BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan manusia untuk menggunakan
akalnya dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan
manusia belajar, dengan belajar manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam
dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan
akibat dari aktivitas belajar, oleh karena itu sangat wajar apabila belajar
merupakan konsep kunci dalam setiap kegiatan pendidikan. Mengajar adalah
menyajikan ide, problem, atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga
dapat dipahami oleh setiap siswa.
Belajar dan mengajar selalu berkaitan
karena seseorang yang belajar pasti ada yang mengajar sehingga terjadi
interaksi antara keduanya yang disebut proses belajar mengajar. Namun perlu
diingat bahwa yang terpenting daripada belajar dan mengajar ialah konsep
pembelajarnnya, sebab desain ini menentukan mau dibawa kemana pembelajaran yang
dilakukan antara guru dan murid ini akan di bawa. Banyakknya kegagalan dalam
proses pembelajaran yang selama ini terjadi mayoritas disebabkan karena kurang
matangnya konsep pembelajaran yang disajikan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pendidikan.
Oleh sebab itu di makalah ini akan di
bahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan konsep pembelajaran yang dapat
diajdikan pertimbangan dalam membuat konsep pembeajaran dalam pendidikan secara
umum maupun dalam domain keagamaan (Islam).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
Tatar belakang diatas maka kami membuat rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa
pengertian belajar?
2. Apa
tujuan belajar?
3. Apa
sajakah teori-teori belajar?
4. Apasajakah
faktor-faktor psikologis dalam belajar?
5. Apa
pengertian mengajar?
6. Antara
mengajar dan mendidik
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian belajar
2. Untuk
mengetahui tujuan belajar
3. Untuk
mengetahui teori-teori belajar
4. Untuk
mengetahui faktor psikologis yang berpengaruh dalam belajar
5. Untuk
mengetahui pengertian mengajar
6. Untuk
mengetahui persamaan dan perbedaan antara mengajar dan mendidik
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Belajar
Para ahli mendefinisikan belajar dengan
berbagai rumusan, sehingga terdapat keseragaman tentang makna belajar
diantaranya:
a.
Geoch, mengatakan:learning
is a change in performance as a result of practice. Iniberarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance,
dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan.
b.
Harold Spears
memberikan batasan: learning is shown by observe, to read, to imitate, to
try something themseleves, to listen, to follow direction, artinya
pembelajaran ditunjukkan dengan mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu
diri mereka, mendengarkan, mengikuti arch.
c.
Cronbach
memberikan defenisi : learning is show by a change in behavior as a result
of experience, ini berarti belajar adalah pertunjukan oleh perubahan
perilaku sebagai hasil dari pengalaman[1]
d.
Hintzman dalam bukunyaThe Psychology of Learning and
Memory berpendapat Learning is a change in organism due to experience
which can affect the organism's behavior. Artinya, belajar adalah suatu
perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan disebabkan oleh
pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. jadi,
dalam. pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut
barn dikatakan belajar apabila memengaruhi organisme.[2]
e.
Arthur I Gates,
menurutnya yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku melalui
pengalaman dan latihan atau leraning is the modification of behavior through
experience and training.[3]
f.
Moh. Surya mengatakan bahwa definisi belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari
kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari
diri seseorang.[4]
Dari berbagai definisi belajar yang
telah dikemukakan pars ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya
belajar adalah proses penguasaan sesuatu yang dipelajari, maka dapat
diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Selanjutnya ada, yang mendefinisikan:
"belajar adalah berubah". Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar
berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada
individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi jugs berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian
harga diri, minat,watak, penyesuaian diri. Dengan demikian, dapatlah dikatakan
bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, untuk menuju
keperkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta,
rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3) Yang mengajar manusia dengan perantaraan
kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5) (QS Al
‘Alaq :1-5)
Tafsir ayat tersebut adalah sebagai berikut:
Jadilah engkau orang yang bisa membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang
telah menciptakanmu. Sebelum itu beliau tidak pandai
membaca dan menulis. Kemudian datang perintah Ilahi agar beliau membaca,
sekalipun tidak bisa menulis. Dan Allah menurunkan sebuah kitab kepadanya untuk
dibaca, sekalipun ia tidak bisa menulisnya.
