BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani
ajaran agama Islam yang
dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain, dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama, hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Mata pelajaran PAI
yang digunakanpun itu secara keseluruhannya ada dalam lingkup Al – Qur'an dan
al – hadist, keimanan, akhlak, fiqih/ ibadah dan sejarah sekaligus
menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia. dengan Allah SWT,
diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkunpnnya.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sumber utama pendidikan Islam
adalah kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Serta pendapat para
sahabat dan ulama atau ilmuan muslim sebagai tambahan. Pendidikan Islam sebagai
sebauah disiplim ilmu harus membuka mata bahwa keadaan pendidikan yang terjadi
saat ini jauh dari apa yang kita harapkan. Kita mengaharapkan bahwa pendidikan
Islam memberikan kontribusi terhadap pendidikan yang terdapat di Indonesia,
namun hal tersebut belum terealisaikan dengan maksimal. Salah satu faktor yang
menjadi penyebab hal tersebut adalah tidak terpakannya sebuah prinsip sebagai dasar dalam pendidikan, khususnya pendidikan agama
islam.
Seringkali sebuah prinsip hanya dijadikan sebagai sebuah formalitas saja.
Prinsip tidak dijadikan sebagai dasar atau pondasi bagai pencapaian sebuah
tujuan. Padahal dalam pencapaian tujuan yang digarapkan dalam pendidikan Islam,
keberadaan prinsip-prinsip sangatlah penting.
Dalam prespektif pendidikan Islam, tujuan hidup seorang muslim pada
hakekatnya adalah mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian kepada Allah SWT sebagai
realisasi dari keimanan yang diwujudkan dalam amal, tidak lain untuk mencapai
derajat sebagai manusia yang bertaqwa disisiNya. Beriman dan beramal soleh
merupakan dua aspek kepribadian yang dicita-citakan dalam pendidikan Islam.
Sedangkan tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan yang memiliki
dimensi religious dan berkemampuan ilmiah.[1]
Pendidikan
agama Islam itu sangat penting untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa, memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati dan pada akhimya
mengamalkannya
sebagai pandangan hidup.Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidikan dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.[2]
Pada Makalah ini akan dibahas tentang
pengertian Pendidikan Agama Islam, berupa
Prinsip-prinsip
bembelajaran PAI.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian pendidikan Agama Islam?
2. Apa
saja prinsip – prinsip pembelajaran PAI ?
C.
Tujuan
1.
Untuk melatih
penulis dalam pembuatan makalah dengan menggunakan kaidah-kaidah yang benar.
2.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembelajaran PAI di Sekolah, Madrasah, Ponpes dan Perguruan Tinggi.
3.
Untuk memahami
secam mendalam prinsip-prinsip pembelajaran pendidikan agama Islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan
agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam yanag dibarengi dengan tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain serta dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama, higga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha untuk membina
dan mengasuh peserta didik agar senantiasa, memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati dan pada akhimya
mengamalkannya sebagai pandangan hidup.
Munculnya anggapan-anggapan negatif tentang
pendidikan agama seperti Islam
diajarkan lebih pada hafalan ( padahal Islam penuh dengan nilai-nilai ) yang harus di praktekkan. Pendidikan agama
Islam lebih ditekankan pada hubungan
formalitas, antara hamba dengan Tuhan Nya berupa penghayatan nilai nilai agama, kurang mendapat penekanan dan masih
terdapat sederet respon kiritis
terhadap pendidikan agama. Hal tersebut disebabkan penilaian kelulusan siswa dalam pelajaran agama diukur
dengan berapa banyak hafalan dan merger akan ujian tertulis di kelas
yang dapat didemonstrasikan oleh siswa.
Pendidikan Agama Islam sebenarnya dalam proses pembelajaranya mengandung prinsip-prinsip dan tujuan yang
jelas, sehingga apabila difahami secara mendalam, proses pembelajaranya akan
mempermudah siswa dalam memahami dan mengamalkanya. Pendidikan Islam adalah
pendidikan manusiawi seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak
dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia hidup
dalam keadaan damai, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan
segala fenomena yang ada.
Pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi
peranan memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan
fungsi manusia untuk beramal didunia dan memetik hasilnya diakhirat”.[3]
Dari hal ini dapat difahami bahwa pendidikan agama islam sebenarnya
mengarahkan kepada tujuan yang jelas dan jalan yang benar, sehingga manusia
akan lebih dekat lagi dengan Tuhanya yang telah menciptakanya dan membekali
manusia dengan akal yang sangat berguna dapat mengetahui sesuatu dengan akalnya
dan bekal dalam menghadapi hidup ini. Oleh karena itu, dalam memanfaatkan akal
yang baik, manusia harus terus belajar dalam segala hal khususnya ilmu
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT dalam surat Al-‘Alaq, ayat 1-5 :
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan,
2.
Dia telah menciptakan man usia dari segumpal darah.
3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan
tulis baca.
Mata pelajaran PAI secara keseluruhannya
adalah apa yang ada dalam Al-Qur'an dan
al -hadist, keimanan, akhlak, filth/ ibadah dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama
Islam mencakup perwujudan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan
hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk
lainya,maupun lingkungan
(hablun minallah wa hablun minannas).
Pendidikan Agama Islam berarti juga mengajarkan bagaimana
menyeimbangkan kelangsungan hidup di dunia dan akhirat, karena dari pendidikan
islam inilah manusia dapat menjalani dunianya dengan benar dan mencari bekal
untuk akhiratnya dengan maksimal. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat Al-Qashas ayat 77:
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-Qashas:77).[5]
Hal ini sesuai dengan Pandangan Islam yang
bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia, masyarakat, pengetahuan, dan
akhlak, secra jelas tercermin dalam prinsip-prinsip pendidikan Islam. Dalam
pembelajaran, pendidik merupakan fasilitator. Ia harus mampu memberdayagunakan
beraneka ragam sumber belajar. Dalam memimpin proses pembelajaran, pendidik
perlu perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dan senantiasa
mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin merealisasikannya bersama-sama dengan
peserta didik.
pendidikan
agama Islam merupakan usaha, sadar yang dilakukan pendidikan dalam
rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan
ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,pengajaran atau pelatihan yang telah
ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[6]
B. Prinsip-prinsip, Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
Bagaimanapun baiknya metode pengajaran, apabila, tidak dibarengi dengan
cara belajar yang
benar, hasilnya tentu tidak akan seperti yang diharapkan. Dalam metode-metode
tersebut terdapat prinsip-prinsip, yang harus diperhatikan dalam
melaksanakannya.
Prinsip mengajar atau dasar mengajar
merupakan usaha guru dalam menciptakan dan mengkondisikan situasi
belajar-mengajar agar siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal. Usaha
tersebut dilakukan guru pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.[7]
Penggunaan prinsip
mengajar bisa direncanakan guru sebelumnya, bisa pula secara spontan
dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses belajarmengajar, terutama bile
kondisi belajar siswa sudah menurun. Prinsip-prinsip itu adalah individualitas,
motivasi, aktivitas, minat dan perhatian, keperagaan, pengulangan, keteladanan,
dan pembiasaan. Prinsip-prinsip tersebut tidak berdiri sendiri melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Dengan prinsip-prinsip tersebut
diharapkan pengajaran yang diberikan dapat membawa hasil yang memuaskan.[8]
Prinsip-prinsip
pembelajaran pendidikan Agama Islam,
yakni:
1. Berpusat pada Peserta Didik
Peserta didik memiliki perbedaan satu sama
lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya :
a.
Perbedaan Minat dan Perhatian
Menurut Crow and Crow minat itu
diartikan sebagai kekuatan pendorong yang menyebabkan individu memberikan
perhatian kepada seseorang, atau kepada aktifitas-aktifitas tertentu.
