Beranda

Selasa, 02 April 2019

KONSEP PEMBELAJARAN DALAM AGAMA ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Kemampuan manusia untuk menggunakan akalnya dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia belajar, dengan belajar manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas belajar, oleh karena itu sangat wajar apabila belajar merupakan konsep kunci dalam setiap kegiatan pendidikan. Mengajar adalah menyajikan ide, problem, atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa.

Belajar dan mengajar selalu berkaitan karena seseorang yang belajar pasti ada yang mengajar sehingga terjadi interaksi antara keduanya yang disebut proses belajar mengajar. Namun perlu diingat bahwa yang terpenting daripada belajar dan mengajar ialah konsep pembelajarnnya, sebab desain ini menentukan mau dibawa kemana pembelajaran yang dilakukan antara guru dan murid ini akan di bawa. Banyakknya kegagalan dalam proses pembelajaran yang selama ini terjadi mayoritas disebabkan karena kurang matangnya konsep pembelajaran yang disajikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam pendidikan.

Oleh sebab itu di makalah ini akan di bahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan konsep pembelajaran yang dapat diajdikan pertimbangan dalam membuat konsep pembeajaran dalam pendidikan secara umum maupun dalam domain keagamaan (Islam).



B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan Tatar belakang diatas maka kami membuat rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.    Apa pengertian belajar?
2.    Apa tujuan belajar?
3.    Apa sajakah teori-teori belajar?
4.    Apasajakah faktor-faktor psikologis dalam belajar?
5.    Apa pengertian mengajar?
6.    Antara mengajar dan mendidik

C.       Tujuan

1.    Untuk mengetahui pengertian belajar
2.    Untuk mengetahui tujuan belajar
3.    Untuk mengetahui teori-teori belajar
4.    Untuk mengetahui faktor psikologis yang berpengaruh dalam belajar
5.    Untuk mengetahui pengertian mengajar
6.    Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara mengajar dan mendidik


  

BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Belajar
Para ahli mendefinisikan belajar dengan berbagai rumusan, sehingga terdapat keseragaman tentang makna belajar diantaranya:
a.         Geoch, mengatakan:learning is a change in performance as a result of practice. Iniberarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan.
b.         Harold Spears memberikan batasan: learning is shown by observe, to read, to imitate, to try something themseleves, to listen, to follow direction, artinya pembelajaran ditunjukkan dengan mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu diri mereka, mendengarkan, mengikuti arch.
c.         Cronbach memberikan defenisi : learning is show by a change in behavior as a result of experience, ini berarti belajar adalah pertunjukan oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman[1]
d.        Hintzman dalam bukunyaThe Psychology of Learning and Memory berpendapat Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism's behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. jadi, dalam. pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut barn dikatakan belajar apabila memengaruhi organisme.[2]
e.         Arthur I Gates, menurutnya yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan atau leraning is the modification of behavior through experience and training.[3]
f.           Moh. Surya mengatakan bahwa definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.[4]

Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan pars ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar adalah proses penguasaan sesuatu yang dipelajari, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Selanjutnya ada, yang mendefinisikan: "belajar adalah berubah". Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi jugs berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian harga diri, minat,watak, penyesuaian diri. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, untuk menuju keperkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.



Dalam perspektif islam, belajar menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dengan ajaran islam itu sendiri. Di dalam Al Quran surat  Al ‘Alaq : 1 – 5 yang merupakan surat pertama kali diwahyukan terkhusus disebutkan bahwa membaca dan belajar. Berikut ayat dan terjemahan serta tafsirnya.






Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3) Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5) (QS Al ‘Alaq :1-5)

Tafsir ayat tersebut adalah sebagai berikut: Jadilah engkau orang yang bisa membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu. Sebelum itu beliau tidak pandai membaca dan menulis. Kemudian datang perintah Ilahi agar beliau membaca, sekalipun tidak bisa menulis. Dan Allah menurunkan sebuah kitab kepadanya untuk dibaca, sekalipun ia tidak bisa menulisnya.