Maka dapat kita simpulkan bahwa sesungguhnya Zat Yang Menciptakan makhluk mampu membuatmu bisa
membaca, sekalipun sebelum itu engkau tidak pernah belajar membaca. (Al
Maraghi, 1987:346)[5]
Menurut Benyamin.S. Bloom, belajar hares
meliputi tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.[6]
Masing-masing domain ini dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan
kemampuan (level of competence) rincian ini dapat disebut sebagai
berikut:
a. Kognitif domain:
1)
Knowledge
(pengetahuan,
ingatan )
2)
Camprehension
(pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh )
3)
Analysis
(menguraikan, menentukan hubungan).
4)
Synthesis
(mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan barn )
5)
Evaluation
(manilai)
6)
Application
(menerapkan)
b. Affective Domain :( sikap
moral dan tingkah laku )
1) Recieving (sikap menerima)
2) Responding (memberikan respons )
3) Valuing (nilai )
4) Organization
(organisasi
5) Characterization (karakteristik)
c. Psychomotor Domain :( keterampilan)
1) Intiatory level.
2) Pre-rotine level.
3) Rountinized level
Rasulullah SAW memperingatkan kepada kita sebagai umat muslim untuk
meluruskan niat dalam menuntut ilmu atau belajar, sesuai dengan sabdanya dari
Ibnu Ka’ab bin Malik, dari ayahnya, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
حَدَّثَنِي ابْنُ كَعْبِ بْنِ مَالِك عَنْ
أَبِيْهِ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله صلّى الله عليه وسلّم يَقُوْلُ : ” مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ ,
أَوْلِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ , أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوْهَ النَّاسِ
إِلَيْهِ , أَدْخَلَهُ اللهُ النَّارَ
“Barangsiapa yang menuntut ilmu agar
dia dianggap sebagai ulama, atau untuk berdebat dengan orang bodoh, atau untuk
memalingkan wajah orang lain kepadanya. Maka Allah akan memasukkan nya kedalam
neraka.” [Hasan : Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi rahimahullah didalam sunan
nya, hadits no 2654. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah didalam
Sunan Suanan At-Tirmidzi jilid 3 hal 59-60 no hadits sama].
Hadist tersebut menerangkan tentang dua kesalahan dalam belajar atau
menuntut ilmu yang harus dihindari. Pun harus memperhatikan prinsip-prinsip
umum dalam belajar.
Untuk melengkapi pengertian mengenai
makna belajar, perlu kiranya dikernukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan
belajar, dalam hal ini ada beberapa prinsip yang penting untuk diketahui,
antara, lain:
a. Belajar
pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.
b. Belajar
memerlukan proses dan penahapan serta kematanagn dari pars siswa.
c. Belajar
akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi dari dalam/ dasar
kebutuhan /kesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belejar
dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan. menderita.
d. Dalam
banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat
keliru )danconditioning atau pembiasaan.
e. Kemampuan
belajar seorang siswa hares di perhitungkan dalam rangka menentukan isi
pelajaran.
f. Belajar
dapat melakukan tiga cara
1. Diajarkan
secara langsung
2. Kontrol,
kontak, penghayatan, pengalaman langsung ( seperti anak belajar bicara, sopan
santun, dan lain-lain )
3. Pengenalan
dan peniruan
g. Belajar
melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina
sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan
dengan belajar hafalan saja.
h. Perkembangan
pengalaman siswa akan banyak mempengaruhui kemampuan belajar yang bersangkutan.
i. Bahan
pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari,
daripada bahan yang kurang bermakna.
j. Informasi
tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan Berta keberhasilan siswa, banyak
membantu kelancaran dan gairah belajar.
k. Belajar
sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak
melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri. [7]
Selanjutnya dalam perspektif agama
Islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh
ilmu pengetahuan sehingga derajad kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan
dalam surah Mujadalah ayat 11.[8]

Hai orang-orang beriman
apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Menurut tafsir Quraish Shihab, surat ini ditafsirkan, wahai orang-orang
yang mempercayai Allah dan rasul-Nya, apabila kalian diminta untuk melapangkan
tempat duduk bagi orang lain agar ia dapat duduk bersama kalian maka
lakukanlah, Allah pasti akan melapangkan segala sesuatu untuk kalian! Juga
apabila kalian diminta untuk berdiri dari tempat duduk, maka berdirilah! Allah
akan meninggikan derajat orang-orang Mukmin yang ikhlas dan orang-orang yang
berilmu menjadi beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang
kalian perbuat.[9]
Belajar memiliki tiga arti penting
menurut Al-Qur'an. Pertama, bahwa orang yang belajar akan mendapatkan
ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di
kehidupan dunia dan akhirat. Kedua, manusia dapat mengetahui dan
memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang yang tidak
memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya karena setiap apa yang
diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya. Ketiga, dengan ilmu yang
dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di mats Allah.[10]
B.
