BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Interaksi
adalah hubungan timbal batik antara satu individu dengan individu
yang lain. Interaksi akan selalu berkaitan dengan komunikasi atau hubungan,
komunikasi merupakan bagian yang penting bagi manusia sebab dengan komunikasi hidup manusia
akan terjamin.
Belajar
adalah perubahan tingkah atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan
sebagainya.[1]Belajar
tidak hanya berupa mengingat tetapi juga mengalami, sebab sesuatu dikatakan
belajar jika dilakukan secara terus menerus.
Sejalan dengan pengertian belajar tersebut, Sardiman dalam bukunya Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar (2012:20) meyatakan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku, penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.
Tujuan
belajar yang utama ialah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di kemudian
hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan care yang lebih
mudah.[2]
Mengajar
adalah penyampaian pengetahuan pada peserta didik. Mengajar pada dasarnya
merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau lingkungan yang mendukung
dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Pengertian lain tentang
mengajar yaitu diartikan. sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan peserta didik
sehingga ter adi proses belajar,
![Text Box: uqèd üÏ%©!$# tAtRr& y7øn=tã |=»tGÅ3ø9$# çm÷ZÏB ×M»t#uä ìM»yJs3øtC £`èd Pé& É=»tGÅ3ø9$# ãyzé&ur ×M»ygÎ7»t±tFãB ( $•Br'sù tûïÏ%©!$# Îû óOÎgÎ/qè=è% Ô÷÷y tbqãèÎ6®Kusù $tB tmt7»t±s? çm÷ZÏB uä!$tóÏGö/$# ÏpuZ÷GÏÿø9$# uä!$tóÏGö/$#ur ¾Ï&Î#Írù's? 3 $tBur ãNn=÷èt ÿ¼ã&s#Írù's? wÎ) ª!$# 3 tbqãź§9$#ur Îû ÉOù=Ïèø9$# tbqä9qà)t $•ZtB#uä ¾ÏmÎ/ @@ä. ô`ÏiB ÏZÏã $uZÎn/u 3 $tBur ã©.¤t HwÎ) (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇÐÈ
7. Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.](file:///C:/Users/Syafaat/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.png)
Kegiatan
mengelola, interaksi belajar-mengajar guru harus memiliki dua modal dasar,
yakni kemampuan mendesain
program dan keterampilan mengomunikasikan program tersebut kepada siswa.
Penjelasan diatas Allah yang maha mengetahui
dan Rasulullah SAW. Banyak menyebutkan keutamaan ilmu dan ahlul ilmi dalam
Al-Qur’an dan as-sunnah. Kata ilmu dengan berbagi bentuknya terulang 854 kali
dalam Al-Qur’an. Ilmu berasal dari ‘ilm, kata jadian dari aalimun. Dalam bahasa
arab, alima sebagai kata kerja yang berarti tahu atau mengetahui. Sedangkan
kata ulama jama’ dari kata ‘aalimun yang berarti orang yang mempunyai ilmu. [3]
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sepuluh Kompetensi Guru
Dalam pendidikan guru
dikenal adanya "Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi".
Mengenai kompetensi guru ini, ada berbagai model cara mengklasifikasikan.
Sepuluh kompetensi guru itu meliputi menguasai bahan, mengelola program belajar
mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/sumber, menguasai landasan
kependidikan, mengelola interaksi belajar-mengajar, menilai prestasi siswa
untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan menyelanggarakan administrasi
sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan
pengajaran.
1. Menguasai
bahan.
Sebelum guru itu tampil
di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu
harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa
yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal penguasaan
bahan, guru akan dapat menyampaikan mater pelajaran secara dinamis dalam hal
ini yang dimaksud "menguasai bahan" bagi seorang guru, akan
mengandung dua
lingkup penguasaan materi, yakni :
a.
Menguasai bahan
bidang studi dalam kurikulum sekolah
b.
Menguasai bahan
pengayaan/penunjang bidang studi.[4]
Menguasai
bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah, yang dimaksudkan dalam hal ini guru
harus menguasai bahan sesuai dengan materi atau cabang ilmu pengetahuan yang
dipegangnya, sesuai dengan yang tertera dalam kurikulum sekolah.