Untuk itu, dilain
kegiatan pembelajaran kalau bahan pelajaran diambil dari pusat-pusat minat
peserta didik, dengan sendirinya perhatian
spontan akan timbul sehingga belajar akan berlangsung dengan baik.
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia yang telah
tergambar dan terangkum dalam Al-Qur’an dan hadist. Potret manusia dalam
pendidikan sekuler diserhakan pada orang-orang tertentu dalam msyarakat atau
pada seorang individu karena kekuasaanya, yang berarti diserahkan kepada
angan-angan seseorang atau sekelompok orang semata.
Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk mengubah kesempurnaan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik menjadi kesempurnaan aktual, melalui
setiap tahapan hidupnya. Dengan demikian fungsi pendidikan Islam adalah menjaga
keutuhan unsur-unsur individual peserta didik dan mengoptimalkan potensinya
dalam garis keridhaan Allah SWT. Disamping itu, peserta didik merupakan manusia
biasa yang masih banyak kekurangan, maka dari itu harus berusaha mencari ilmu
pengetahuan dengan cara belajar, dan motivasi belajar itu harus muncul dari
diri sendiri, karna Allah SWT tidak akan mengubah nasib seseorang kecuali dia
sendiri jugalah yang mengupayakan perubahan nasibnya itu, hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam surat Ar-Ra’du ayat 11
cÎ)... ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 ... ÇÊÊÈ
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S.
Ar-Ra’du: 11).[9]
Dari ayat
diatas dapat difahami bahwa Allah SWT akan merubah nasib suatu kaum apabila
kaum itu mau berusaha merubahnya, begitu juga dalam hal pendidikan, peserta
didik akan pintar apabila dia punya keinginan dan motivasi untuk belajar dan
merealisasikanya. Dari usaha dan motifasi inilah yang akan mendorong peserta
didik menuju keberhasilan, khususnya dalam pendidikan ilmu agama islam karna
hasil itu sesuai dengan usaha yang dilakukan.
Agar
pendidikan agama dapat berhasil dengan balk, maka minat dan
perhatian peserta didik tidak boleh diabaikan. Untuk itu pendidik agama harus mengusahakan:
1)
Agar pengajaran agama disusun sedemikian rupa, sehingga dapat ditangkap
dengan penuh perhatian oleh anak.
2)
Agar peserta didik
memeiliki minat pada pelajaran agama, pelajaran itu harus disajikan sesedapnya
bagi mereka.[10]
b.
Perbedaan Cara Belajar
Cara belajar peserta didik dikategorikan
kedalam empat cara, yakni
1)
Cara belajar somatik, adalah yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh
atau belajar dengan melakukan;
2)
Cara belajar
auditif, adalah cam belajar yang lebih menekankan
pada aspek pendengaran;
3)
Cara belajar visual, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek
penglihatan;
4)
Cara belajar
intelektual, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penalaran
atau logika.
Sehubungan dengan hal tersebut maka, kegiatan pembelajaran harus
dilakukan dengan metode yang bervariasi, sesuai dengan perbedaan cm belajar
peserta didik.[11]
c.
Perbedaan Kecerdasan
Peserta didik
mempunyai kecerdasan yang berbeda. Kecerdasan yang dimaksud adalah : kecerdasan
linguistik, logis matematis, spasial, musikal, kinestatis-jasmani interpersonal,
dan naturalis. Agar
kesemua kecerdasan dapat dikembangkan maka
proses pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga
potensi kecerdasan yang dimiliki peserta didik berkembang
baik. Dalam pendidikan
Islam, kecerdasan yang lebih diutamakan adalah keceradasan spiritual dan
emosional.[12]
2. Belajar dengan Melakukan
Menurut
pandangan psikologi setiap peserta didik hanya belajar 10% dari yang dibaca,
20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan
didengar, 70% yang dikatakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. Al-Quran
mengemukakan ada dampak positif dari kegiatan partisipasi aktif, yang disebut
dengan amal
saleh.
