan
berbagai metode yang menitik beratkan kepada keaktifan yang bersifat fisik,
mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang
berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif dan psikomotor secara optimal.
Menurut
A.Kosasih Djahiri (1980) dikatakan bahwa "CBSA" adalah suatu proses
interaksi aktif seluruh potensi manusiawi siswa. (emosi, feeling,
pikiran, nilai, moral) secara fungsional dalam menginternalisasi dan
mempersanalisasikan suatu tujuan pelajaran yang/ diinginkan.
Bertitik tolak
dari beberapa definisi tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) merupakan suatu pendekatan yang diterapkan
dalam proses belajar-mengajar dengan menekankan pada keterlibatan kemampuan
peserta didik, baik secarafisik, mental, intelektual maupun emosionalnya
sehingga diperoleh hasil belajar yang berupa keteerpaduan antar aspek kognitif,
afektif dan psikomotor dalam kesatuan pribadi peserta didik yang utuh seperti
yang diinginkan dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada
hakikatnya, kajian tentang CBSA ini dapat ditelusuri dari tiga segi, yaitu segi
konsep, segi subjek didik dan segi guru atau pengajar. Sebagai
konsep, CBSA adalah suatu proses kegiatan belajar-mengajar yang subjek didiknya
terlibat secara intelektual dan emosional serta fisiknya, sehingga is
betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
Dengan demikian peserta didik, merupakan inti dalam kegiatan belajamengajar.
Sekaligus peserta didik sebagai subyek dan obyek kegiatan belajar-mengajar.
Dilihat dari
subyek didik, CBSA merupakan suatu proses. Dari segi guru dan pengajar, CBSA
merupakan pendekatan mengajar yang diterapkan guru untuk memancing keaktifan
dan peran peserta didik secara optimal sebagai subyek pendidikan.
Dengan
demikian dapat dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan CBSA merupakan salah satu cara
pendekatan belajar-mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi aktif baik
fisik, intelektual dan emosional peserta didik seoptimal mungkin dapat mengubah
prilakunya secara lebih efektif dan efisien.
Prinsip Model
Pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ) terbagi atas 4 dimensi yaitu
a.
Dimensi
subjek didik
Keberanian mewujudkan minat, keinginan,
pendapat serta dorongandorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya
dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu
mengeluarkani pendapat.
Keberanian untuk mencari kesempatan
untuk berpartisipasi dalampersiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses
belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi
terwujud bila guru bersikap demokratis.
Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan
kegiatan belajar sehinggadapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang
dirancang oleh guru. Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar
sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh
guru.
Peranan bebas dalam menger akan sesuatu
tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.
b. Dimensi Guru
Adanya usaha dan guru untuk mendorong
siswa dalam meningkatka kegairahan serta, partisipasi siswa secara aktif dalam
proses belajar-mengajar.AKemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai
inovator dan motivator. Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses
belajar-mengajar.
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk
belajar sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing. Kemampuan
untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan
multimedia. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuftgan belajar yang merangsang
siswa untuk mencapai tujuan.
c. Dimensi Program
Prinsip ini
menuntut agar dalam mengembangkan program pembelajaran hendaknya dilakukan
penyesuaian antara tujuan dari isi pembelajaran dengan karakteristik siswa,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan, minat dan kemampuan siswa.
Pengembangan konsep dan aktifitas siswa.
Prinsip ini mengisyaratkan agar program mampu menyajikan alternative kegiatan
yang mengarah pada pengembangan konsep aktifitas belajar siswa.
Pemilihan dan penggunaan berbagai metode dan media
Prinsip ini
menuntut agar guru mampu memilih dan sekaligus mampu menggunakan berbagai
strategi dan metode belajar-mengajar, sehingga dapat menciptakan kondisi
belajar yang dapat membelajarkan siswa secara aktif dan penuh makna.
Penentuan metode dan media, Prinsip ini
mempersyaratkan agar dalam program pembelajaran diberikan alternative metode
dan media yang dapat dipilih secara luwes, maksudnya pengembangan program
hendaknya mampu memilih metode atau media sebagai alternatif memilih
kesetaraan.
d.
Dimensi
situasi belajar-mengajar
Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi
yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri
dalam proses belajar-mengajar. Adanya wasana gembira dan bergairah pada siswa
dalam proses belajar-mengajar.
1)
Kelebihan
dari Model Pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
a.
