Beranda

Selasa, 02 April 2019

Madrasah dan Pertumbuhan Ilmu-Ilmu Islam


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan perihal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Maju tidaknya suatu bangsa sangat tergantung pada sejauh apa kualitas pendidikan bangsa tersebut. Artinya, jika pendidikan bisa menghasilkan manusia yang berkualitas lahir batin maka otomatis bangsa tersebut akan maju, damai dan sejahtera. Sebaliknya, jika pendidikan suatu bangsa mengalami stagnasi maka bangsa itu akan mengalami keterbelakangan bahkan kehancuran di segala bidang.
Begitu juga dengan pendidikan Islam. Membicarakan pendidikan Islam tidak akan pernah ada habisnya. Itu karena prosespendidikan akan terus berjalan mengikuti perkembangan zaman. Begitulah pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang. Dalam pengertian yang seluas-luasnya, pendidikan Islam berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri. Dalam sejarah masyarakat Arab, di mana Islam lahir dan pertama kali berkembang, kedatangan Islam lengkap dengan usaha-usaha pendidikan merupakan transformasi besar. Sebab pada dasarnya masyarakat Arab pra Islam tidak mempunyai sistem pendidikan formal. Pendidikan yang berlangsung dapat dikatakan lebih bersifat informal, dan ini pun lebih berkaitan dengan upaya dakwah islamiyah, penyebaran dan penanaman dasar kepercayaan dan ibadah lain.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Madrasah
Kata madrasah dalam bahasa arab berarti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran. Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut dengan sekolah yang berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran.[1]
Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang menjadi cermin bagi umat Islam. Fungsi dan tugasnya adalah merealisasikan cita-cita umat islam yang menginginkan anak mereka dididik menjadi manusia beriman dan berilmu pengetahuan. Untuk meraih kehidupan sejahtera duniawi dan kebahagiaan hidup di akhirat.[2]
Dari pengertian di atas maka jelaslah bahwa madrasah adalah wadah atau tempat yang digunakan untuk memberikan pembelajaran atau pendidikan kepada anak tentang ilmu-imu keislaman dan ilmu pengetahuan keahlian lainnya.
B.     Madrasah pada Masa Dinasti Umayyah di Spanyol[3]
Kurikulum madrasah di masa klasik, tidak banyak menawarkan mata pelajaran yang bermacam-macam. Dalam suatu jangka waktu, pengajaran hanya menyajikan satu mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa. Sesudah materi tersebut selesai, baru diperbolehkan mempelajari materi yang lain atau yang lebih tinggi tingkatannya.Misalnya, pada tahap awal siswa diharuskan belajar baca tulis, berikutnya ia belajar berhitung dan lain-lain.Hal ini disebabkan karena belum adanya koordinasi antar lembaga-lembaga dengan pemerintah seperti pada saat ini. Meskipun pada kasus tertentu penguasa turut mengendalikan pelaksanaan pengajaran di madrasah-madrasah sedangkan proses belajar mengajar sepenuhnya tergantung kepada guru yang memberikan pelajaran.
Di bagian Barat wilayah Islam, Dinasti Umayyahmengembangkan banyak jami'ah di kota Seville, Cordova, Granada dan di kota-kota lain. Di Spanyol perkembangan pendidikan tinggi di mulai pada abad kesepuluh. Bangsa Moordan berikutnya bangsa Arab,memasuki sepanyol pada tahun 712. Meskipun tahun 756, pangeran dari Dinasti Umayyah, Abdul Rahmantelah ditaklukkan oleh tentara dari Abbasiyah, Khalifah Al-Mansyur dan mengangkat Amir di Cordova. Inisiatif lain abad keemasanIslam di Spanyol bagian Selatan, di bawah Umayyah ini, terus berjalan abad kesebelas. Sementara itu pada abad kesepuluh adalah puncak perkembangan intelektual muslim di Spanyol dengan Cordova sebagai pusatnya. Universitas-universitas tersebut menjadi simbol yang cemerlang bagi kepentingan pendidikan muslim dan memberikan sumbangan khusus bagi kemajuan Eropa abad pertengahan.
Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual. Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia,kepada kemajuan yang lebih kompleks.
C.    Madrasah pada Masa Dinasti Abbasiyah
Keadaan yang sama juga meliputi pendidikan tinggi di wilayah dinasti Abbasiyah. Sejarah mencatat bahwa kemajuan Islam zaman klasik dalam keilmuan mencapai puncaknya pada zaman dinasti Abbasiyah khsususnya masa kekhalifahan Al-Ma'mun.Seluruh lembaga menawarkan pendidikan univesitas dalam cakupan yang lebih luas, seperti bahasa Arab, astronomi, kedokteran, hukum, logika, metafisika, aritmetika, pertanian dan lain-lain.Namun seiring dengan berdirinya madrasah, perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami penurunan ketika mu'tazilahyang semula menjadimadzhab resmi negara dibatalkan oleh Mutawakkil.Ketika madrasah mulai berdiri, ternyata perkembangan itu tidak menggunakan madrasah sebagai media tranmisi, bahkan filsafat dan ilmu pengetahuan itu dipelajari secara individual dan mungkin di bawah tanah, karena dikawatirkan mengganggu supremasi ilmu-ilmu agama. Sehingga pada saat itu terdapat beberapa mudarris yang menawarkan program studi khusus dan lain-lain. Kekhususan  itu dapat dilihat dari nama sekolahnya. Misalnya madrasah  Nahwiyah, sebagai lembaga yang mengkhususkan diri dalam studi Islam tentang gramatikal bahasa Arab. Atau ada juga madrasah Qur'aniyah yang mengkhususkan pendidikan Al-Qur'an dengan saja.[4]