Dalam pendidikan agama Islam misalnya, pada
pelajaran ibadah sholat, sifat, anak yang suka bergerak perlu dipergunkan
dengan baik-baik dengan mengadakan dramatisasi, darmawisata ketempat
peribadatan, bersarna-sama
membersihkan tempat shalat, membersihkan dan menyiapkan tempat berwudhu, saling menolong dalam menghadapi
bacaan-bacaan, latihan praktek bersama-sama, sembahyang bedamaah di masjid
dibawah pimpinan pendidik dan sebagainya.[13]
3. Mengembangkan Kemampuan Sosial
Kegiatan
pembelajaran tidak hanya mengoptimalkan kemampuan individual peserta didik
secara intemal, melainkan juga mengasah juga kemampuan
peserta didik untuk membangun hubungan dengan pihak lain. Melalui interaksi
dengan teman sejawat atau dengan pendidik. Hubungan dengan manusia dalam agama
Islam disebut hablum
min al-nas.
Interaksi memungkinkan tedadinya
perbaikan terhadap pemahaman peserta didik melalui diskusi, saling bertanya,
dan saling menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan
dengan belajar kelompok. Penyampaian gagasan oleh peserta didik dapat mempertajam, memperdalam, memantapkan ataumenyempurnakan
gagasan itu karena memperoleh tanggapan dari peserta didik lain atau pendidik.[14]
Dari
hal ini dapat difahami bahwa dalam proses pembelajaran, hubungan baik antar
sesama manusia sangat penting, terutama antara murid dan guru harus dijalin
secara baik karena guru merupakan orang tua kedua setelah ayah ibu kandung yang
memberi kebutuhan jiwa murid berupa ilmu pengetahuan yang sangat berguna dimasa
depan. Dari hubungan ini manusia akan saling mengenal, memahami, dan terjalin
kerjasama yang baik untuk merealisasikan hablumminannas yang pada
nantinya terjalinlah hablumminallah karena dua hal ini tidak dapat
terpisahkan.
Allah
SWT berfirman dalam surat Al-Hujarat ayat 13:
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
Artinya
:
Hai
manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujarat : 13).[15]
4. Mengembangkan Keingintahuan
Manusia
merupakan makhluk yang bersifat peka, kritis, dan kreatif terhadap hal yang baru,
dan berusaha mempelajarinya sampai semua itu terjawab dan jawabannya menjadi puas.
Kebutuhan
rasa ingin tahu
itulah yang mendorong manusia untuk mempelajari segala sesuatu dalam hidupnya.
Untuk mengembangkan keingintahuan tersebut, pendidik dituntut untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik tersebut secara maksimal.
Usaha itu dapat dikembangkan melaui
bebrapa aktifitas belajar seperti Tanya jawab, diskusi, musyawarah, presenter,
seminar, penelitian, praktek study tour dan sebagainya, sebagai arena
menemukan jawaban-jawaban. Disinflah kesempatan memberikan jawaban-jawaban yang tepat, benar dan
akurat yang memuaskan perasaan peserta didik sesuai kondisi yang diperlukan.[16]
5. Mengembagkan Fitrah Bertuhan
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan
(homodevinous) atau makhluk yang beragama (homoreligius). Dalam
pandangan Islam, sejak dialam roh telah mempunyai komitmen bahwa, Allah adalah
Tuhannya. Adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk
Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah satu
fitrah tersebut adalah keeenderungan terhadap agama Islam.
Usaha pengembangan fitrah ber-Tuhan
didalan ajaran agama Islam sudah dimulai semenjak dalam kandungan dan berakhir
setelah berpisahnya roh dengan badan. Pengembangan fitrah ber-Tuhan ini
dilaksanakan dalam segala jalur dan jenjang pendidikan baik formal, non-formal
maupun informal.[17]
6. Mengembangkan Ketrampilan
Pemecahan Masalah
Peserta didik perlu dilatih untuk
memecahkan masalah agar is berhasil dalam kehidupannya. Untuk memecahkan suatu
masalah John Dewey mengemukakan sebagai berikut :
a)
Mengemukakan masalah. Pendidik menghadapkan masalah
yang akan dipecahkan kepada peserta didik-peserta didik.
b) Mempedelas
masalah. Masalah tersebut dirumuskan oleh pendidik bersama peserta didik-peseta
didiknya.
c) Melihat
kemungkinan jawaban peserta didik-peseta didik bersama pendidik mencari
kemungkinan-kemungkinan yang akan dilaksanakan dalam pemecahan persoalan.
d) Mencoba
kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Pendidik menetapkan care pemecahan
masalah yang dianggap paling tepat.
e) Penilaian.