Maka dapat kita simpulkan bahwa sesungguhnya Zat Yang Menciptakan makhluk mampu membuatmu bisa membaca, sekalipun sebelum itu engkau tidak pernah belajar membaca. (Al Maraghi, 1987:346)[5]

Menurut Benyamin.S. Bloom, belajar hares meliputi tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.[6] Masing-masing domain ini dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level of competence) rincian ini dapat disebut sebagai berikut:

a.      Kognitif domain:
1)        Knowledge (pengetahuan, ingatan )
2)        Camprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh )
3)        Analysis (menguraikan, menentukan hubungan).
4)        Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan barn )
5)        Evaluation (manilai)
6)        Application (menerapkan)

b.      Affective Domain :( sikap moral dan tingkah laku )
1)    Recieving (sikap menerima)
2)    Responding (memberikan respons )
3)    Valuing (nilai )
4)     Organization (organisasi
5)    Characterization (karakteristik)

c.       Psychomotor Domain :( keterampilan)
1)    Intiatory level.
2)    Pre-rotine level.
3)    Rountinized level

Rasulullah SAW memperingatkan kepada kita sebagai umat muslim untuk meluruskan niat dalam menuntut ilmu atau belajar, sesuai dengan sabdanya dari Ibnu Ka’ab bin Malik, dari ayahnya, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :

حَدَّثَنِي ابْنُ كَعْبِ بْنِ مَالِك عَنْ أَبِيْهِ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله صلّى الله عليه وسلّم يَقُوْلُ : مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ , أَوْلِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ , أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ , أَدْخَلَهُ اللهُ النَّارَ

“Barangsiapa yang menuntut ilmu agar dia dianggap sebagai ulama, atau untuk berdebat dengan orang bodoh, atau untuk memalingkan wajah orang lain kepadanya. Maka Allah akan memasukkan nya kedalam neraka.” [Hasan : Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi rahimahullah didalam sunan nya, hadits no 2654. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah didalam Sunan Suanan At-Tirmidzi jilid 3 hal 59-60 no hadits sama].

Hadist tersebut menerangkan tentang dua kesalahan dalam belajar atau menuntut ilmu yang harus dihindari. Pun harus memperhatikan prinsip-prinsip umum dalam belajar.

Untuk melengkapi pengertian mengenai makna belajar, perlu kiranya dikernukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar, dalam hal ini ada beberapa prinsip yang penting untuk diketahui, antara, lain:


a.    Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.
b.    Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematanagn dari pars siswa.
c.  Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi dari dalam/ dasar kebutuhan /kesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belejar dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan. menderita.
d.   Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru )danconditioning atau pembiasaan.
e.    Kemampuan belajar seorang siswa hares di perhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.
f.     Belajar dapat melakukan tiga cara
1.      Diajarkan secara langsung
2.      Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung ( seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain )
3.      Pengenalan dan peniruan
g.    Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.
h.    Perkembangan pengalaman siswa akan banyak mempengaruhui kemampuan belajar yang bersangkutan.
i.      Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.
j.      Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan Berta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.
k.    Belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri. [7]

Selanjutnya dalam perspektif agama Islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajad kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surah Mujadalah ayat 11.[8]





Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Menurut tafsir Quraish Shihab, surat ini ditafsirkan, wahai orang-orang yang mempercayai Allah dan rasul-Nya, apabila kalian diminta untuk melapangkan tempat duduk bagi orang lain agar ia dapat duduk bersama kalian maka lakukanlah, Allah pasti akan melapangkan segala sesuatu untuk kalian! Juga apabila kalian diminta untuk berdiri dari tempat duduk, maka berdirilah! Allah akan meninggikan derajat orang-orang Mukmin yang ikhlas dan orang-orang yang berilmu menjadi beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang kalian perbuat.[9]

Belajar memiliki tiga arti penting menurut Al-Qur'an. Pertama, bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia dan akhirat. Kedua, manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya. Ketiga, dengan ilmu yang dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di mats Allah.[10]

B.            Tujuan Belajar
Dalam usaha mencapai tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kodusif Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebgai suatau usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem belajar ini sendiri dipengaruhi oleh berbagai komponen diantaranya: tujuan pembelajaran, materi yang di ajarkan, guru, siswa, jenis kegiatan yang dilakukan, Berta sarana dan prasarana yang tersedia.