2. Mengelola
program belajar-mengajar
Guru yang kompeten juga
harus mampu mengelola program belajar mengajar. Dalam
hal ini ada beberapa, langkah yang harus ditempuh oleh guru.
Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan
tujuan instruksional / pembelajaran.Mengenal dan dapat
b. Menggunakan
proses instruksional yang tepat
c. Melaksanakan
program belajar mengajar
d. Mengenal
kemampuan anak didik
e. Merencanakan
dan melaksanakan program remedial
Didalam
Point-point Kompeten guru ini tentulah wajib dimiliki oleh semua guru dari
bidang study apapun, karateristik guru itu sendiri, maka gurulah yang harunya
mampu mempunyai kompeten ini, mampu menjalankan, mempraktikkan, dan
mencontohkan dengan baik
Langkah-langkah yang
ditempuh dalam memecahkan kesulitan belajar secara
umum ialah :
a.
Diagnose, meliputi
:
1)
Identifikasi
kasus
2)
Lokalisasi jenis
dan sifat kesulitan
3)
Menetapkan
faktor penyebab kesulitan
b.
Prognose, yaitu
mengadakan estimasi tentang kesulitan
c, Terapi, yaitu
menemukan berbagai kemungkinan dalam rangka penyembuhan
kesulitan,
3. Mengelola
kelas
Untuk mengajar suatu
kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan
kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses mengajar. Kalau belum
kondusif, guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk membenahinya.
Oleh karena itu, kegiatan
mengelola kelas akan menyangkut
"mengatur tats ruang kelas yang memadai untuk pengajaran" dan
"menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi".
Mengelola
kelas bukan tugas yang mudah, bagaimana
meyusun tempat duduk siswa, bagaimana menyampaikan materi dengan baik,
memanfaatkan sumber daya yang ada, sehingga terciptalah kondisi kelas yang
efektif dan efisien, bukan tidak mungkin masih banyak kita jumpai
sekolah-sekolah yang kurang dari segi fasilitas, sehingga proses kegiatan
belajar mengajar kurang begitu efektif dikelas, gunanya guru yang mampu
mengelola kelas inilah yang dibutuhkan untuk dapat mensukseskan kegiatan
belajar mengajar dikelas, intinya guru harus mampu memanfaatkan kondisi kelas
yg ada. Sehingga pengelolaan kelas dapat efektif dan efisien
4. Menggunakan
media atau sumber
Berikut ini adalah
beberapa, langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
menggunakan media :
a. Mengenal,
memilih dan menggunakan sesuatu media
b. Membuat
alat-alat bantu pelajaran yang sederhana
c. Meggunakan
dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar
d. Menggunakan
buku pegangan/buku sumber
e. Menggunakan
perpustakaan dalam proses belajar mengajar
f. Menggunakan
unit microteaching dalam program pengalaman lapangan
5. Menguasai
landasan-landasan kependidikan
Pendidikan
adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan
bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha
menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa.
Mengingat hal itu, maka sistem pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan
keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara pengembangan
kuantitas dan pengembangan kualitas serta antara aspek lahiriah
dan aspek rohaniah.
6. Mengelola
interaksi belajar-mengajar
Di
dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara
guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian
di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer
of knowledge dan transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen
yang serasi antara komponen yang satu dengan komponen yang lai
7. Menilai
prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
Guru harus mampu
menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Dengan mengetahui prestasi belajar
siswa, apalagi. secara individual. Dalam hal
ini guru mengambil langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Mengumpulkan
data hasil
belajar siswa
b. Menganalisis
data hasil belajar siswa
c. Menggunakan
data hasil belajar siswa
8. Mengenal
fungsi dan penyuluhan di sekolah
Bimbingan
dan penyuluhan terdiri dua kata "bimbingan" dan "penyuluhan"
yang merniliki makna tersendiri. Bimbingan oleh Arthus J. Jones
diartikan bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada orang lain agar
orang itu berdasarkan kemampuan intelegensinya mampu mengadakan
penyesuaian diri yang layak. Kemudian L. D Crow dan A. Crow
mengartikan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan Counselors
pada,
setiap individu untuk memperkembangkan kemampuan mengadakan
keputusan-keputusan sendiri dan mengarahkan jalan hidupnya.