Cara yang ditempuh dinilai, apaka dapat mendatangkan
hasil yang diharapkan atau tidak.
Untuk itu kegiatan
pembelajaran hendakny adipilih dan dirancang agar mampu mendorong dan melatih
peserta didik untuk mampu mengidentifikasi
masalah danmemecahkannya dengan menggunakan kemampuan kognitif Selain
itu, pembelajaran hendaknya merancang peseta didik secam aktif mencan jawaban atas
permasalahannya dengan menggunakan prosedur ilmiah.[18]
7. Mengembangkan Kreatifitas
Peserta Didik
Setiap peseta didik dilahirkan dalam
keadaan berbeda-beda dan masingmasing mempunyai potensi yang dapat
dikembangkan. Karena itu kegiatan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa
sehingga membuat potensi setiap peseta didik dapat dikembangkan secara optimal.
Karena itu, dalam kegiatan pembelajaran dikondisikan peserta didik mempunyai
kesempatan dan kebebasan mengembangkkan diri sesuai dengan kecenderungan dan
bakat masing-masing. Pendidik hendaknya
berupaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengemukakan pendapatnya sebanyak
mungkin.[19]
8. Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu dan
Tekhnologi
Peserta didik perlu mengenal ilmu
pengetahuan dan tekhnologi sejak dini. Supaya peseta didik tidak asing terhadap
perkembangan ilmu dan tekhnologi, oleh karena itu hendaknya pendidik mengaitkan
materi yang disampaikan dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Hal ini dapat diciptakan dengan
pemberian tugas
yang mengharuskan peserta didik berhubungan langsung dengan teknologi.,
misalnya membuat laporan tentang materi tertentu dari multi media seperti televise,
radio, atau internet dan
menjadikannya sebagai media pembelajaran. Pendidikan Agama Islam harus
pupulediintegrasikan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.[20]
9. Menumbuhkan Kesadaran sebagai Warga Negara yang
Baik
Peserta didik perlu memperoleh wawasan
dan kesadaran untuk menjadi warga Negara yang produktif da bertanggung jawab.
Dengan demikian dalam kegiatan perlu diciptakan semangat nasionalisme dan
member wawasan nilainilai moral dan sosial yang dapat membekali peserta didik
agar menjadi warga masyarakat dan warga negara yang bertanggung jawab. Dengan
demikian menimbulkan kesadaran peserta didik akan kemajemukan bangsa, akibat
keragaman latar geografis, budaya, sosial, adat istiadat, agama, sumberdaya
slam dan sumberdaya manusia. Proses pembelajaran hendaknya mampu mengunggah
kesadaran peserta didik akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.[21]
10. Belajar Sepanjang Hayat
Belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan
lingkunganya.[22]
Kewajiban belajar dalam Islam tidak dibatasi oleh
usia kronologis tertentu atau terbatas pada jenjang pendidikan formal, setiap
orang Islam harus dalam semangat mencari ilmu. Untuk itu, pendidik hendaknya
mendorong peserta didik
untuk terns mencari ilmu dimanapun berada, tidak hanya dibangku sekolah
(pendidikan forma) saja tapi juga dimasyarakat (pendidikan non-formal) dan
keluarga (pendidikan informal).[23]
Dari hal ini, dapat difahami
bahwa belajar adalah proses perubahan yang menetap dari tingkah laku individu
sebagai hasil pengalaman, ilmu pengetahuan, dan interaksi dengan lingkungan.