Sebenarnya tujuan belajar sangatlah banyak dan bervariasi, namun jika di tinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu:
1.   Mendapatkan pengetahuan
2.         Penanaman konsep dan keterampilan
3.         Pembentukan sikap

Sementara itu tujuan belajar menurut Al-Qur'an ialah sebagaimana yang dikemukakan di dalam Surat At-Taubah ayat 122 yaitu:

۞ وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medanperang). Mengapa tidak pergi dari tiap tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.[11]

Pada ayat ini Allah ta'ala memerintahkan agar senantiasa ada sekelompok manusia yang memperdalam ilmu pengetahuan meski Belong ada perintah jihad. Hal ini menunjukkan, "kebutuhan suatu bangsa terhadap jihad dan para mujahid sama seperti kebutuhan bangsa terhadap ilmu dan para ulama."[12]

Ibnu 'Ajibah yang mengatakan bahwa dalam ayat ini terdapat dua perjalanan yang menggambarkan tujuan pendidikan, yaitu perjalanan mendidik diri melalui proses mempelajari hukum-hukum agama dan proses melatih kekuatan kepribadian. Kedua perjalanan memberikan tujuan yang berbeda yaitu:

Mereka yang kembali dari perjalanan hukum-hukum menegakkan dengan lisannya mengajak manusia kembali kepada Allah, dan mereka yang kembali dari perjalanan adab dan riyadhoh menegakkan pada manusia dengan memberikan petunjuk dengan kesempurnaan akhlaq.[13]

Atas pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa ibnu 'Ajibah berpendapat bahwa bentuk pendidikan tidak hanya proses pengajaran ataupun penerangan dalam forum talaqqi melainkan pula dalam bentuk latihan dan praktek dalam lapangan-lapangan aural. Masing-masing dari model pendidikan ini mempunyai tujuan yang berbeda namun saling melengkapi. Satu sisi menekankan pada penguasaan konseptual dan pengajaran kembali dan sisi lain menekankan pada aspek praktek, internalisasi dan keteladanan atau model.

C.           Teori Tentang Belajar
Secara global ada tiga teori belajar yakni, teori ilmu jiwa daya, ilmu jiwa gestal dan ilmu jiwa asosiasi.[14]
1.      Teori Ilmu Jiwa Daya
Ahli-ahli ilmu jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya. Daya-daya ini merupakan kekuatan yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan semua daya tersebut dengan cars melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuksesuatu hal. Daya-daya tersebut misalnya, daya mengenal, daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi, dan sebagainya. Akibat dari teori ini, maka belajar hanyalah melatih semua daya itu.

Untuk melatih daya ingat seseorang harus melakukannya dengan cars menghafal kata-kata atau angka, istilah­istilah asing, dan sebagainya. Pengaruh teori ini dalam belajar adalah ilmu pengetahuan yang didapat hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka. Penguasaan bahan yang bersifat hafalan biasanya jauh dari pengertian. Walaupun begitu, teori ini dapat digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, kata-kata asing, dan sebagainya.

2.      Ilmu Jiwa Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari jerman. Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian. Sebab keberadaan bagian-bagian itu didahului oleh keseluruhan. Dalam belajar teori gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respon atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight (pengertian). Belajar dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukan sejumlah kesan. Prinsip belajar menurut ilmu Jiwa Gestalt, antara lain:
a.  Manusia bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan melalui intelek, emosi, sosial, fisik dan sebagainya.
b.  Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
c.  Manusia berkembang secara keseluruhan, lengkap dengan semua aspekaspeknya.
d.  Belajar adalah perkembangan ke arah deferensiasi.
e.  Belajar akan berhasil jika telah ada kematangan untuk memperoleh insigt.
f.   Tidak mungkin ada kegiatan belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, atau motivasi yang menggerakkan seluruh organisms,
g.  Belajar itu merupakan proses aktif, bukan mengisi bejana.