Biasanya madrasah mempunyai perpustakaan yang tergabung dalam bangunan yang sama, walaupun perpustakaan telah lama terdapat di istana dan rumah-rumah bangsawan dan hartawan, perpustakaan sebagai bagian darimadrasah adalah hal yang jarang.Untuk menyediakan manuskrif bagi mahasiswa, madrasah mencontoh praktek halaqah-halaqah gerakan nasional yang telah terpenuhi oleh budaya Hellenistikdan berkembang pesat pada masa dinasti Abbasiyah. Tersedianya berbagaikarya bukan hanya sekedar buku-buku pelajaran, meningkatkan belajar mahasiswa dengan memperkenalkan mereka kepada bermacam-macam pandangan dan juga kepada sejumlah tulisan tidak hanya sekedar kebutuhan langsung perkuliahan.
Madrasah yang didirikan Nizham Al-Mulk merupakan salah satu penyebab perkembangan ilmu pengetahuan menjadi begitu cepat.Demikianlah Nizhamiyah memberikan perhatian yang besar terhadap ilmu aritmetika misalnya, sedangkan madrasah-madrasah yang lain mengajarkan ilmu nahwu, tafsir, hadits, fiqh, bahkan ada pula yang mengajarkan ilmu kedokteran. Walau pun memang secara umum madrasah-madrasah mengajarkan ilmu keislaman. Seperti terlihat dari topik-topik utama dalam kurikulum mereka mempelajari Al-Qur'an, fiqh, teologi dan lain-lain.[5]
Nizhamiyah mempunyai potensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dengan memperhatikan kepada pengajaran aritmetika, seperti juga terdapat di madrasah Muntansyiriyah. Hal ini menarik untuk dikajilebih lanjut, karena dahulu mereka tidak menyukai ilmu-ilmu seperti itu, tetapi pada gilirannya ternyata ilmu tersebut mereka butuhkan. Bahkan, ditemukansebuah masjid dan madrasah yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan Yunani, misalnya masjid Mustansyiriyah di Baghdad yang telah mengajarkan ilmu-ilmu murni, seperti obat-obatan, farmasi dan geometri.[6]
D.    Madrasah Akhir Periode Klasik Islam
Ba'daberakhirnya periode klasikIslam, ketika Islam mulai mengalami masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan ini bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan kemajuan di bidang ilmu dan tekonologi itulah yang mendukung keberhasilan politik Eropa. Kemajuan Eropa ini tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol itulah Eropa banyak menimba ilmu.
Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan peradaban Islam yang sangat penting menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu orang-orang Eropa Kristen banyak menimba ilmu di perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi "guru" bagi Eropa.[7]
Banyak prestasi yang diperoleh Spanyol Islam, bahkan dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks. Kemajuan-kemajuan tersebut dapat dilihat pada bidang-bidang sebagai berikut: kemajuan dalam bidang intelektual, filsafat, sains, musik dan kesenian, bahasadan sastra, bahkan juga dalam bidang arsitektur. Kemajuan Eropa terus yang berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi pada khasanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada periode klasik.
Kontribusi khasanah ilmu pengetahuan Islam pada kemajuan Eropa, antara lain di misalnya bidang pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). Ia melepaskan belenggu taqlid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas.Ia mengedepankan sunnatullahmenurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusydisme) yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.
Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Buku-buku Ibn Rusyd dicetakdi Venessia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke 17 M di Jenewa. Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim.
Bidang Matematika, para ilmuan Islam telah berhasil menemukan struktur angka yang diambil dari struktur angka India, dari usaha menerjemahkan buku-buku India. Struktur angka yang lebih praktis dibanding struktur angka yang diciptakan orang-orang Romawi. Dalam struktur ini setiap digit mempunyai arti satuan, puluhan, ratusan,ribuan dan seterusnya.Bandingkan dengan struktur angka Romawi yang untuk menuliskan 383 harus ditulis CCCLXXXIII.
Dalam perkembangan berikutnya,sarjana-sarjana muslim menemukan angka nol (shifir). Penemuan angka nol ini merupakan penemuan paling berharga dalam bidang ilmu hitung.Selain itu umat Islam juga menemukan ilmu Al-Jabar. Di antara pakar Al-Jabar adalah Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi yang menyusun sebuah buku Kitabul Jama wat Tafriqdan Hisab al-Jabar wal Muqabla. Buku ini akhirnya dijadikan buku wajib di sekolah-sekolah dan universitas di Eropa sampai akhir abad ke 16. Selain Al-Khawarizmi juga ada Al-Bani dan Al-Baruni (973-1048).
Di bidang kedokteran, karya Ibnu Sina Al-Qanun merupakan rujukan terpenting dan terlengkap di dunia kedokteran.Bahkan orang-orang Eropa menamakan kitab ini sebagai ensiklopedia kedokteran karena mencakup penyakit TBC, penyakit kaki gajah, penyakit cacing dan bahayanya. Al-Qanun dicetak di Eropa pada tahun 1593, dicetak ulang sebanyak lima belas kali dalam bahasa latin yang kemudian menjadi buku utama di fakultas-fakultas kedokteran di Eropa hingga akhir abad ke 16 Masehi[8]