Tujuan
Belajar
Dalam usaha mencapai tujuan belajar
perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kodusif
Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebgai suatau
usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Sistem belajar ini sendiri dipengaruhi oleh berbagai komponen diantaranya:
tujuan pembelajaran, materi yang di ajarkan, guru, siswa, jenis kegiatan yang
dilakukan, Berta sarana dan prasarana yang tersedia.
Sebenarnya tujuan belajar sangatlah
banyak dan bervariasi, namun jika di tinjau secara umum, maka tujuan belajar
itu ada tiga jenis yaitu:
1. Mendapatkan
pengetahuan
2.
Penanaman konsep
dan keterampilan
3.
Pembentukan
sikap
Sementara
itu tujuan belajar menurut Al-Qur'an ialah sebagaimana yang dikemukakan di
dalam Surat At-Taubah ayat 122 yaitu:
۞
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ
فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا
قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medanperang).
Mengapa tidak pergi dari tiap
tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.[11]
Pada ayat ini Allah ta'ala memerintahkan
agar senantiasa ada sekelompok manusia yang memperdalam ilmu pengetahuan meski
Belong ada perintah jihad. Hal ini menunjukkan, "kebutuhan suatu bangsa
terhadap jihad dan para mujahid sama seperti kebutuhan bangsa terhadap ilmu dan
para ulama."[12]
Ibnu 'Ajibah yang mengatakan bahwa dalam
ayat ini terdapat dua perjalanan yang menggambarkan tujuan pendidikan, yaitu
perjalanan mendidik diri melalui proses mempelajari hukum-hukum agama dan
proses melatih kekuatan kepribadian. Kedua perjalanan memberikan tujuan yang
berbeda yaitu:
Mereka yang kembali dari perjalanan
hukum-hukum menegakkan dengan lisannya mengajak manusia kembali kepada Allah,
dan mereka yang kembali dari perjalanan adab dan riyadhoh menegakkan pada manusia
dengan memberikan petunjuk dengan kesempurnaan akhlaq.[13]
Atas pendapat tersebut dapat kita
simpulkan bahwa ibnu 'Ajibah berpendapat bahwa bentuk pendidikan tidak hanya
proses pengajaran ataupun penerangan dalam forum talaqqi melainkan pula dalam
bentuk latihan dan praktek dalam lapangan-lapangan aural. Masing-masing dari
model pendidikan ini mempunyai tujuan yang berbeda namun saling melengkapi.
Satu sisi menekankan pada penguasaan konseptual dan pengajaran kembali dan sisi
lain menekankan pada aspek praktek, internalisasi dan keteladanan atau model.
C.
Teori
Tentang Belajar
Secara global ada tiga teori belajar
yakni, teori ilmu jiwa daya, ilmu jiwa gestal dan ilmu jiwa asosiasi.[14]
1. Teori
Ilmu Jiwa Daya
Ahli-ahli
ilmu jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya.
Daya-daya ini merupakan kekuatan yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan
semua daya tersebut dengan cars melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan
ketika dipergunakan untuksesuatu hal. Daya-daya tersebut misalnya, daya
mengenal, daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi, dan sebagainya. Akibat
dari teori ini, maka belajar hanyalah melatih semua daya itu.
Untuk melatih daya ingat seseorang harus
melakukannya dengan cars menghafal kata-kata atau angka, istilahistilah asing,
dan sebagainya. Pengaruh teori ini dalam belajar adalah ilmu pengetahuan yang
didapat hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka. Penguasaan bahan yang
bersifat hafalan biasanya jauh dari pengertian. Walaupun begitu, teori ini
dapat digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, kata-kata asing, dan
sebagainya.
2. Ilmu
Jiwa Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori belajar yang
dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari jerman. Teori ini berpandangan bahwa
keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian. Sebab keberadaan bagian-bagian
itu didahului oleh keseluruhan. Dalam belajar teori gestalt, yang terpenting
adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respon atau tanggapan yang tepat.
Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi
mengerti atau memperoleh insight (pengertian). Belajar dengan pengertian lebih
dipentingkan daripada hanya memasukan sejumlah kesan. Prinsip belajar menurut
ilmu Jiwa Gestalt, antara lain:
a. Manusia
bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan melalui intelek, emosi, sosial,
fisik dan sebagainya.
b. Belajar
adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
c. Manusia
berkembang secara keseluruhan, lengkap dengan semua aspekaspeknya.
d. Belajar
adalah perkembangan ke arah deferensiasi.
e. Belajar
akan berhasil jika telah ada kematangan untuk memperoleh insigt.
f.