3.      Ilmu Jiwa Asosiasi
Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi, ada tiga macam pandangan, yaiu:
a.    Teori Konektionisme. Belajar adalah pembentukan hubungan stimulus respon. Di sini ada hukum-hukumnya, yaitu law effect, law of multiple response, law of exercise atau law of use and disuse, law of assimilation atau law of analogy.
b.    Teori conditioning. Belajar menggunakan syarat-syarat tertentu.
c.    Teori konstruktivisme. Belajar adalah kegiatan membentuk pengertian, realitas sesuatu. Beberapa ciri belajar menurut teori ini adalah: (1) Belajar berarti mencari makna; (2) Konstruksi makna adalah proses yang terns menerus; (3) Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian bare; (4) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya; (5) Hasil belajar tergantung pada yang telah diketahui.


D.           Faktor-Faktor Psikologis dalam Belajar

Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar terbagi menjadi dua yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Namun yang ditekankan disini ialah faktor interen yang bersifat psikologis hal ini didasarkan pada sesuatu yang melekat dalam diri orang yang sedang belajar. Menurut Thomas F. Staton ada enam faktor psikologis yang berpengaruh dalam proses pembelajaran yaitu: Motivasi, Konsentrasi, Reaksi, Organisasi, Pemahaman, dan Ulangan.

Sedangkan menurut pendapat ahli lain yaitu: perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat, dan motif Sementara itu menurut Arden N.Frandsen faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran yaitu: sifat ingin tabu, kreatif, keinginan mendapatkan simpati dari orang lain, keinginan memperbaiki kegagalan, keinginan mendapatkan rasa aman, adanya ganjaran dan hukuman.[15]

Dapat kita simpulkan secara garis besar faktor – faktor dalam psikologi belajar antara lain kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan bakat,berpikir dan ingatan.

E.            Pengertian Mengajar
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jika belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru, disamping itu ada beberapa difinisi lain yakni:
1.  Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada siswa. Menurut pengertian ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan.
2. Dalam pengertian yang lugs, mengajar diartiakn sebagai suatau aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkunagn sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga ter adi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. [16]
3.  Mengajar ialah mewariskan kebudayaan kepada generasi muds melalui lembaga pendidikan sekolah
4.  Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai dengan kebuituhan masyarakat.[17]

F.            Antara Mengajar dan Mendidik
Mengajar dan mendidik ialah dua kata yang sering diartikan sama oleh sebagaian orang, hal ini disebabkan karena kata mengajar dan mendidik memiliki kesamaan dalam arti yang sempit, namun sebenarnya antara mengajar dan mendidik ini memiliki perbedaan sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dalam menjabarkan dua kata tersebut.

Menurut Tyson dan Caroll setelah mempelajari secara seksama sejumlah teori pengajaran, menyimpulkan bahwa, mengajar adalah "a way warking with student a proses of interaction the teacher does aomething to student, the student do something in return, pengertian ini menggambarkan bahwa mengajar adalahsebuah cara, sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dengan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Sedangkan Nasution berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik­baiknya dan menghubungkanya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.

Sedangkan mendidik adalah kata imbuhan yang berawal dari kata dasar "didik" dari kata itu pula terbentuk kata lain yakni pendidik dan terdidik. Kata mendidik merupakan kata kerja dari suatu perbuatan didik yakni membuat orang terdidik, mentransfer pengetahuan kepada orang lain dengan cara sistamatis. Jadi mendidik adalah suatu perbuatan pentransferan pengetahuan kepada seseorang dari tidak tahu menjadi tahu secara sistematis, sehingga bermanfaat dalam kehidupannya dimasa kini dan yang akan datang Berta tidak ketergantungan berlebihan kepada orang lain.[18]

Namun dalam pendapat lain dikatakan bahwa mengajar diartikan sebagai usaha guru untuk menayampaikan dan menanamkan pengetyahuan kepada siswa/anak didik. Jadi mengajar lebih cenderung pada transfer of knowledge. Sedangkan mendidik memiliki arti suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arch kedewasaannya baik secara jasmanai maupun rohani.oleh karena itu mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik.[19]

Melihat pengertian di atas memberikan gambaran bahwa sesungguhnya mendidik jauh lebih dalam nilainya dibandingkan mengajar sebab mengajar hanya sebatas menyampaikan pengetahuan (kognitif) Sedangkan mendidik objek kajiannya jauh lebih luas yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.