Konseling dalam hal ini diartikan sebagai suatu hubungan dinamis
yang bersifat pribadi antar dua orang yang bersama-sama mendekati
suatu permasalahan yang telah didefinisikan bersama.
9. Mengenal
dan menyelenggarakan Administrasi sekolah
Guru
di sekolah di samping berperan sebagai pengajar, pendidik dan
pembimbing juga sebagai administrator. Dengan demikian, guru harus mengenal
dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Ada dua pekerjaan pokok
administrasi sekolah/kelas bagi guru, yakni recording dan reporting.
10. Memahami
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penenlitian pendidikan guna keperluan
pengajaran.
Guru
harus dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan
proses belajar mengajar. Selain itu hal yang penting adalah
guru juga harus dapat membaca dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan,
Dengan ini guru akan
akan mendapatkan masukan yang bisa diterapkan untuk
keperluan proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan tugas
ilmu dan penelitian itu sendiri. Tugas-tugas itu sebagai berikut :
a. Mencandrakan
atau mengadakan
deskripsi
b. Menerangkan
(eksplanasi)
c. Menyusun
teori
d. Prediksi
e. Pengendalian
Kompetensi
guru dikembangkan berdasarkan pada analisis tugas-tugas yang harus dilakukan
guru. Oleh karena itu, sepuluh kompetensi tersebut secara operasional akan mencerminkan fungsi dan
peranan guru dalam membelajarkan anak didik/siswa.
Dalam
hubungannya dengan pembentukan tenaga profesional kependidikan, kompetensi itu
akan menunjuk kepada suatu perbuatan performance yang
bersifat rasional dan memiliki spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas
pendidikan. Dalam hubungan ini, istilah kompetensi digunakan dalam dua konteks
yaitu sebagai indikator kemampuan yang menunjuk kepada perbuatan yang
diobservasi dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif dan afektif
dengan tahap-tahap pelaksanaannya.
B.
Microteaching sebagai Latihan Mengelola Interaksi Belajar-Mengajar
1.
Latar Belakang
Timbulnya Microteaching
Tugas dan tanggung jawab guru
sangat lulus,
tetapi tugas mengajar di depan kelas merupakan salah satu tugas
yang sangat penting. Demikian pentingnya sehingga berhasil atau
tidaknya seorang guru sering
diukur hanya dari aspek ini. Guru akan dikatakan
pandai kalau dapat mengajar di muka kelas dengan
baik.
2.
Pengertian
Microteaching
Microteaching
merupakan salah satu usaha baru
yang berorientasi pada upaya pengembangan
dan peningkatan profesi guru, khususnya keterampilan mengajar
di depan kelas, dalam kegiatan ini mahasiswa atau calon
guru selama berlatih praktik mengajar, bentuk penampilan dan keterampilannya
selalu dimonitor dan dalam keadaan terkontrol oleh para supervisor.
Dengan demikian, proses tersebut dapat diatur menurut kebutuhan
serta disesuaikan dengan tujuan yang akan
dicapai, microteaching sering
diartikan Sebagai "mengajar dalam bentuk yang mini .
Microteacing
memiliki ciri-ciri pokok yakni : jumlah subjek belajar sedikit, bekisar 5-10 orang, waktu mengajar terbatas sekitar 10
menit, bahan yang dikontakkan
terbatas, komponen mengajar yang dikembangkan
terbatas.
C.
Faktor-faktor Interaksi Belajar-Mengajar
Sebagaimana diketahui
bahwa proses pengajaran pada hakikatnya merupakan
rangkaian kegiatan komunikasi antara guru dan siswa. Menurut Hamalik
dalam bukunya proses Belajar Mengajar (2011:77).[5]
Proses pengajaran ditandai
oleh adanya interaksi antar komponen pembelajaran. Komunikasi
antar dua
subjek ini dipengaruhi oleh berbagi faktor yang mendasari
terjadinya interaksi belajar mengajar meliputi:
1.