Tidak mungkin
ada kegiatan belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, atau motivasi yang
menggerakkan seluruh organisms,
g. Belajar
itu merupakan proses aktif, bukan mengisi bejana.
3. Ilmu
Jiwa Asosiasi
Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi, ada tiga
macam pandangan, yaiu:
a. Teori
Konektionisme. Belajar adalah pembentukan hubungan stimulus respon. Di sini ada
hukum-hukumnya, yaitu law effect, law of multiple response, law of exercise
atau law of use and disuse, law of assimilation atau law of analogy.
b. Teori
conditioning. Belajar menggunakan syarat-syarat tertentu.
c. Teori
konstruktivisme. Belajar adalah kegiatan membentuk pengertian, realitas
sesuatu. Beberapa ciri belajar menurut teori ini adalah: (1) Belajar berarti
mencari makna; (2) Konstruksi makna adalah proses yang terns menerus; (3)
Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan pengembangan pemikiran
dengan membuat pengertian bare; (4) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman
subyek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya; (5) Hasil belajar
tergantung pada yang telah diketahui.
D.
Faktor-Faktor
Psikologis dalam Belajar
Faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
belajar. Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi
segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang
dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan
stabil.
Secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar terbagi menjadi dua yaitu faktor interen dan faktor
eksteren. Namun yang ditekankan disini ialah faktor interen yang bersifat
psikologis hal ini didasarkan pada sesuatu yang melekat dalam diri orang yang
sedang belajar. Menurut Thomas F. Staton ada enam faktor psikologis yang
berpengaruh dalam proses pembelajaran yaitu: Motivasi, Konsentrasi, Reaksi,
Organisasi, Pemahaman, dan Ulangan.
Sedangkan menurut pendapat ahli lain
yaitu: perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat, dan
motif Sementara itu menurut Arden N.Frandsen faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran yaitu: sifat ingin tabu, kreatif, keinginan mendapatkan simpati
dari orang lain, keinginan memperbaiki kegagalan, keinginan mendapatkan rasa
aman, adanya ganjaran dan hukuman.[15]
Dapat kita simpulkan secara garis besar faktor – faktor dalam psikologi
belajar antara lain kecerdasan, motivasi, minat,
sikap, dan bakat,berpikir dan ingatan.
E.
Pengertian
Mengajar
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu
usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jika belajar dikatakan milik
siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru, disamping itu ada beberapa difinisi
lain yakni:
1. Mengajar
adalah menyampaikan pengetahuan pada siswa. Menurut pengertian ini berarti
tujuan belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai
pengetahuan.
2. Dalam
pengertian yang lugs, mengajar diartiakn sebagai suatau aktivitas
mengorganisasikan atau mengatur lingkunagn sebaik-baiknya dan menghubungkan
dengan anak, sehingga ter adi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai
upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar
bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan
anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. [16]
3. Mengajar
ialah mewariskan kebudayaan kepada generasi muds melalui lembaga pendidikan
sekolah
4. Mengajar
adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai
dengan kebuituhan masyarakat.[17]
F.
Antara
Mengajar dan Mendidik
Mengajar dan mendidik ialah dua kata
yang sering diartikan sama oleh sebagaian orang, hal ini disebabkan karena kata
mengajar dan mendidik memiliki kesamaan dalam arti yang sempit, namun
sebenarnya antara mengajar dan mendidik ini memiliki perbedaan sebagaimana
dikemukakan oleh para ahli dalam menjabarkan dua kata tersebut.