BAB III
TANGGAPAN

A.           Nur Kholis

1.        Secara garis besar para ahli mendefinisikan belajar sebagai sebuah perubahan dari sebuah pengalaman. Jika melihat demikian seolah-olah dalam pemahaman penulis para ahli memberikan statmen belajar adalah sebuah hasil dari sebauah kegiatan tertentu yang menyebabkan orang, yang belajar dapat berubah. Melihat demikian penulis tidak sependapat dengan para ahli karena menurut penulis belajar adalah sebuah proses untuk berubah, bukan hasil ataupun tujuan dari sebuah kegiatan tertentu.
2.        Mengenai tujuan belajar sebagaimana yang diungkapkan para ahli, yang secara umum terdapat tiga poin penting yaitu: Pertama, mendapatkan pengetahuan, ini penting sekali karena dimanapun manusia hidup di situlah ia hares membawa pengetahuan sebab tanpa pengetahuan maka ia tidak akan pernah tenang dan bahagia. Kedua, penanaman konsep dan ketrampilan hal ini jugs merupakan tujuan belajar yang baik sebab tatkala seseorang memiliki ketrampilan tertentu maka ketrampilan itulah yang akan membawanya dalam kebaikan selama ketrampilan itu di arahkan kedalam kebaikan. Ketiga, pembentukan sikap, dalam kacamata penulis hal ini merupakan mahkota tujuan belajar sebab sikap yang baik merupakan permata termahal dalam perjalanan hidup ini yang akan melahirkan orang-orang berbudi pekerti luhur, jujur dan dapat dipercaya, namun akan sebaliknya tatkala seseorang yang memiliki ilmu tinggi namun pembentukan sikap ataupun akhlaknya buruk maka akan melahirkan orang-orang korup dan busuk perangainya.
3.        Secara umum para ahli mengatakan bahwa teori belajar tercakup dalam tiga teori yaitu teori ilmu jiwa days, teori ilmu jiwa gestalt, dan teori ilmu jiwa asosiasi. Jika dilihat secara bijak ketiga teori ini benar adanya, meskipun Baling terpatahkan oleh teori-teori lainnya, namun perlu digaris bawahi bahwa teori yang telah dikemukakan ini memberikan gambaran bahwa belajar itu dapat dilakukan dengan semua panca indera yang telah kita miliki, tanpa memandang kekurangan-kekurangan yang meliputinya. Belajarpun dapat jugs dengan memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitar kita sebagai penghayatan akan nilai-nilai kebaikan hidup.
4.        Meskipun banyak faktor psikologis yang berpengaruh dalam proses belajar namun menurut penulis faktor yang paling berpengaruh ialah motivasi baik itu motivasi intrinsik maupun ekstrinsik, sebab dengan adanya motivasi yang tinggi seseorang yang sedang belajar akan merasa bahawa ia sangat membutuhkan ilmu yang sedang ia pelajari guns memenuhi keinginan yang menyebabkan timbulnya motivasi pendukungnya, oleh karena itu orang tersebut akan belajar dengan tekun dan rajin terlepas motivasi pendorongnya tersebut berniali positif maupun negative
5.        Mengajar memang secara sederhana merupakan sebuah aktivitas pentransferan ilmu kepada peserta didik, artinya mengajar hanya akan memenuhi ranah kognitif peserta didik saja, oleh sebab itu istilah mengajar sebenarnya tidaklah sesuai jika digunakan untuk seorang guru, sebab jika demikian seorang guru hanya akan mengasah ranah kognitif peserta didik dan membiarkan ranah afektif dan psikomotoriknya coati.
6.        Mengajar dan mendidik seringkali sianggap sama, namun perbedaan diantara keduanya sebenarnya cukup jelas dimana mengajar berada dalam ranah kognitif sedangkan mendidik berada di ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Melihat demikian tentu istilah mendidik sebenarnya lebih cocok digunakan untuk seorang guru karena ialah yang bertanggung jawab atas ketiga ranah tersebut untuk menghasilkan hasil pembelajaran yang memuaskan dengan terciptanya generasi penerus bangsa yang berilmu tinggi dan berakhlakul karimah.