Guru tidak lagi
hanya menuangkan semua informasi yang dimilikinya kepada, peserta didik. Tetapi
disini guru memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk menemukan fakta dan
informasi kemudian mengolah dan mengembangkannya. Dengan kata lain guru guru tidak
melakukan cara pendekatan memberikan ikan kepada peserta didik, tetapi guru
melakukan cara pendekatan memberikan "kail" kepada, peserta didik.
Dengan cara begitu peserta didik akan cepat berkembang dan maju di dalam
belajarnya.
b.
Peserta didik lebih menghayati hal-hal yang dipelajari
melalui percobaan ataupun praktek langsung, melalui pengalaman terhadap
kenyataan langsung dilingkungannya, melalui perlakuan terhadap bends-bends
nyata, melalui kegiatan membaca dan menyimak atau melalui penugasan dan melakukan
kegiatan tertentu. melalui CBSA, pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap
nilai dapat dipadukan dalam kegiatan belajar-mengajar. Melalui
CBSA
perbedaan pengembangan berebagai aspek
dapat ditangani lebih baik dalam kegiatan belajar-mengajar. Melalui pendekatan
CBSA fisik, mental dan perasaan peserta didik terlibat dalam proses belajarmengajar
dan sangat membantu perkembangan kehidupan peserta didik seutuhnya.
2)
Kekurangan dari Model Pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif
Kekurangan dari kurikulum CBSA adalah
ternyata di dalam penerapannya sering ter adi guru membiarkan peserta didik
belajar sendiri atau menger akan tugas yang telah diberikannya sementara guru
bersantai- santai yang akhirnya peserta didik pun terlantar tanpa bimbingan
gurunya. Sehingga muncul plesetan "CBSA", catat buku sampai abis.
6.
Pengertian Model Pembelajaran Tuntas
Menurut Carrol (dalam Ramayulis
2005:193) pada dasarnya bakat merupakan indeks kemampuan seseorang, melainkan
sebagai ukuran kecepatan belajar (measures of learning rate). Artinya seorang
yang memiliki bakat tinggi memerlukan waktu relatif sedikit untuk mencapai
taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan peserta, didik yang memiliki bakat
rendah. Dengan demikian peserta didik dapat mencapai penguasaan penuh terhadap
bahan yang disajikan, bila kualitas pembelajaran dan kesempatan waktu belajar
dibuat tepat sesuai denagn kebutuhan masing-masing peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas maka model
belajar dilandasi oleh dua asumsi yaitu:
a.
Bahwa adanya
korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial (bakat). Hal
ini dilandasi teori tentang bakat yang dikemukakan oleh Carrol yang menyatakan
bahwa apabila para, peserta didik didistibusikan secara normal dengan
memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa, bidang
pengajaran,kemudian mereka diberi pengajaran yang sama dan hasil belajarnya
diukur, ternyata akan menunujukkan distribusi normal. Hal ini berarti bahwa
peserta didik yang berbakat cenderung untuk memperoleh nilai tinggi
(Ramayulis,194:1990).
b. Apabila
dilaksanakan secara sistematis, maka semua peserta didikakan mampu menguasai
bahan yang disajikan kepadanyaModel ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan
kompetensi(degree of learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu
yangbenar-benar digunakan (time actually spent) untuk belajar dibagidengan
waktu yang diperlukan (time needed) untuk menguasaikompetensi tertentu. Dalam
pembelajaran konvensional, bakat(aptitude) peserta didik tersebar secara
normal. Jika kepada merekadiberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah
pembelajaran danwaktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang
dicapaiakan tersebar secara normal pula. Dalam hal ini dapat dikatakanbahwa
hubungan antara, bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi.
Sebaliknya, apabila bakat peserta didik
tersebar secara normal, dan kepada mereka diberi kesempatan belajar yang sama
untuk setiap peserta didik, tetapi diberikan perlakuan yang berbeda dalam
kualitas pembelajarannya, maka besar kemungkinan bahwa peserta didik yang dapat
mencapai penguasaan akan bertambah banyak. Dalam hal ini hubungan antara bakat
dengan keberhasilan akan menjadi semakin kecil.
Dari konsep-konsep, di atas,
kiranya cukup jelas bahwa harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan
belajar tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik dalam
belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan,
Berta perhatian khusus bagi peserta didik yang lambat agar menguasai standar
kompetensi atau kompetensi dasar.
Dari konsep tersebut, dapat dikemukakan
prinsip-prinsip utama pembelalaran tuntas adalah:
a. Kompetensi
yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis.
b. Evaluasi
yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus
diberikan feedback.
c. Pemberian
pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan Pemberian program
pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal.