Menurut Tyson dan Caroll setelah
mempelajari secara seksama sejumlah teori pengajaran, menyimpulkan bahwa, mengajar
adalah "a way warking with student a proses of interaction the teacher
does aomething to student, the student do something in return, pengertian
ini menggambarkan bahwa mengajar adalahsebuah cara, sebuah proses hubungan
timbal balik antara siswa dengan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
Sedangkan Nasution berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktifitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaikbaiknya dan menghubungkanya
dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
Sedangkan mendidik adalah kata imbuhan
yang berawal dari kata dasar "didik" dari kata itu pula terbentuk
kata lain yakni pendidik dan terdidik. Kata mendidik merupakan kata kerja dari
suatu perbuatan didik yakni membuat orang terdidik, mentransfer pengetahuan kepada
orang lain dengan cara sistamatis. Jadi mendidik adalah suatu perbuatan
pentransferan pengetahuan kepada seseorang dari tidak tahu menjadi tahu secara
sistematis, sehingga bermanfaat dalam kehidupannya dimasa kini dan yang akan
datang Berta tidak ketergantungan berlebihan kepada orang lain.[18]
Namun dalam pendapat lain dikatakan
bahwa mengajar diartikan sebagai usaha guru untuk menayampaikan dan menanamkan
pengetyahuan kepada siswa/anak didik. Jadi mengajar lebih cenderung pada transfer
of knowledge. Sedangkan mendidik memiliki arti suatu usaha untuk
mengantarkan anak didik ke arch kedewasaannya baik secara jasmanai maupun
rohani.oleh karena itu mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap
mental dan akhlak anak didik.[19]
Melihat pengertian di atas memberikan
gambaran bahwa sesungguhnya mendidik jauh lebih dalam nilainya dibandingkan
mengajar sebab mengajar hanya sebatas menyampaikan pengetahuan (kognitif)
Sedangkan mendidik objek kajiannya jauh lebih luas yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.
BAB III
TANGGAPAN
TANGGAPAN
A.
Nur
Kholis
1.
Secara garis
besar para ahli mendefinisikan belajar sebagai sebuah perubahan dari sebuah
pengalaman. Jika melihat demikian seolah-olah dalam pemahaman penulis para ahli
memberikan statmen belajar adalah sebuah hasil dari sebauah kegiatan tertentu
yang menyebabkan orang, yang belajar dapat berubah. Melihat demikian penulis
tidak sependapat dengan para ahli karena menurut penulis belajar adalah sebuah
proses untuk berubah, bukan hasil ataupun tujuan dari sebuah kegiatan tertentu.
2.
Mengenai tujuan
belajar sebagaimana yang diungkapkan para ahli, yang secara umum terdapat tiga
poin penting yaitu: Pertama, mendapatkan pengetahuan, ini penting sekali
karena dimanapun manusia hidup di situlah ia hares membawa pengetahuan sebab
tanpa pengetahuan maka ia tidak akan pernah tenang dan bahagia. Kedua, penanaman
konsep dan ketrampilan hal ini jugs merupakan tujuan belajar yang baik sebab
tatkala seseorang memiliki ketrampilan tertentu maka ketrampilan itulah yang
akan membawanya dalam kebaikan selama ketrampilan itu di arahkan kedalam
kebaikan. Ketiga, pembentukan sikap, dalam kacamata penulis hal ini
merupakan mahkota tujuan belajar sebab sikap yang baik merupakan permata
termahal dalam perjalanan hidup ini yang akan melahirkan orang-orang berbudi
pekerti luhur, jujur dan dapat dipercaya, namun akan sebaliknya tatkala
seseorang yang memiliki ilmu tinggi namun pembentukan sikap ataupun akhlaknya
buruk maka akan melahirkan orang-orang korup dan busuk perangainya.
3.
Secara umum para
ahli mengatakan bahwa teori belajar tercakup dalam tiga teori yaitu teori ilmu
jiwa days, teori ilmu jiwa gestalt, dan teori ilmu jiwa asosiasi. Jika dilihat
secara bijak ketiga teori ini benar adanya, meskipun Baling terpatahkan oleh
teori-teori lainnya, namun perlu digaris bawahi bahwa teori yang telah
dikemukakan ini memberikan gambaran bahwa belajar itu dapat dilakukan dengan
semua panca indera yang telah kita miliki, tanpa memandang
kekurangan-kekurangan yang meliputinya. Belajarpun dapat jugs dengan
memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitar kita sebagai penghayatan akan
nilai-nilai kebaikan hidup.
4.
Meskipun banyak
faktor psikologis yang berpengaruh dalam proses belajar namun menurut penulis
faktor yang paling berpengaruh ialah motivasi baik itu motivasi intrinsik
maupun ekstrinsik, sebab dengan adanya motivasi yang tinggi seseorang yang
sedang belajar akan merasa bahawa ia sangat membutuhkan ilmu yang sedang ia
pelajari guns memenuhi keinginan yang menyebabkan timbulnya motivasi
pendukungnya, oleh karena itu orang tersebut akan belajar dengan tekun dan
rajin terlepas motivasi pendorongnya tersebut berniali positif maupun negative
5.
Mengajar memang
secara sederhana merupakan sebuah aktivitas pentransferan ilmu kepada peserta
didik, artinya mengajar hanya akan memenuhi ranah kognitif peserta didik saja,
oleh sebab itu istilah mengajar sebenarnya tidaklah sesuai jika digunakan untuk
seorang guru, sebab jika demikian seorang guru hanya akan mengasah ranah
kognitif peserta didik dan membiarkan ranah afektif dan psikomotoriknya coati.