B.            Taufik Afrizal

1.             Sejak manusia lahir disitulah ia diperintahkan untuk belajar, pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses demi mendapatkan pengetahuan yang dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai manusia sosial maupun sebagai hamba Allah. Maka tidak heran jika para tokoh mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkahlaku hal ini dimaksudkan agar orang yang belajar tersebut tidak berada dalam posisi sama sebagaimana ia belum belajar.
2.             Tujuan belajar dari sebuah proses pembelajaran harus mengarah dalam tiga domain penting yakni kognitif dengan tujuan agar orang yang belajar menjdai cerdas, afektif dengan tujuan orang yang belajar memiliki rasa terhadap sesuatu dengan nilai kebaikan kemudian psikomotorik dengan tujuan orang yang belajar tersebut mau melakukan hal-hal baik dari apa yang telah ia pelajari.
3.             Teori belajar sebagaiman yang telah di utarakan oleh para ahli merupakan opsi dalam melakukan kegiatan belajar, dengan tetap mempertimbangkan hal-hal yang membuatnya menjadi lebih mudah untuk diterapkan pada peserta didik yang akan belajar.
4.             Adanya faktor psikologis yang berpengaruh dalam pendidikan tentunya harus menjadi acuan yang kuat untuk seorang pendidik dalam mengkonsep pembelajaran yang akan ia lakukan, agar apa yang seharusnya menjadi pendorong siswa dalam belajar tidak terhentikan karena konsep guru yang salah karena tidak memperhatikan faktor psikologis ini.
5.             Mengajar merupakan istilah lain dari pentransferan ilmu, hal ini disebabkan mengajar hanya mencakup domain kognitif belaka. Jadi istilah mengajar ini sangat tidak tepat jika digunakan oleh seorang guru dalam praktek pembelajarannya.
6.             Mengajar dan mendidik berangkat dari hal yang sama namun kuantitas ranahnya berbeda, mendidik memang terdengar lebih lembut daripada mengajar bukan hanya dari sekedar bahasa namun juga, maknanya yang disebabkan mendidik menyebar kedalam, tiga ranch yang menjadi tujuan dari proses pembelajaran.
C.           Abidin
1.      Sebagai umat islam sudah seharusnya kita sangat mengedepankan pendidikan diatas sektor lainnya mengingat pendidikan merupakan dasar dari peradaban manusia.
2.      Allah SWT dalam surat yang pertama kali diwahyukan kepada nabi Muhammad dalam alquran yakni surat Al Alaq ayat 1-5, menegaskan akan pentingnya membaca dan belajar.
3.      Didalam Al Qur’an banyak disebutkan tentang perintah menuntut ilmu, pun dalam hadist shalih Rasulullah banyak yang membahas tentang orang berilmu dan pentingnya belajar mengajar.
4.      Dari perkembangan pola pendidikan islam dari zaman rasulullah hingga sekarang sudah banyak mengalami perubahan baik sarana dalam pendidikan, teknis dan metode dalam pelaksanaan pendidikan, maupun konsep pendidikan, namun pada titik akhir pencapaiannya diharapkan tetap mengacu pada tujuan yang sama yakni menjadi membangun pribadi muslim yang berwawasan luas akan dunia tetapi tetap berbekal akidah dan ketauhidan yang benar.
5.      Dari banyaknya faktor psikologi belajar yang mempengaruhi proses dan hasil dari proses pembelajaran pada hakikatnya yang terjadi saat ini sudah dalam taraf baik apabila dibandingkan dengan kondisi dua puluh atau tiga puluh tahun lalu, baik fasilitas, sarana prasarana, motivasi belajar, dan faktor lain yang memperngaruhi.
6.      Dalam islam ilmu yang kita dapatkan haruslah dibagikan kepada yang lain, tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri. Maka dengan jalan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada orang lain, kita juga ikut membangun generasi islam yang benar-benar memiliki SDM tinggi dan jauh dari kebodohan.

