Beranda

Selasa, 02 April 2019

Prinsip-prinsip Pembelajaran PAI


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam yang dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain, dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama, hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Mata pelajaran PAI yang digunakanpun itu secara keseluruhannya ada dalam lingkup Al – Qur'an dan al – hadist, keimanan, akhlak, fiqih/ ibadah dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia. dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkunpnnya.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sumber utama pendidikan Islam adalah kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Serta pendapat para sahabat dan ulama atau ilmuan muslim sebagai tambahan. Pendidikan Islam sebagai sebauah disiplim ilmu harus membuka mata bahwa keadaan pendidikan yang terjadi saat ini jauh dari apa yang kita harapkan. Kita mengaharapkan bahwa pendidikan Islam memberikan kontribusi terhadap pendidikan yang terdapat di Indonesia, namun hal tersebut belum terealisaikan dengan maksimal. Salah satu faktor yang menjadi penyebab hal tersebut adalah tidak terpakannya sebuah prinsip sebagai dasar dalam pendidikan, khususnya pendidikan agama islam.
Seringkali sebuah prinsip hanya dijadikan sebagai sebuah formalitas saja. Prinsip tidak dijadikan sebagai dasar atau pondasi bagai pencapaian sebuah tujuan. Padahal dalam pencapaian tujuan yang digarapkan dalam pendidikan Islam, keberadaan prinsip-prinsip sangatlah penting.

Dalam prespektif pendidikan Islam, tujuan hidup seorang muslim pada hakekatnya adalah mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian kepada Allah SWT sebagai realisasi dari keimanan yang diwujudkan dalam amal, tidak lain untuk mencapai derajat sebagai manusia yang bertaqwa disisiNya. Beriman dan beramal soleh merupakan dua aspek kepribadian yang dicita-citakan dalam pendidikan Islam. Sedangkan tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan yang memiliki dimensi religious dan berkemampuan ilmiah.[1]
Pendidikan agama Islam itu sangat penting untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa, memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati dan pada akhimya mengamalkannya sebagai pandangan hidup.Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidikan dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[2]
Pada Makalah ini akan dibahas tentang pengertian Pendidikan Agama Islam, berupa Prinsip-prinsip bembelajaran PAI.
B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian pendidikan Agama Islam?
2.    Apa saja prinsip – prinsip pembelajaran PAI ?
C.   Tujuan
1.         Untuk melatih penulis dalam pembuatan makalah dengan menggunakan kaidah-kaidah yang benar.
2.         Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran PAI di Sekolah, Madrasah, Ponpes dan Perguruan Tinggi.
3.          Untuk memahami secam mendalam prinsip-prinsip pembelajaran pendidikan agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam yanag dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain serta dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama, higga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa, memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati dan pada akhimya mengamalkannya sebagai pandangan hidup.
Munculnya anggapan-anggapan negatif tentang pendidikan agama seperti Islam diajarkan lebih pada hafalan ( padahal Islam penuh dengan nilai-nilai ) yang harus di praktekkan. Pendidikan agama Islam lebih ditekankan pada hubungan formalitas, antara hamba dengan Tuhan Nya berupa penghayatan nilai nilai agama, kurang mendapat penekanan dan masih terdapat sederet respon kiritis terhadap pendidikan agama. Hal tersebut disebabkan penilaian kelulusan siswa dalam pelajaran agama diukur dengan berapa banyak hafalan dan merger akan ujian tertulis di kelas yang dapat didemonstrasikan oleh siswa.
Pendidikan Agama Islam sebenarnya dalam proses pembelajaranya  mengandung prinsip-prinsip dan tujuan yang jelas, sehingga apabila difahami secara mendalam, proses pembelajaranya akan mempermudah siswa dalam memahami dan mengamalkanya. Pendidikan Islam adalah pendidikan manusiawi seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia hidup dalam keadaan damai, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala fenomena yang ada.

Pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal didunia dan memetik hasilnya diakhirat”.[3]
Dari hal ini dapat difahami bahwa pendidikan agama islam sebenarnya mengarahkan kepada tujuan yang jelas dan jalan yang benar, sehingga manusia akan lebih dekat lagi dengan Tuhanya yang telah menciptakanya dan membekali manusia dengan akal yang sangat berguna dapat mengetahui sesuatu dengan akalnya dan bekal dalam menghadapi hidup ini. Oleh karena itu, dalam memanfaatkan akal yang baik, manusia harus terus belajar dalam segala hal khususnya ilmu pengetahuan. Hal  ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-‘Alaq, ayat 1-5 :
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
Artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan man usia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
(QS. Al-‘Alaq: 1-5)[4]
Mata pelajaran PAI secara keseluruhannya adalah apa yang ada dalam Al-Qur'an dan al -hadist, keimanan, akhlak, filth/ ibadah dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainya,maupun lingkungan (hablun minallah wa hablun minannas).

Pendidikan Agama Islam berarti juga mengajarkan bagaimana menyeimbangkan kelangsungan hidup di dunia dan akhirat, karena dari pendidikan islam inilah manusia dapat menjalani dunianya dengan benar dan mencari bekal untuk akhiratnya dengan maksimal. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat Al-Qashas ayat 77:
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ  
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-Qashas:77).[5]

Hal ini sesuai dengan Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia, masyarakat, pengetahuan, dan akhlak, secra jelas tercermin dalam prinsip-prinsip pendidikan Islam. Dalam pembelajaran, pendidik merupakan fasilitator. Ia harus mampu memberdayagunakan beraneka ragam sumber belajar. Dalam memimpin proses pembelajaran, pendidik perlu perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dan senantiasa mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin merealisasikannya bersama-sama dengan peserta didik.
pendidikan agama Islam merupakan usaha, sadar yang dilakukan pendidikan dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[6]
B. Prinsip-prinsip, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Bagaimanapun baiknya metode pengajaran, apabila, tidak dibarengi dengan cara belajar yang benar, hasilnya tentu tidak akan seperti yang diharapkan. Dalam metode-metode tersebut terdapat prinsip-prinsip, yang harus diperhatikan dalam melaksanakannya.
 Prinsip mengajar atau dasar mengajar merupakan usaha guru dalam menciptakan dan mengkondisikan situasi belajar-mengajar agar siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal. Usaha tersebut dilakukan guru pada saat berlangsungnya proses belajar­ mengajar.[7]
Penggunaan prinsip mengajar bisa direncanakan guru sebelumnya, bisa pula secara spontan dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses belajar­mengajar, terutama bile kondisi belajar siswa sudah menurun. Prinsip-­prinsip itu adalah individualitas, motivasi, aktivitas, minat dan perhatian, keperagaan, pengulangan, keteladanan, dan pembiasaan. Prinsip-prinsip tersebut tidak berdiri sendiri melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Dengan prinsip-prinsip tersebut diharapkan pengajaran yang diberikan dapat membawa hasil yang memuaskan.[8]
Prinsip-prinsip pembelajaran pendidikan Agama Islam, yakni:
1. Berpusat pada Peserta Didik
Peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya :
a. Perbedaan Minat dan Perhatian
Menurut Crow and Crow minat itu diartikan sebagai kekuatan pendorong yang menyebabkan individu memberikan perhatian kepada seseorang, atau kepada aktifitas-aktifitas tertentu.
Untuk itu, dilain kegiatan pembelajaran kalau bahan pelajaran diambil dari pusat-pusat minat peserta didik, dengan sendirinya perhatian spontan akan timbul sehingga belajar akan berlangsung dengan baik.
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia yang telah tergambar dan terangkum dalam Al-Qur’an dan hadist. Potret manusia dalam pendidikan sekuler diserhakan pada orang-orang tertentu dalam msyarakat atau pada seorang individu karena kekuasaanya, yang berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang atau sekelompok orang semata.

Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk mengubah kesempurnaan potensi yang dimiliki oleh peserta didik menjadi kesempurnaan aktual, melalui setiap tahapan hidupnya. Dengan demikian fungsi pendidikan Islam adalah menjaga keutuhan unsur-unsur individual peserta didik dan mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan Allah SWT. Disamping itu, peserta didik merupakan manusia biasa yang masih banyak kekurangan, maka dari itu harus berusaha mencari ilmu pengetahuan dengan cara belajar, dan motivasi belajar itu harus muncul dari diri sendiri, karna Allah SWT tidak akan mengubah nasib seseorang kecuali dia sendiri jugalah yang mengupayakan perubahan nasibnya itu, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar-Ra’du ayat 11

žcÎ)... ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 ... ÇÊÊÈ  
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar-Ra’du: 11).[9]

        Dari ayat diatas dapat difahami bahwa Allah SWT akan merubah nasib suatu kaum apabila kaum itu mau berusaha merubahnya, begitu juga dalam hal pendidikan, peserta didik akan pintar apabila dia punya keinginan dan motivasi untuk belajar dan merealisasikanya. Dari usaha dan motifasi inilah yang akan mendorong peserta didik menuju keberhasilan, khususnya dalam pendidikan ilmu agama islam karna hasil itu sesuai dengan usaha yang dilakukan.
Agar pendidikan agama dapat berhasil dengan balk, maka minat dan perhatian peserta didik tidak boleh diabaikan. Untuk itu pendidik agama harus mengusahakan:
1)   Agar pengajaran agama disusun sedemikian rupa, sehingga dapat ditangkap dengan penuh perhatian oleh anak.
2)    Agar peserta didik memeiliki minat pada pelajaran agama, pelajaran itu harus disajikan sesedapnya bagi mereka.[10]
b. Perbedaan Cara Belajar
Cara belajar peserta didik dikategorikan kedalam empat cara, yakni
1)             Cara belajar somatik, adalah yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau belajar dengan melakukan;
2)      Cara belajar auditif, adalah cam belajar yang lebih menekankan pada aspek pendengaran;
3)             Cara belajar visual, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penglihatan;
4)      Cara belajar intelektual, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penalaran atau logika.
Sehubungan dengan hal tersebut maka, kegiatan pembelajaran harus dilakukan dengan metode yang bervariasi, sesuai dengan perbedaan cm belajar peserta didik.[11]


c. Perbedaan Kecerdasan
Peserta didik mempunyai kecerdasan yang berbeda. Kecerdasan yang dimaksud adalah : kecerdasan linguistik, logis matematis, spasial, musikal, kinestatis-jasmani interpersonal, dan naturalis. Agar kesemua kecerdasan dapat dikembangkan maka proses pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga potensi kecerdasan yang dimiliki peserta didik berkembang baik. Dalam pendidikan Islam, kecerdasan yang lebih diutamakan adalah keceradasan spiritual dan emosional.[12]

2. Belajar dengan Melakukan
Menurut pandangan psikologi setiap peserta didik hanya belajar 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% yang dikatakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. Al-Quran mengemukakan ada dampak positif dari kegiatan partisipasi aktif, yang disebut dengan amal saleh.
Dalam pendidikan agama Islam misalnya, pada pelajaran ibadah sholat, sifat, anak yang suka bergerak perlu dipergunkan dengan baik-baik dengan mengadakan dramatisasi, darmawisata ketempat peribadatan, bersarna-sama membersihkan tempat shalat, membersihkan dan menyiapkan tempat berwudhu, saling menolong dalam menghadapi bacaan-bacaan, latihan praktek bersama-sama, sembahyang bedamaah di masjid dibawah pimpinan pendidik dan sebagainya.[13]

3. Mengembangkan Kemampuan Sosial
Kegiatan pembelajaran tidak hanya mengoptimalkan kemampuan individual peserta didik secara intemal, melainkan juga mengasah juga kemampuan peserta didik untuk membangun hubungan dengan pihak lain. Melalui interaksi dengan teman sejawat atau dengan pendidik. Hubungan dengan manusia dalam agama Islam disebut hablum min al-nas.
Interaksi memungkinkan tedadinya perbaikan terhadap pemahaman peserta didik melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok. Penyampaian gagasan oleh peserta didik dapat mempertajam, memperdalam, memantapkan ataumenyempurnakan gagasan itu karena memperoleh tanggapan dari peserta didik lain atau pendidik.[14]