6.
Mengajar dan
mendidik seringkali sianggap sama, namun perbedaan diantara keduanya sebenarnya
cukup jelas dimana mengajar berada dalam ranah kognitif sedangkan mendidik
berada di ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Melihat demikian tentu
istilah mendidik sebenarnya lebih cocok digunakan untuk seorang guru karena
ialah yang bertanggung jawab atas ketiga ranah tersebut untuk menghasilkan
hasil pembelajaran yang memuaskan dengan terciptanya generasi penerus bangsa
yang berilmu tinggi dan berakhlakul karimah.
B.
Taufik
Afrizal
1.
Sejak manusia
lahir disitulah ia diperintahkan untuk belajar, pada hakikatnya belajar
merupakan suatu proses demi mendapatkan pengetahuan yang dapat bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari baik sebagai manusia sosial maupun sebagai hamba Allah.
Maka tidak heran jika para tokoh mendefinisikan belajar sebagai perubahan
tingkahlaku hal ini dimaksudkan agar orang yang belajar tersebut tidak berada
dalam posisi sama sebagaimana ia belum belajar.
2.
Tujuan belajar
dari sebuah proses pembelajaran harus mengarah dalam tiga domain penting yakni
kognitif dengan tujuan agar orang yang belajar menjdai cerdas, afektif dengan
tujuan orang yang belajar memiliki rasa terhadap sesuatu dengan nilai kebaikan
kemudian psikomotorik dengan tujuan orang yang belajar tersebut mau melakukan
hal-hal baik dari apa yang telah ia pelajari.
3.
Teori belajar
sebagaiman yang telah di utarakan oleh para ahli merupakan opsi dalam melakukan
kegiatan belajar, dengan tetap mempertimbangkan hal-hal yang membuatnya menjadi
lebih mudah untuk diterapkan pada peserta didik yang akan belajar.
4.
Adanya faktor
psikologis yang berpengaruh dalam pendidikan tentunya harus menjadi acuan yang
kuat untuk seorang pendidik dalam mengkonsep pembelajaran yang akan ia lakukan,
agar apa yang seharusnya menjadi pendorong siswa dalam belajar tidak
terhentikan karena konsep guru yang salah karena tidak memperhatikan faktor
psikologis ini.
5.
Mengajar
merupakan istilah lain dari pentransferan ilmu, hal ini disebabkan mengajar
hanya mencakup domain kognitif belaka. Jadi istilah mengajar ini sangat tidak
tepat jika digunakan oleh seorang guru dalam praktek pembelajarannya.
6.
Mengajar dan
mendidik berangkat dari hal yang sama namun kuantitas ranahnya berbeda,
mendidik memang terdengar lebih lembut daripada mengajar bukan hanya dari
sekedar bahasa namun juga, maknanya yang disebabkan mendidik menyebar kedalam,
tiga ranch yang menjadi tujuan dari proses pembelajaran.
C.
Abidin
1.
Sebagai umat islam sudah seharusnya kita sangat
mengedepankan pendidikan diatas sektor lainnya mengingat pendidikan merupakan
dasar dari peradaban manusia.
2.
Allah SWT dalam surat yang pertama kali
diwahyukan kepada nabi Muhammad dalam alquran yakni surat Al Alaq ayat 1-5,
menegaskan akan pentingnya membaca dan belajar.
3.
Didalam Al Qur’an banyak disebutkan tentang
perintah menuntut ilmu, pun dalam hadist shalih Rasulullah banyak yang membahas
tentang orang berilmu dan pentingnya belajar mengajar.
4.
Dari perkembangan pola pendidikan islam dari
zaman rasulullah hingga sekarang sudah banyak mengalami perubahan baik sarana
dalam pendidikan, teknis dan metode dalam pelaksanaan pendidikan, maupun konsep
pendidikan, namun pada titik akhir pencapaiannya diharapkan tetap mengacu pada
tujuan yang sama yakni menjadi membangun pribadi muslim yang berwawasan luas
akan dunia tetapi tetap berbekal akidah dan ketauhidan yang benar.
5.
Dari banyaknya faktor psikologi belajar yang
mempengaruhi proses dan hasil dari proses pembelajaran pada hakikatnya yang
terjadi saat ini sudah dalam taraf baik apabila dibandingkan dengan kondisi dua
puluh atau tiga puluh tahun lalu, baik fasilitas, sarana prasarana, motivasi
belajar, dan faktor lain yang memperngaruhi.