(Gentile & Lalley: 2003).
7.
Model pembelajaran Kontruktivisme
Model
pembelajaran kontruktivisme memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses
aktif dalam membuat sebuah pengalaman menjadi masuk akal, dan proses ini sangat
dipengaruhi oleh apa yan sudah diketahui orange sebelumnya. Karena
itu, dalam setiap kegiatan pembalajara guru harus memperoleh, atau sampai pads,
persamaan pemahaman dengan peserta didik.
a.
Beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran model kontruktivisme
1) Peserta,
didik harus selalu aktif selama pembelajaran. Proses aktif ini adalah proses
membuat segala sesuatu masuk akal.
2) Interpretasi
selalu, dipengaruhi oleh pengetahuan sebaelumnya.
3) Interpretasi
dibantu oleh metode intruksi yang memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukan
pikiran), melalui diskusi, Tanya jawab, dan lain-lain.
4) Tanya
jawab didorong oleh kegiatan inquiry (ingin tabu) para peserta didik. Jadi,
kalau peserta didik tidak bertanya tidak bicara, berarti peserta didik tidak
belajar secara optimal.
5) Kegiatan
belajar mengajar tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan,
tapi juag pengalihan ketrampilan dan kemampuan. [14]
Dari pengertian diatas dapat kits
ketahui model pembelajaran kontruktivisme memperlihatkan bahwa pembelajaran
merupakan proses aktif dalam membuat sebuah pengalaman menjadi akal, dan proses
ini sangat dipengaruhi oleh apa yang sudah diketahui orang sebelumnya.
Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan
menggunakan indranya. Melalui interaksinya dengan objek dan lingkungan,
misalnya dengan melihat, mendengar, menjamah, membau, atau merasakan,seseorang
dapat mengetahui sesuatu. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ditentukan,
melainkan proses pembentukan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan
objek dan lingkungan, pengetahuan dan pemahamannya akan objek dan lingkungan
akan meningkat dan lebih rinci.
Pendekatan konstruktivisme merupakan
proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam
pemikiran pelajar. Pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh pelajar itu
sendiri dan tidak diterima secara pasif dari orang disekitarnya. Hal ini
bermakna bahwa pembelajaran merupakan hasil dari usaha pelajar itu sendiri dan
bukan hanya ditransfer dari guru kepada pelajar. Hal tersebut berarti siswa
tidak lagi berpegang pada konsep pengajaran dan pembelajaran yang lama, dimana
guru hanya menuangkan atau mentransfer ilmu kepada siswa tanpa adanya usaha
terlebih dahulu dari siswa itu sendiri.
b.
Ciri-ciri Konstruktivisme
1)
Pengetahuan
dibangun oleh siswa. sendiri. Guru
hanya dapat mengarahkan murid untuk dapat memahami pembelajaran, akan tetapi muridlah
yang mencerna dan membuat pengetahuan itu menjadi masuk akal olehnya.
2). Pengetahuan tidak dapat
dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri
untuk menalar. Dalam hal ini
guru berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh murid
berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang dimilikinya, melainkan
membantu murid untuk membentuk pengetahuannya. sendiri.
3) Murid aktif
megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. Pengetahuan murid tidak dapat diperoleh
secara instan, murid harus dapat mengembangkan pikirannya sendiri secara terus
menerus melalui pengalaman dan mengaitkannya dengan pengetahuan sebelumnya.
Sehingga perubahan konsep ilmiah pun ter adi .
5)
Struktur pembalajaran seputar konsep
utama pentingnya, sebuah pertanyaan.
BAB III
TANGGAPAN
Abidin
Proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar manakala ada interaksi
yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana
memberikan kesan mendalam kepada para siswa sehingga “teacher oriented”
akan berubah menjadi “student oriented”. Guru yang bijaksana akan selalu
memberikan peluang dan kesempatan kapada siswanya untuk berkembang
Agus Holidin
Dalam
kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar guru paling tidak harus memiliki
dua modal dasar, yakni kemampuan mendisain program dan keterampilan
mengkomunikasikan program tersebut kepada anak didik. Seorang guru harus mampu
memilih dan memilah strategi apa yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Strategi tersebut haruslah disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
Strategi
pembelajaran berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai. Seorang guru yang
mengajarkan ilmu pengetahuan dengan tujuan agar siswa mendapat suatu
pengetahuan yang bersifat kognitif, dengan menggunakan strategi pembelajaran
yang efektif yaitu strategi yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif sejak
memulai pelajaran sampai selesai.