Dari hal ini dapat difahami bahwa dalam proses pembelajaran, hubungan baik antar sesama manusia sangat penting, terutama antara murid dan guru harus dijalin secara baik karena guru merupakan orang tua kedua setelah ayah ibu kandung yang memberi kebutuhan jiwa murid berupa ilmu pengetahuan yang sangat berguna dimasa depan. Dari hubungan ini manusia akan saling mengenal, memahami, dan terjalin kerjasama yang baik untuk merealisasikan hablumminannas yang pada nantinya terjalinlah hablumminallah karena dua hal ini tidak dapat terpisahkan.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujarat ayat 13:
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ  
Artinya :
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujarat : 13).[15]

4. Mengembangkan Keingintahuan
Manusia merupakan makhluk yang bersifat peka, kritis, dan kreatif terhadap hal yang baru, dan berusaha mempelajarinya sampai semua itu terjawab dan jawabannya menjadi puas. Kebutuhan rasa ingin tahu itulah yang mendorong manusia untuk mempelajari segala sesuatu dalam hidupnya. Untuk mengembangkan keingintahuan tersebut, pendidik dituntut untuk memenuhi kebutuhan peserta didik tersebut secara maksimal.

Usaha itu dapat dikembangkan melaui bebrapa aktifitas belajar seperti Tanya jawab, diskusi, musyawarah, presenter, seminar, penelitian, praktek study tour dan sebagainya, sebagai arena menemukan jawaban-jawaban. Disinflah kesempatan memberikan jawaban-jawaban yang tepat, benar dan akurat yang memuaskan perasaan peserta didik sesuai kondisi yang diperlukan.[16]

5. Mengembagkan Fitrah Bertuhan
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan (homodevinous) atau makhluk yang beragama (homoreligius). Dalam pandangan Islam, sejak dialam roh telah mempunyai komitmen bahwa, Allah adalah Tuhannya. Adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah satu fitrah tersebut adalah keeenderungan terhadap agama Islam.
Usaha pengembangan fitrah ber-Tuhan didalan ajaran agama Islam sudah dimulai semenjak dalam kandungan dan berakhir setelah berpisahnya roh dengan badan. Pengembangan fitrah ber-Tuhan ini dilaksanakan dalam segala jalur dan jenjang pendidikan baik formal, non-formal maupun informal.[17]


6. Mengembangkan Ketrampilan Pemecahan Masalah
Peserta didik perlu dilatih untuk memecahkan masalah agar is berhasil dalam kehidupannya. Untuk memecahkan suatu masalah John Dewey mengemukakan sebagai berikut :
a)      Mengemukakan masalah. Pendidik menghadapkan masalah yang akan dipecahkan kepada peserta didik-peserta didik.
b)      Mempedelas masalah. Masalah tersebut dirumuskan oleh pendidik bersama peserta didik-peseta didiknya.
c)      Melihat kemungkinan jawaban peserta didik-peseta didik bersama pendidik mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan dilaksanakan dalam pemecahan persoalan.
d)     Mencoba kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Pendidik menetapkan care pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.
e)      Penilaian. Cara yang ditempuh dinilai, apaka dapat mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak.
Untuk itu kegiatan pembelajaran hendakny adipilih dan dirancang agar mampu mendorong dan melatih peserta didik untuk mampu mengidentifikasi masalah danmemecahkannya dengan menggunakan kemampuan kognitif Selain itu, pembelajaran hendaknya merancang peseta didik secam aktif mencan jawaban atas permasalahannya dengan menggunakan prosedur ilmiah.[18]
7. Mengembangkan Kreatifitas Peserta Didik
Setiap peseta didik dilahirkan dalam keadaan berbeda-beda dan masing­masing mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Karena itu kegiatan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa sehingga membuat potensi setiap peseta didik dapat dikembangkan secara optimal. Karena itu, dalam kegiatan pembelajaran dikondisikan peserta didik mempunyai kesempatan dan kebebasan mengembangkkan diri sesuai dengan kecenderungan dan bakat masing-masing. Pendidik hendaknya berupaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya sebanyak mungkin.[19]

8. Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu dan Tekhnologi
Peserta didik perlu mengenal ilmu pengetahuan dan tekhnologi sejak dini. Supaya peseta didik tidak asing terhadap perkembangan ilmu dan tekhnologi, oleh karena itu hendaknya pendidik mengaitkan materi yang disampaikan dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Hal ini dapat diciptakan dengan pemberian tugas yang mengharuskan peserta didik berhubungan langsung dengan teknologi., misalnya membuat laporan tentang materi tertentu dari multi media seperti televise, radio, atau internet dan menjadikannya sebagai media pembelajaran. Pendidikan Agama Islam harus pupulediintegrasikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.[20]