6.
Dalam islam ilmu yang kita dapatkan haruslah
dibagikan kepada yang lain, tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri. Maka
dengan jalan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada orang lain, kita juga ikut
membangun generasi islam yang benar-benar memiliki SDM tinggi dan jauh dari
kebodohan.
C. Kelompok
1.
Hakikat belajar
sebagaimana yang dikemukakan oleh para, ahli memberikan gambaran bahwa
sesungguhnya adanya perubahan tingkah laku setelah proses belajar mengajar
merupakan stresing yang paling inti, hal ini menunjukkan bahwa perubahan
tingkahlaku merupakan ukuran seseorang yang berilmu maupun bukan, artinya
tatkala seseorang yang belajar tidak menunjukkan perubahan tingkahlakunya maka
proses belajarnya dianggap gagal.
2.
Tujuan belajar
seacara umum terangkum dalam tiga point, yakni mendapatkan pengetahuan,
penanaman konsep dan ketrampilan Berta pembentukan sikap. Ketiga point ini
merupakan tujuan yang sempurna karena telah memenuhi ketiga ranah domain dalam
pendidikan yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan belajar yang tidak
mengarah pada ketiga ranah ini tentu akan memberikan dampak negatif kepada para
peserta didik, maka tak jarang jika kits melihat para kaum berdasi yang
korupsi, hal ini terjadi karena tujuan belajar yang di tempuhnya tidak memenuhi
ketiga ranah domain dalam pendidikan secara sempurna.
3.
Teori-teori
belajar yang telah dijelaskan para ahli, merupakan pilihan untuk dilaksanakan,
artinya semakin banyak teori yang digunakan dalam proses belajar mengajar tentu
akan memberikan efek yang baik pada peserta didik dalam, mendapatkan
pengetahuan.
4.
Adanya faktor
psikologis dalam belajar tentu harus menjadi kajian penting bagi seorang
pendidik dalam mengkonsep pembelajaran yang akan disampaikan kepada para peserta
didik, hal ini dapat dijadikan acuan sebagai pemantik tumbuhnya rasa ingin tabu
yang besar dari peserta didik, sebab faktor psikologis ini memiliki andil besar
dalam keberhasilan proses pembelajarn guns mencapai tujuan pendidikan yang
sempurna.
5.
Mengajar memang
hanya sekedar mentransferkan pengetahuan, namun bukan berarti mengajar dapat
dipandang sebelah mats, oleh sebab itu meskipun mengajar merupakan istilah yang
sangat lazim terucap bagi guru. Makna pinjaman dari mendidik tetap harus
diterapkan oleh seorang guru.
6.
Pada dasarnya
mengajar dan mendidik memiliki kesamaan yakni samasama mentranferkan
pengetahuan, hanya Baja jika mendidik memiliki pengertian yang lebih lugs,
hal ini disebabkan karena days jelajah mendidik menembus tiga ranch yakni
kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebenarnya yang diinginkan oleh setiap
insan cendikiawan, orang tua dan stack holder pendidikan untuk seorang
guru ialah mendidik, hal ini dimaksudkan bukan tanpa alasan, hal ini berangkat
dari pemikiran yang mendalam bahwa kehidupan yang seimbang dan sesuai dengan
keinginan Allah 'Azza Wajalla ialah adanya bukti bahwa orang-orang yang belajar
tersebut mengamalkan apa yang is ketahui kedalam kehidupan seharaihari.
BAB
IV
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada dasamya konsep pembelajaran dalam
pendidikan islam, memang sangat penting untuk diketahui oleh setiap muslim. Hal
ini bisa berangkat dari mengetahui hakikat belajar menurut teori umum yang
disinergikan dengan kajian Al-Qur'an, kemudian menentukan tujuan belajar yang
tentunya harus dijauhkan dari tujuan-tujuan yang tidak sejalan dengan ajaran
islam, mengetahui teori-teori tentang belajar dengan tujuan sang pendidik dapat
menyelami proses pembelajaran dengan menggunakan metode maupun media
pembelajaran yang dapat merangsang pengetahuan pesertadidiknya, faktor-faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar dengan harapan faktor-faktor yang dapat
bemilai sangat positif dapat di optimalkan guna mendukung tercapainya tujuan
belajar dan pembelajaran, serta dapat mengimplementasikan nilai mengajar dan
mendidik sesuai dengan objeknya. Jika hal-hal yang telah dikemukan tersebut
tertuang dalam konsep yang rapi maka sudah barang tentu secara rasional
keberhasilan dalam proses pembelajaran akan tercapai dengan sempurna.