Jika
mencermati dunia pendidikan Barat, setiap waktu muncul silih berganti aneka
inovasi pembelajaran. Usaha yang ditempuh oleh para praktisi dunia pendidikan
Barat ini bertujuan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
memberdayakan siswa, sekaligus mencerahkan.
Anisa Barokah
Pertama,
pembelajaran Al-Qur’an Hadis boleh saja mengadopsi teori-teori pembelajaran
Barat seperti yang disebutkan di atas. Misalnya, dengan menerapkan teori
pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) temuan Elaine B. Johnson.
Asumsi dasar teori ini adalah bahwa seorang pembelajar akan mau dan mampu
menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna dari pelajaran
tersebut. Teori ini dapat diaplikasikan dengan cara mengaitkan isi dari sebuah
mata pelajaran, misalnya pelajaran Al-Qur’an Hadis, dengan pengalaman para
siswa. Dengan cara seperti ini, para siswa akan mampu menemukan makna dari
materi pelajaran yang dipelajarinya. Jika mereka mampu menemukan makna
(kegunaan) dari pelajaran tersebut, mereka akan lebih antusias dalam belajar,
karena mereka mempunyai alasan untuk belajar.
Kedua,
mencoba menggali metode pembelajaran yang menyenangkan dari sumber utama ajaran
Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadis.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kendali pembelajaran bukan berada di
tangan guru atau pendidik seutuhnya. Aktor pembelajaran adalah siswa. Guru
hanyalah sebagai fasilitator. Dengan banyak terlibat secara aktif, otomatis
siswa tidak akan merasa bosan. Justru para siswa akan merasa senang dan
bergairah.
Model Pembelajaran Unit adalah suatu
cara guru menyajikan bahan pelajaran dimana guru bersama peserta didik
menentukan bahan peljaran (dalam bentuk unit) guna dipeljarioleh peserta didik
untuk mencapai tujuan pengajaran.
Metode merupakan hal yang sangat
penting dalam proses belajar mengajar. Apabila dalam proses pendidikan tidak
menggunakan metode yang tepat maka harapan tercapainya tujuan pendidikan akan
sulit untuk diraih. Dalam al-Qur’an dan beberapa hadist juga menganjurkan untuk
menggunakan metode dalam proses pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya
J.J.
Hasibuan, dkk, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995)
Cet. 6,
Maksudi
Taredja, dkk, Metode Pengajaran Unit, (Jakarta: Proyek P3G, Depdikbud, 1980)
Ramayuhs,
Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta Pusat, KALAM MULIA), 2010
Ramyulis, Metodologi Pengajaran, (F.T.
LAIN Batu Sangkar)
Rualan
Ltief, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), (Fakultas Tarbiyahb IAN11mam Bonjol,
Padanh,1985
____________
Tafsir Al-Misbah; pesan. Kesan dan keserasian al-Qur’an. Jakarta:
Lentera Hati. 2002.
Sudjana, Nana. Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru.
2005.
Taniredja,
Tukiran. et al. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
2011.
Thobroni,
Ahmad Yusam. et al. Tafsir dan Hadis Tarbawi. Surabaya: IAIN SA Press. 2013.
[1] Departemen
Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya
[2]J.J. Hasibuan, dkk, Proses
Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) Cet. 6, Hal. 3
[3]Ramayulis, Metodologi Pengajaran
Agama Islam, (Jakarta: Kalam Melia, 2001) Cet. 3, Hal. 85-99
[4]Prof Dr. Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam,( Jakarta Pusat, KALAM MULIA), 2010,H1n 167
[5]Drs. Rualan Ltief, Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA), (Fakultas Tarbiyahb IAN11mam Bonjol, Padanh,1985, Hlm 57-60
[6]Maksudi Taredja, dkk, Metode
Pengajaran Unit, (Jakarta: Proyek P3G, Depdikbud, 1980), Hhn 28
[7]Prof Dr. Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam,( Jakarta Pusat, KALAM MULIA), 2010,Hhn 173
[8]lbid, Him 179
[9]Ramyulis, Metodologi Pengajaran,
(F.T. LAIN Batu Sangkar), Him 63
[10]Prof Dr. Ramayuhs, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta Pusat, KALAM MULIA), 20 1 0,Hhn 173
[11]lbid, Hlm 191
[12]Ibid, Hlm 195
[13] Ibid, Hlm 200
[14]Prof. Dr. Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam,( Jakarta Pusat, KALAM MULIA), 20 1 0,Hhn 212
0 komentar:
Posting Komentar