Dari kegiatan belajar inilah ilmu akan lahir dan terus berkembang sesuai
interaksi sosial yang terus mengikuti arus perkembangan zaman.
11. Perpaduan Kompetensi, Kerja Sama
dan Solidaritas
Peserta didik perlu berkompetisi, berkerjasama, dan mengembangkan solidaritasnya.
Kegiatan pembelajaran perlu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan semangat fastabiqul khairat (kompetensi), taawun
(kerjasama),
dan tasamuh (kerjasama).
Untuk menciptakan suasana kompetensi kerjasama dan solidaritas, kegiatan pembelajaran dapat dirancang dengan
metode pemberian togas (resitasi) atau tugas-tugas yang mungkin bekerja mandiri, atau juga kerja kelompok.[24]
12. Belajar Melalui Peninjauan
Sejak fase-fase
awal kehidupan manusia banyak sekali belajar melalui peniruan terhadap
kebiasaan dan tingkah laku orang-orang disekitarnya, khususnya dari kedua orang
tuanya. Kecenderungan
manusia meniru belajar lewat peniruan, menyebabkan keteladanan menjadi sangat penting dalam proses
belajar mengajar.
Dalam kehidupan
sehari-hari dapat kite saksikan tindakan keagamaan yang dilakukan oleh
anak-anak pada dasarnya mereka peroleh dari meniru. Berdo'a
dan sholat mislanya, mereka laksanakan hasil dari melihat perbuatan
dilingkungannya, baik berupa pembiasaan atau pengajaran yang intensif.
Agar peserta didik meniru yang positif
dan baik dari pendidiknya, maka pendidik harus menjadikan diri sebagai sumbernorms,
budi yang luhur, dan perilaku yang elok.[25]
13. Belajar Melalui Pembiasaan
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan anak. Hasil yang
dilakukan pembiaaan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu
kebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang
sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih dahulu, dan berlaku begitu saja
tanpa dipikirkan lagi. Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai
sedini mingkin.[26]
Proses pembelajaran
dari pendidik kepada peserta diidik hendaknya dalam hal pembiasaan ini langsung
dicontohkan oleh guru, karena guru adalah teladan baik yang harus diikuti
peserta didik yang kemudian menjadi sebuah pembiasaan yang dilakukan peserta
didik.
Dalam
paradigma jawa, pendidik diidentikkan dengan istilah guru (gu dan ru)
yang berarti “digugu” dan “ditiru”. Dikatakan digugu
(dipercaya) karana guru memiliki
seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan
panandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru
(diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karena segala tindak
tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta didik.
Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak sekedar transformasi ilmu,
tetapi tugas guru juga bagaimana ia mampu menginternalisasikan ilmunya kepada
peserta didik. Pada tataran ini terjadi singkronisasi antara apa yang diucapkan
oleh guru (didengar oleh peserta didik) dan yang dilakukanya (dilihat oleh
peserta didik).[27]
Dari pengertian tersebut,
bahwa guru adalah orang yang telah mengkhususkan dirinya untuk melakukan
kegiatan menyampaikan ilmu pengetahuan terhadap peserta didiknya sebagai
pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Lebih khusus lagi guru pendidikan agama islam harus mampu menjadi karakter yang
baik yang layak untuk digugu (dipercaya) dan ditiru (diikuti).
BAB III
TANGGAPAN
Agama Islam merupakan agama yang akan membawa kita
kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Usaha untuk memahaminya sangat penting, maka
dari itu kita perlu memahami Islam melalui berbagai dimensi dan dengan berbagai
pendekatan, salah satunya yaitu dari dimensi pendidikan. Karena dengan dimensi
pendidikan, khususnya dalam pendidikan ilmu agama islam, tentunya manusia akan
memperoleh kebahagiaan didunia dan akhirat.
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang berlandaskan
Al-Qur’an dan Hadits. Setiap pendidikan itu tidak terlepas dari yang namanya
proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan proses dimana
seorang pendidik memperikan pengetahuan berupa ilmu kepada peserta didik untuk
menjadi manusia yang lebih baik.