C. Kelompok

1.    Hakikat belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh para, ahli memberikan gambaran bahwa sesungguhnya adanya perubahan tingkah laku setelah proses belajar mengajar merupakan stresing yang paling inti, hal ini menunjukkan bahwa perubahan tingkahlaku merupakan ukuran seseorang yang berilmu maupun bukan, artinya tatkala seseorang yang belajar tidak menunjukkan perubahan tingkahlakunya maka proses belajarnya dianggap gagal.
2.    Tujuan belajar seacara umum terangkum dalam tiga point, yakni mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan Berta pembentukan sikap. Ketiga point ini merupakan tujuan yang sempurna karena telah memenuhi ketiga ranah domain dalam pendidikan yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan belajar yang tidak mengarah pada ketiga ranah ini tentu akan memberikan dampak negatif kepada para peserta didik, maka tak jarang jika kits melihat para kaum berdasi yang korupsi, hal ini terjadi karena tujuan belajar yang di tempuhnya tidak memenuhi ketiga ranah domain dalam pendidikan secara sempurna.
3.    Teori-teori belajar yang telah dijelaskan para ahli, merupakan pilihan untuk dilaksanakan, artinya semakin banyak teori yang digunakan dalam proses belajar mengajar tentu akan memberikan efek yang baik pada peserta didik dalam, mendapatkan pengetahuan.
4.    Adanya faktor psikologis dalam belajar tentu harus menjadi kajian penting bagi seorang pendidik dalam mengkonsep pembelajaran yang akan disampaikan kepada para peserta didik, hal ini dapat dijadikan acuan sebagai pemantik tumbuhnya rasa ingin tabu yang besar dari peserta didik, sebab faktor psikologis ini memiliki andil besar dalam keberhasilan proses pembelajarn guns mencapai tujuan pendidikan yang sempurna.
5.    Mengajar memang hanya sekedar mentransferkan pengetahuan, namun bukan berarti mengajar dapat dipandang sebelah mats, oleh sebab itu meskipun mengajar merupakan istilah yang sangat lazim terucap bagi guru. Makna pinjaman dari mendidik tetap harus diterapkan oleh seorang guru.
6.    Pada dasarnya mengajar dan mendidik memiliki kesamaan yakni sama­sama mentranferkan pengetahuan, hanya Baja jika mendidik memiliki pengertian yang lebih lugs, hal ini disebabkan karena days jelajah mendidik menembus tiga ranch yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebenarnya yang diinginkan oleh setiap insan cendikiawan, orang tua dan stack holder pendidikan untuk seorang guru ialah mendidik, hal ini dimaksudkan bukan tanpa alasan, hal ini berangkat dari pemikiran yang mendalam bahwa kehidupan yang seimbang dan sesuai dengan keinginan Allah 'Azza Wajalla ialah adanya bukti bahwa orang-orang yang belajar tersebut mengamalkan apa yang is ketahui kedalam kehidupan seharai­hari.














BAB IV
PENUTUP
A.           Kesimpulan

Pada dasamya konsep pembelajaran dalam pendidikan islam, memang sangat penting untuk diketahui oleh setiap muslim. Hal ini bisa berangkat dari mengetahui hakikat belajar menurut teori umum yang disinergikan dengan kajian Al-Qur'an, kemudian menentukan tujuan belajar yang tentunya harus dijauhkan dari tujuan-tujuan yang tidak sejalan dengan ajaran islam, mengetahui teori-teori tentang belajar dengan tujuan sang pendidik dapat menyelami proses pembelajaran dengan menggunakan metode maupun media pembelajaran yang dapat merangsang pengetahuan pesertadidiknya, faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar dengan harapan faktor-faktor yang dapat bemilai sangat positif dapat di optimalkan guna mendukung tercapainya tujuan belajar dan pembelajaran, serta dapat mengimplementasikan nilai mengajar dan mendidik sesuai dengan objeknya. Jika hal-hal yang telah dikemukan tersebut tertuang dalam konsep yang rapi maka sudah barang tentu secara rasional keberhasilan dalam proses pembelajaran akan tercapai dengan sempurna.
Sebagai umat muslim untuk belajar adalah kewajiban, dan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan yang kita miliki juga merupakan suatu keharusan. Ilmu yang kita ajarkan kepada orang lain merupakan pahala jariyah yang akan terus mengalir kepada siapapun yang mengajarkannya selama ilmu tersebut ditunaikan oleh peserta didik. Selain itu, generasi muslim kedepan sangat bergantung bagaimana kepeduliah generasi muslim yang sekarang tentang bagaimana kualitas pendidikan yang kita sajikan untuk mereka.