Faktor Tujuan
Terdapat
istilah tujuan, baik yang bersifat umum maupun khusus dengan
rincian sebagai berikut :
a. Tujuan
umum sebagai suatu statemen umum yang memberikan gambaran dan arah yang akan dituju, menjadi pangkal
tolak, ide, inspirasi dan pengarahan.
b. Tujuan
khusus, dalam gambaran khusus tertulis suatu kegiatan peserta didik setelah
menjalani interaksi pengajaran. Kegiatan yang tertulis dalam tujuan khusus ini
sering dinyatakan
dalam bentuk perbuatan yang dalam istilah lain disebut behavior. Dalam
memantapkan rumusan tujuan khusus, maka berhubungan dengan dua hal yaitu
kesesuaian dan kegunaan.
c. Tujuan
pendidikan yang bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis,
yakni tujuan kognitif, tujuan afektif, dan tujuan psikomotorik.
2. Faktor Bahan Atau
Materi Pengajaran
Penguasaan
materi oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik atas
kecakapan yang diajarkannya. Mengingat isi, sifat dan luasnya ilmu, maka
guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang
akan diajarkannya kedalam bidang ilmu yang bersangkutan.
3. Faktor
Guru Dan Peserta Didik
Guru
dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pembelajaran-
Guru sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang
telah ditentukan, sedangkan peserta didik langsung menuju pada arah tujuan
melalui aktivitas dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai
sumber belajar atas bimbingan guru.
Dalam
pemikiran Imam Ghazali yang ditulis oleh Uci Hidayatul Khafidoh mengatakan bahwa tugas seorang pengajar atau
guru itu sesuatu yang mulia. Kemuliaan
ini mengandung dua kemanfaatan yaitu :
a.
Bagi orang yang
mengajar (guru) yang menyampaikan ilmu pengetahuan maka ia akan semakin bertambah pengetahuan dan
pengalamannya.
b.
Bagi orang yang
diberi ilmu pengetahuan (peserta didik) akan semakin bertambah pula pengetahuan dan pengalamannya hingga, mereka dapat mengambil
manfaat dari ilmu tersebut.
Al-Qur’an
senantiasa memberi petunjuk dan mendorong manusia un tuk menggunakan akalnya.
Penggunaan akal itu biasa disebut dengan berfikir, bertaffakur, bertadabbur,
refleksi atau kontemplasi. Banyak ayat Al-Qur’an yang tidak henti-hentinya
menyeru manusia untuk menggunakan akalnya secara maksimal. Begitu juga dengan
sabda Rasulullah Saw. Bersabda kepada Abu Dzar :
“ Wahai Abu Dzar, Shalat 2 rakaat yang
dilakukan dengan perenungan dan pemikiran ( Sehingga menghasilkan Kehadiran
hati ) adalah lebih baik dari Shalat malam ( Qiyamul lail ) yang hatinya lalai”
4. Faktor Metode
Metode
adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum. la berfungsi
sebagai alat
untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan yang akan dicapai
tersebut merupakan faktor utama yang menentukan suatu metode. Metode
dalam pembelajaran dapat digunakan secara bergantian sesuai dengan
pembahasan materi yang diajarkan.
5. Faktor
situasi
Situasi
adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk
dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta
didik, seperti faktor kelelahan dan semangat belajar. Juga keadaan cuaca,
keadaan guru, keadaan sarana dan prasarana yang memadai yang mungkin
mengganggu atau menghambat dalam proses pembelajaran.
Dari
uraian diatas dapat kita ambil
kesimpulan bahwa pembelajaran disekolah sebaik apapun secanggih apapun tanpa di
backup dari kondisi lingkungan, keluarga, pergaulan itu semua akan menjadi
sia-sia, karena proses pembelajaran yang baik disekolah dirusak oleh
faktor-faktor negatif itu, tetapi sebaliknya, kalau faktor-faktor tadi
mendukung, proses pembelajaran akan semakin berhasil.
D.