9. Menumbuhkan Kesadaran sebagai Warga Negara yang Baik
Peserta didik perlu memperoleh wawasan dan kesadaran untuk menjadi warga Negara yang produktif da bertanggung jawab. Dengan demikian dalam kegiatan perlu diciptakan semangat nasionalisme dan member wawasan nilai­nilai moral dan sosial yang dapat membekali peserta didik agar menjadi warga masyarakat dan warga negara yang bertanggung jawab. Dengan demikian menimbulkan kesadaran peserta didik akan kemajemukan bangsa, akibat keragaman latar geografis, budaya, sosial, adat istiadat, agama, sumberdaya slam dan sumberdaya manusia. Proses pembelajaran hendaknya mampu mengunggah kesadaran peserta didik akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.[21]

10. Belajar Sepanjang Hayat
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.[22]            
Kewajiban belajar dalam Islam tidak dibatasi oleh usia kronologis tertentu atau terbatas pada jenjang pendidikan formal, setiap orang Islam harus dalam semangat mencari ilmu. Untuk itu, pendidik hendaknya mendorong peserta didik untuk terns mencari ilmu dimanapun berada, tidak hanya dibangku sekolah (pendidikan forma) saja tapi juga dimasyarakat (pendidikan non-formal) dan keluarga (pendidikan informal).[23]

Dari hal ini, dapat difahami bahwa belajar adalah proses perubahan yang menetap dari tingkah laku individu sebagai hasil pengalaman, ilmu pengetahuan, dan interaksi dengan lingkungan. Dari kegiatan belajar inilah ilmu akan lahir dan terus berkembang sesuai interaksi sosial yang terus mengikuti arus perkembangan zaman.
11. Perpaduan Kompetensi, Kerja Sama dan Solidaritas
Peserta didik perlu berkompetisi, berkerjasama, dan mengembangkan solidaritasnya. Kegiatan pembelajaran perlu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan semangat fastabiqul khairat (kompetensi), taawun (kerjasama), dan tasamuh (kerjasama).
Untuk menciptakan suasana kompetensi kerjasama dan solidaritas, kegiatan pembelajaran dapat dirancang dengan metode pemberian togas (resitasi) atau tugas-tugas yang mungkin bekerja mandiri, atau juga kerja kelompok.[24]
12. Belajar Melalui Peninjauan
Sejak fase-fase awal kehidupan manusia banyak sekali belajar melalui peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang-orang disekitarnya, khususnya dari kedua orang tuanya. Kecenderungan manusia meniru belajar lewat peniruan, menyebabkan keteladanan menjadi sangat penting dalam proses belajar mengajar.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kite saksikan tindakan keagamaan yang dilakukan oleh anak-anak pada dasarnya mereka peroleh dari meniru. Berdo'a dan sholat mislanya, mereka laksanakan hasil dari melihat perbuatan dilingkungannya, baik berupa pembiasaan atau pengajaran yang intensif.
Agar peserta didik meniru yang positif dan baik dari pendidiknya, maka pendidik harus menjadikan diri sebagai sumbernorms, budi yang luhur, dan perilaku yang elok.[25]
13. Belajar Melalui Pembiasaan
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan anak. Hasil yang dilakukan pembiaaan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih dahulu, dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mingkin.[26]


                                    Proses pembelajaran dari pendidik kepada peserta diidik hendaknya dalam hal pembiasaan ini langsung dicontohkan oleh guru, karena guru adalah teladan baik yang harus diikuti peserta didik yang kemudian menjadi sebuah pembiasaan yang dilakukan peserta didik.
Dalam paradigma jawa, pendidik diidentikkan dengan istilah guru (gu dan ru) yang berarti “digugu” dan “ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karana guru memiliki  seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan panandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karena segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta didik. Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak sekedar transformasi ilmu, tetapi tugas guru juga bagaimana ia mampu menginternalisasikan ilmunya kepada peserta didik. Pada tataran ini terjadi singkronisasi antara apa yang diucapkan oleh guru (didengar oleh peserta didik) dan yang dilakukanya (dilihat oleh peserta didik).[27]

Dari pengertian tersebut, bahwa guru adalah orang yang telah mengkhususkan dirinya untuk melakukan kegiatan menyampaikan ilmu pengetahuan terhadap peserta didiknya sebagai pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Lebih khusus lagi guru pendidikan agama islam harus mampu menjadi karakter yang baik yang layak untuk digugu (dipercaya) dan ditiru (diikuti).