Sebagai
umat muslim untuk belajar adalah kewajiban, dan untuk mengajarkan ilmu
pengetahuan yang kita miliki juga merupakan suatu keharusan. Ilmu yang kita
ajarkan kepada orang lain merupakan pahala jariyah yang akan terus mengalir
kepada siapapun yang mengajarkannya selama ilmu tersebut ditunaikan oleh
peserta didik. Selain itu, generasi muslim kedepan sangat bergantung bagaimana
kepeduliah generasi muslim yang sekarang tentang bagaimana kualitas pendidikan yang
kita sajikan untuk mereka.
DAFTAR RUJUKAN
Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin al Mandiy bin 'Ajibah al Hasany, 1419 H, BahrulMadiid
fi Tafsiir al Qur'an al Majid, Cairo : MaktabahHasanAbbas Zaky.
Al
Maraghi. (1987). TerjemahTafsir Al MaraghiJilid 11, 26, 29, dan 30. CV
TohaPutra : Semarang
Anwar
Al Baz, 2007, At Tafsiir At Tarbawi Lil Qur'an Al Kariim, Cairo :Daar An
Nashr Lil Jami'at, Jilid 1
MuhibbinSyah, PsikologiPendidikandenganPendekatanBaru,
(Bandung: PT. Remaja Rosdaka7a, 2010)
PurwaAtmajaPrawira, PsikologiPendidikandalamPerspektifBaru(Yogyakarta:
Arruzz Media, 2012)
QuraishShihab, Membumikan
al-Qur’an, FungsidanPeranwahyudalamkehidupanMasyarakat, Bandung: Mizan,
1994
Sardinm, A.M,
InteraksidanMotivasiBelajar-Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindopersada 2008),
M 20
Taman Firdaus, PembelajaranAktifAspekTeoridanImplementasi,
(Yogyakarta:Elmatera, 2012)
Umiarso&Zamrom. PendidikanPembesandalamPerspektif
Barat danTimur,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), 2011, Mm.
Widyadalamhttp://widya-widyacute.blogspot.de/2010/06/Perbedaan-mendidik-danmengajarlmd
diakses 3 Maret 2016
[1] Sardinm, A.M, Interaksi dan
Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo persada 2008), M 20
[2] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdaka7a, 2010),
hlm. 88
[3] Purwa Atmaja Prawira, Psikologi
Pendidikan dalam Perspektif Baru (Yogyakarta: Arruzz Media, 2012), hlm.
226
[5]Al
Maraghi. (1987). Terjemah Tafsir Al Maraghi Jilid 11, 26, 29, dan 30. CV Toha
Putra : Semarang
[6] Taman Firdaus, Pembelajaran
Aktif Aspek Teori dan Implementasi, (Yogyakarta:Elmatera, 2012), H. 21
[7] Sardinin, a.m, Interaksi dan
Motivasi Belajar-Mengajar
[8]Artinya :Hai orang-orang
beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu ", Maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan
[9]Quraish
Shihab, Membumikan al-Qur’an, Fungsi
dan Peran wahyu dalam kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1994, hlm, .6
[10] Umiarso & Zamrom. Pendidikan
Pembesan dalam Perspektif Barat dan Timur ,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media),
2011, Mm. 82
[12] Anwar Al Baz, 2007, At Tafsiir
At Tarbawi Lil Qur'an Al Kariim, Cairo : Daar An Nashr Lil Jami'at, Jilid 1
Hal 618
[13] Abul Abbas Ahmad bin Muhammad
bin al Mandiy bin 'Ajibah al Hasany, 1419 H, Bahrul Madiid fi Tafsiir al
Qur'an al Majid, Cairo : Maktabah Hasan Abbas Zaky, 2/442.
[14] Sardinian, am, Interaksi dan
Motivasi Belajar-Mengajar .....Hal 29-38 namun jika mengacu pada buku Oemar
Hamalik, proses Belajar Mengajar, Oakarta:bumi aksara, 2005) h. 3442
dikatakan bahwa teori belajar ini meliputi: teori psikologi klasik, teori
psikologi daya, teori mental state, teori psikologi behaviorisme, teori
conectionism, teori psikologi gestalt, dan teori psikologi field theory.
[18] Widya dalam
http://widya-widyacute.blogspot.de/2010/06/Perbedaan-mendidik-danmengajarlmd
diakses 3 Maret 2016
0 komentar:
Posting Komentar