Manusia merupakan mahluk hidup yang tidak bisa terlepas
dari kegiatan pendidikan, untuk itu manusia harus terus berkembang demi
tercapainya keberhasilan dalam kegiatan pendidikan sesuai dengan harapan yang
tertuang dalam visi dan misi dalam dunia pendidikan. Manusia perlu memperbaiki
sistem pendidikan yang dijalankan, baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi demi tercapainya keberhasilan dalam dunia pendidikan, lembaga
pendidikan perlu mengetahui memahami dan menjalankan sistem pelaksanaan
pendidikan sesuai dengan standar yag telah detetapkan. Dalam pelaksanaan
pendidikan, suatu lembaga pendidikan harus benar-benar memahami hakikat kenapa
pendidikan itu dilakukan. Pada hakikatnya tujuan adanya suatu lembaga
pendidikan adalah guna memfasilitasi agar terlaksananya proses belajar mengajar
yang baik.
Pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang
bertujuan untuk membentuk manusia yang agamis dan menanamkan aqidah keimanan,
amaliah, dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang
taqwa kepada Allah SWT. Apabila dikaitkan dengan pengajaran agama Islam yang
harus disampaikan kepada siswa di sekolah atu madrasah, maka batasanya terletak
pada metode atau teknik apakah yang lebih cocok digunakan dalam penyampaian
materi agama tersebut. Prinsip-prinsip pengajaran yang bagaimanakah yang
seharusnya diterapkan oleh setiap guru dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar, berhasil
tidaknya tujuan dalam proses pembelajaran disekolah merupakan tanggung jawab
guru. Maka dari itu sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, guru harus
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan pengajaran
tersebut. Seperti halnya mempersiapkan materi pengajaran, metode pembelajaran, dan
hal lain yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Sebelum mengatahui
metode pembelajan, guru harus mengetahui tentang prinsip-prinsip metode
pembelajaran.
Prinsip metode mengajar Pendidikan Agama Islam
merupakan usaha yang dilakukan pendidik untuk menciptakan situasi belajar
mengajar secara efektif dan efesien dengan harapan agar peserta didik dapat
belajar dengan optimal.
Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik
apabila semua komponen-komponen pengajaran tersebut dapat terpenuhi. Proses
belajar akan lebih bermakna dan berjalan secara optimal jika para pendidik
memperhatikan prinsip-prinsip belajar dan dapat mengkorelasikan prinsip yang
satu dengan yang lainya agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang
disampaikan.
Prinsip-prinsip pengajaran diantaranya yaitu
individualitas, motivasi, aktivitas, minat dan perhatian, minat dan perhatian,
peragaan, pengulangan, keteladanan,dan pembiasaan.
Dalam kegiatan belajar mengajar tersebut, seorang
pendidik tidak hanya menyampaikan materi saja, tetapi juga harus bisa membuat
para siswa mudah memahami materi tersebut.
Prinsip pembelajaran pendidikan Islam ditegakkan atas
dasar yang sama dan berpangkal dari pandangan Islamsecara filosofis terhadap
jagad raya, manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan dan Akhlak. Pandangan Islam
terhadap masalah-masalah tersebut, melahirkan berbagai prinsip dalam pendidikan
Islam.
Prinsip-prinsip pembelajaran dalam pendidikan agama
Islam dapat ditinjau dari beberapa aspek, dalam perumusan prinsip tersebut yaitu:
a. Pendidikan
Islam tidak mengenal antara pemisahan pendidikan sains dengan agama.
b. Pandangan
Islam yang menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan mewujudkan adanya
keseimbangan.