BAB III
TANGGAPAN

Agama Islam merupakan agama yang akan membawa kita kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Usaha untuk memahaminya sangat penting, maka dari itu kita perlu memahami Islam melalui berbagai dimensi dan dengan berbagai pendekatan, salah satunya yaitu dari dimensi pendidikan. Karena dengan dimensi pendidikan, khususnya dalam pendidikan ilmu agama islam, tentunya manusia akan memperoleh kebahagiaan didunia dan akhirat.
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits. Setiap pendidikan itu tidak terlepas dari yang namanya proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan proses dimana seorang pendidik memperikan pengetahuan berupa ilmu kepada peserta didik untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Manusia merupakan mahluk hidup yang tidak bisa terlepas dari kegiatan pendidikan, untuk itu manusia harus terus berkembang demi tercapainya keberhasilan dalam kegiatan pendidikan sesuai dengan harapan yang tertuang dalam visi dan misi dalam dunia pendidikan. Manusia perlu memperbaiki sistem pendidikan yang dijalankan, baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi demi tercapainya keberhasilan dalam dunia pendidikan, lembaga pendidikan perlu mengetahui memahami dan menjalankan sistem pelaksanaan pendidikan sesuai dengan standar yag telah detetapkan. Dalam pelaksanaan pendidikan, suatu lembaga pendidikan harus benar-benar memahami hakikat kenapa pendidikan itu dilakukan. Pada hakikatnya tujuan adanya suatu lembaga pendidikan adalah guna memfasilitasi agar terlaksananya proses belajar mengajar yang baik.



Pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia yang agamis dan menanamkan aqidah keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah SWT. Apabila dikaitkan dengan pengajaran agama Islam yang harus disampaikan kepada siswa di sekolah atu madrasah, maka batasanya terletak pada metode atau teknik apakah yang lebih cocok digunakan dalam penyampaian materi agama tersebut. Prinsip-prinsip pengajaran yang bagaimanakah yang seharusnya diterapkan oleh setiap guru dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar, berhasil tidaknya tujuan dalam proses pembelajaran disekolah merupakan tanggung jawab guru. Maka dari itu sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, guru harus mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan pengajaran tersebut. Seperti halnya mempersiapkan materi pengajaran, metode pembelajaran, dan hal lain yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Sebelum mengatahui metode pembelajan, guru harus mengetahui tentang prinsip-prinsip metode pembelajaran.
Prinsip metode mengajar Pendidikan Agama Islam merupakan usaha yang dilakukan pendidik untuk menciptakan situasi belajar mengajar secara efektif dan efesien dengan harapan agar peserta didik dapat belajar dengan optimal.

Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik apabila semua komponen-komponen pengajaran tersebut dapat terpenuhi. Proses belajar akan lebih bermakna dan berjalan secara optimal jika para pendidik memperhatikan prinsip-prinsip belajar dan dapat mengkorelasikan prinsip yang satu dengan yang lainya agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan.
Prinsip-prinsip pengajaran diantaranya yaitu individualitas, motivasi, aktivitas, minat dan perhatian, minat dan perhatian, peragaan, pengulangan, keteladanan,dan pembiasaan.
Dalam kegiatan belajar mengajar tersebut, seorang pendidik tidak hanya menyampaikan materi saja, tetapi juga harus bisa membuat para siswa mudah memahami materi tersebut.
Prinsip pembelajaran pendidikan Islam ditegakkan atas dasar yang sama dan berpangkal dari pandangan Islamsecara filosofis terhadap jagad raya, manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan dan Akhlak. Pandangan Islam terhadap masalah-masalah tersebut, melahirkan berbagai prinsip dalam pendidikan Islam.
Prinsip-prinsip pembelajaran dalam pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa aspek, dalam perumusan prinsip tersebut yaitu:
a.    Pendidikan Islam tidak mengenal antara pemisahan pendidikan sains dengan agama.
b.    Pandangan Islam yang menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan mewujudkan adanya keseimbangan.
c.    Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam tujuan-tujuan, kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupa untuk selalu memperbarui diri dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
d.   Pendidikan Islam hendaklah meliputi seluruh aspek kepribadian manusia dan melihat manusia dengan pandangan yang menyeluruh dari berbagai aspek, yaitu jiwa, badan dan akal, sehingga nantinya pendidikan Islam mampu diarahkan pada pendidikan jasmani, pendidikan jasmani, dan pendidikan aka