DAFTAR RUJUKAN


Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin al Mandiy bin 'Ajibah al Hasany, 1419 H, BahrulMadiid fi Tafsiir al Qur'an al Majid, Cairo : MaktabahHasanAbbas Zaky.

Al Maraghi. (1987). TerjemahTafsir Al MaraghiJilid 11, 26, 29, dan 30. CV TohaPutra : Semarang

Anwar Al Baz, 2007, At Tafsiir At Tarbawi Lil Qur'an Al Kariim, Cairo :Daar An Nashr Lil Jami'at, Jilid 1


MuhibbinSyah, PsikologiPendidikandenganPendekatanBaru, (Bandung: PT. Remaja Rosdaka7a, 2010)

PurwaAtmajaPrawira, PsikologiPendidikandalamPerspektifBaru(Yogyakarta: Ar­ruzz Media, 2012)

QuraishShihab, Membumikan al-Qur’an, FungsidanPeranwahyudalamkehidupanMasyarakat, Bandung: Mizan, 1994

Sardinm, A.M, InteraksidanMotivasiBelajar-Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindopersada 2008), M 20

Taman Firdaus, PembelajaranAktifAspekTeoridanImplementasi, (Yogyakarta:Elmatera, 2012)

Umiarso&Zamrom. PendidikanPembesandalamPerspektif Barat danTimur,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), 2011, Mm.




[1] Sardinm, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo persada 2008), M 20
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdaka7a, 2010), hlm. 88
[3] Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru (Yogyakarta: Ar­ruzz Media, 2012), hlm. 226

[4] http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/
[5]Al Maraghi. (1987). Terjemah Tafsir Al Maraghi Jilid 11, 26, 29, dan 30. CV Toha Putra : Semarang

[6] Taman Firdaus, Pembelajaran Aktif Aspek Teori dan Implementasi, (Yogyakarta:Elmatera, 2012), H. 21
[7] Sardinin, a.m, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar
[8]Artinya :Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu ", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang­orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
[9]Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Fungsi dan Peran wahyu dalam kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1994, hlm, .6

[10] Umiarso & Zamrom. Pendidikan Pembesan dalam Perspektif Barat dan Timur ,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), 2011, Mm. 82
[11] Qs. At-Taubah Ayat 122
[12] Anwar Al Baz, 2007, At Tafsiir At Tarbawi Lil Qur'an Al Kariim, Cairo : Daar An Nashr Lil Jami'at, Jilid 1 Hal 618
[13] Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin al Mandiy bin 'Ajibah al Hasany, 1419 H, Bahrul Madiid fi Tafsiir al Qur'an al Majid, Cairo : Maktabah Hasan Abbas Zaky, 2/442.
[14] Sardinian, am, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar .....Hal 29-38 namun jika mengacu pada buku Oemar Hamalik, proses Belajar Mengajar, Oakarta:bumi aksara, 2005) h. 34­42 dikatakan bahwa teori belajar ini meliputi: teori psikologi klasik, teori psikologi daya, teori mental state, teori psikologi behaviorisme, teori conectionism, teori psikologi gestalt, dan teori psikologi field theory.
[15] Sardinian, am, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, ... Hal 39-47
[16] Sardinian, a.m, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, ... hlm 4748
[17] Oemar Hama Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Akasara, 2005), H. 47-50
[18] Widya dalam http://widya-widyacute.blogspot.de/2010/06/Perbedaan-mendidik-dan­mengajarlmd diakses 3 Maret 2016
[19] Sardinian, am, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, .. h. 52-54

0 komentar:

Posting Komentar