BAB III
KESIMPULAN
Madrasah adalah wadah atau tempat yang digunakan untuk memberikan pembelajaran atau pendidikan kepada anak tentang ilmu-imu keislaman dan ilmu pengetahuan keahlian lainnya.
Keberadaan madrasah dalam pendidikan Islam turut mewarnai pengembangan ilmu pengetahuan Islam. Hal ini terbukti dari banyaknya ilmu pengetahuan yang berkembang baik yang dikembangkang pada masa Dinasti Umayyah maupun Dinasti Abbasiyah.
Ada juga madrasah yang mengkhususkan diri mempelajari satu disiplin ilmu tertentu, misalnya madrasah nahwu, madrasah tafsir atau madrasah hadits yang pada gilirannya membawa perkembangan pada ilmu-ilmu tersebut. Dengan demikian madrasah merupakan media atau wadah pengembangan ilmu pengetahuan Islam.


DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Pada Periode Klasik dan Pertengahan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: Rajawali Press, 1991
Ida Rohmawati, “OPtimalisasi Peran  Madrasah dalam Pengembangan Sistem Nilai Masyarakat”, (IAIN Sunan Ampel DPK STIT Raden Santri Gresik), Vol. 1, No.2/Juni 2012
Moh. Arif, “Manajemen Madrasah dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Islam”, (Tulungagung: Sekolah Tinngi Agama Islam Negeri (STAIN)), Vol. 8, No. 2/Desember 2013
Tuti Sulastri, “Fungsi Madrasah dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam”, Vol.3 No. 2/Juli-Desember 2016



[1]Moh. Arif, “Manajemen Madrasah dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Islam”, (Tulungagung: Sekolah Tinngi Agama Islam Negeri (STAIN)), Vol. 8, No. 2/Desember 2013, h. 418
[2]Ida Rohmawati, “OPtimalisasi Peran  Madrasah dalam Pengembangan Sistem Nilai Masyarakat”, (IAIN Sunan Ampel DPK STIT Raden Santri Gresik), Vol. 1, No.2/Juni 2012, h. 164
[3] Tuti Sulastri, “Fungsi Madrasah dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam”, Vol.3 No. 2/Juli-Desember 2016, h. 129
[4]Ibid, h. 131
[5]Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 176.
[6]Ibid, h. 177
[7] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h. 67
[8]Tuti Sulas, “Fungsi Madrasah”, h. 134

0 komentar:

Posting Komentar