BAB IV
KESIMPULAN

A.   Kesimpulan
Islam merupakan agama yang sangat memandang penting pendidikan, karana pendidikan merupakan hal penting bahkan menjadi inti dalam pelaksanaan syariat islam itu dijalankan, karna jikalau dikaji secara mendalam, ibadah dapat diterima apabila dalam pelaksanaannya dilandaasi dengan ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan hanya dapat diperoleh dengan pendidikan. Dari hal itulah islam juga sangat memperhatikan hal pendukung tercapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri, karena walau bagaimanapun, proses pendidikan Islam telah, sedang dan akan terus berjalan mengikuti perkembangan zaman.
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Penggunaan prinsip mengajar dapat direncanakn pendidik sebelumnya, bisa pula secara spontan dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses berlangsungnya belajar mengajar, terutama bila kondisi belajar siswa sudah menurun.[28] Prinsip-prinsip pengajaran diantaranya yaitu individualitas, motivasi, aktivitas, minat dan perhatian, minat dan perhatian, peragaan, pengulangan, keteladanan,dan pembiasaan. Prinsip-prinsip tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan. Dengan prinsip-prinsip tersebut berharap pengajaran yang diberikan dapat membawa hasi yang memuaskan.

Prinsip-prinsip pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang menjadi tolak ukur dalam keberhasilan proses pembelajara PAI yaitu:
1.         Berpusat pada peserta didik
2.         Belajar dengan melakukan
3.         Mengembangkan kemampuan sosial
4.         Mengembangkan kreatifitas peserta didik
5.         Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi
6.         Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
7.         Belajar sepanjang hayat
8.         Perpaduan Kompetensi, Kerjasama, dan Solidaritas
9.         Belajar melalui peniruan
10.     Belajar melalui pembiasaan


















DAFTAR PUSTAKA


Al-Qur’anul Karim
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 )
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisidan Moderenisasi Menuju Milinium Baru, (Jakarta : Kalimah, 2001)
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011)
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta-Rineka Cipta, 2010)
Nana Sudiana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Sinar Baru Algensin,2002)
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung Sinar Baru Algensindo, 2002)
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009)
Ramayulis, Melodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Kalam Mulia,2010)
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,( Jakarta: Rineka Cipta, 2010 )



[1] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hal. 137
[2]Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 ), hal. 130-132.
[3] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisidan Moderenisasi Menuju Milinium Baru, (Jakarta : Kalimah, 2001). hlm 5
[4] Al-Qur’anul Karim (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5).
[5]Al-Qur’anul Kariim (Q.S. Al-Qashas:77)
[6]Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 ), h.130 – 132.
[7]Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta-Rineka Cipta, 2010), hal.169
[8]Nana Sudiana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Sinar Baru Algensin,2002) hal.160
[9] Q.S. Ar-Ra’du, ayat 11
[10]Ramayulis, Melodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Kalam Mulia,2010), h. 98
[11]Ibid.,
[12]Ibid.,
[13] Ibid, hal. 99
[14] Ibid, hal. 100
[15] Q.S. Al-Hujarat : 13
[16]Ibid.,
[17]Ibid.,
[18]Ibid., hal. 101
[19]Ibid., hal. 102
[20]Ibid, hal. 103
[21] Ibid.,
[22] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,( Jakarta: Rineka Cipta, 2010 ) hal. 2.
[23] Ibid.,
[24] Ibid, hal. 104
[25] Ibid.,
[26] Ibid.,
[27] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011) cet. II, h. 87.
[28] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung Sinar Baru Algensindo, 2002), hal. 160

0 komentar:

Posting Komentar