c. Pendidikan
Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam tujuan-tujuan, kurikulum
dan metode-metodenya, tetapi berupa untuk selalu memperbarui diri dan
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
d. Pendidikan
Islam hendaklah meliputi seluruh aspek kepribadian manusia dan melihat manusia
dengan pandangan yang menyeluruh dari berbagai aspek, yaitu jiwa, badan dan
akal, sehingga nantinya pendidikan Islam mampu diarahkan pada pendidikan
jasmani, pendidikan jasmani, dan pendidikan aka
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Islam merupakan agama yang sangat memandang penting
pendidikan, karana pendidikan merupakan hal penting bahkan menjadi inti dalam
pelaksanaan syariat islam itu dijalankan, karna jikalau dikaji secara mendalam,
ibadah dapat diterima apabila dalam pelaksanaannya dilandaasi dengan ilmu
pengetahuan dan ilmu pengetahuan hanya dapat diperoleh dengan pendidikan. Dari
hal itulah islam juga sangat memperhatikan hal pendukung tercapainya tujuan
dari pendidikan itu sendiri, karena walau bagaimanapun, proses pendidikan Islam
telah, sedang dan akan terus berjalan mengikuti perkembangan zaman.
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Penggunaan prinsip mengajar dapat direncanakn pendidik
sebelumnya, bisa pula secara spontan dilaksanakan pada saat berlangsungnya
proses berlangsungnya belajar mengajar, terutama bila kondisi belajar siswa
sudah menurun.[28]
Prinsip-prinsip pengajaran diantaranya yaitu individualitas, motivasi,
aktivitas, minat dan perhatian, minat dan perhatian, peragaan, pengulangan,
keteladanan,dan pembiasaan. Prinsip-prinsip tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan
saling berhubungan. Dengan prinsip-prinsip tersebut berharap pengajaran yang
diberikan dapat membawa hasi yang memuaskan.
Prinsip-prinsip pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
menjadi tolak ukur dalam keberhasilan proses pembelajara PAI yaitu:
1.
Berpusat pada peserta didik
2.
Belajar dengan melakukan
3.
Mengembangkan kemampuan sosial
4.
Mengembangkan kreatifitas peserta didik
5.
Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi
6.
Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
7.
Belajar sepanjang hayat
8.
Perpaduan Kompetensi, Kerjasama, dan Solidaritas
9.
Belajar melalui peniruan
10. Belajar
melalui pembiasaan
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Abdul Majid, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 )
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisidan
Moderenisasi Menuju Milinium Baru, (Jakarta : Kalimah, 2001)
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Amzah, 2011)
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta-Rineka Cipta,
2010)
Nana Sudiana, Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Sinar Baru Algensin,2002)
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung Sinar
Baru Algensindo, 2002)
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan
Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009)
Ramayulis, Melodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Kalam
Mulia,2010)
Slameto,
Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,( Jakarta: Rineka Cipta,
2010 )
[1] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hal. 137
[2]Abdul Majid, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 ), hal. 130-132.
[3] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam;
Tradisidan Moderenisasi Menuju Milinium Baru, (Jakarta : Kalimah, 2001). hlm 5
[4] Al-Qur’anul Karim (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5).
[5]Al-Qur’anul Kariim (Q.S. Al-Qashas:77)
[6]Abdul Majid, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 ),
h.130 – 132.
[7]Harjanto,
Perencanaan Pengajaran, (Jakarta-Rineka Cipta, 2010), hal.169
[8]Nana Sudiana, Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Sinar Baru Algensin,2002) hal.160
[9] Q.S. Ar-Ra’du, ayat 11
[10]Ramayulis,
Melodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Kalam Mulia,2010), h. 98
[11]Ibid.,
[12]Ibid.,
[13]
Ibid, hal. 99
[14] Ibid, hal. 100
[15] Q.S. Al-Hujarat : 13
[16]Ibid.,
[17]Ibid.,
[18]Ibid., hal.
101
[19]Ibid., hal.
102
[20]Ibid, hal. 103
[21] Ibid.,
[22]
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,( Jakarta:
Rineka Cipta, 2010 ) hal. 2.
[23]
Ibid.,
[24]
Ibid, hal. 104
[25]
Ibid.,
[26] Ibid.,
[27]
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011) cet. II, h.
87.
[28] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung Sinar
Baru Algensindo, 2002), hal. 160

0 komentar:
Posting Komentar