Pola Interaksi dalam Pembelajaran
Dalam
proses interaksi antara guru dan siswa memiliki pola yang meliputi sebagai
berikut :
1. Pola
dasar interaksi
Dalam
pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi
unsur guru, isi pembelajaran dan siswa yang mendominasi proses
interaksi dalam pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru mendominasi
proses interaksi, adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya
juga siswa yang mendominasi interaksi tersebut atau bahkan
adakalanya
antara guru dan siswanya secara seimbang saling mendominasi.
2. Pola
interaksi berpusat pada isi
Dalam
proses pembelajaran
terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran, di satu sisi
siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut namun
kegiatan tersebut masih berpusat pada isi atau materi pembelajaran.
3. Pola
interaksi berpusat pada guru
Pada
pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru,
pada umumnya terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian
isi atau materi pembelajaran.
4. Pola
interaksi berpusat pada siswa
Pada
pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa,
siswa merencanakan sendiri materi
pembelajaran apa
yang akan dipelajari dan
melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi pembelajaran
tersebut. Peran guru lebih banyak bersifat permisif
E.
Komponen Keterampilan Mengajar
Berbagai
peranan guru, dibutuhkan keterampilan dalam pelaksanaannya.
Mengajar merupakan usaha yang sangat kompleks, sehingga
sulit untuk menentukan tentang bagaimanakah mengajar yang baik.
pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang baik dapat menjadi petunjuk
tentang pengetahuan seorang guru dalam mengakumulasi dan mengaplikasikan
segala pengetahuan keguruannya. Keterampilan mengajar
dibagi dalam 3 klasifikasi, yakni aspek materi, modal kesiapan, dan
keterampilan operasional.[6]
1.
Aspek materi
Aspek ini berhubungan
erat dengan masalah yang dikontakkan kepada siswa. Tentang bagaimana menarik
perhatian siswa, perhatian guru terhadap bahan yang
sedang dibahas, urutan penyajian bahan, menciptakan hubungan,
dan mengakhiri pembahasan. Untuk ini akan dibicarakan satu per
satu.
a. Interes
b. Titik
pusat
c. Rantai Kognitif
d. Kontak
e. Penutup
2. Modal kesiapan
Pada bagian ini diuraikan berbagai
sikap yang harus diperhatikan guru
selama memimpin belajar siswa. Berikut diuraikan secara satu persatu :
a.
Gerak
b.
Suara
c.
Titik Perhatian
d.
Variasi Penggunaan media
e.
Variasi Interaksi
f.
Isyarat ( Verbal )
g.
Waktu Selang
3.
Keterampilan Tradisional
Keterampilan
yang dimaksudkan meliputi, Membuka Pelajaran, memberikan motivasi dan
melibatkan siswa, mengajukan pertanyaan, menggunakan isyarat nonverbal,
menanggapi murid, dan menggunakan waktu.
Komponen ketrampilan mengajar adalah salah satu
hal penting yang harus dimiliki oleh guru dan peserta didik, ketika dua
komponen ini saling mendukung, proses kegiatan pembelajaran pasti akan berjalan
dengan baik.
F. Pembelajaran Konteksual
Pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning ( CTL ) merupakan konsep
pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan
situasi di dunia nyata siswa yang dipelajari dengan penerapannya dalam
kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga masyarakat.[7]
Dalam
kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuannya.
Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas
guru adalah mengelola kelas agar kelas menjadi kondusif untuk belajar siswa.
Ada tujuh aspek Pembelajaran kontekstual diantaranya :
a.
Teori Konstruktif
b.
Menemukan ( Inkuiri )
c.
Bertanya
d.
Masyarakat belajar ( Learning Community )
e.
Pemodelan
f.
Refleksi
g.
Penilaian yang autentik ( authentic assessment )
BAB
III
TANGGAPAN
Guru
sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan, disamping memahami hal-hal
yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan
hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama
kegiatan mengelola dan melaksanakan interksi belajar-mengajar. Di dalam
kegiatan mengelola interaksi belajar-mengajar, guru paling tidak harus memiliki
dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain program dan keterampilan
mengkomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal ini telah terumuskan
di dalam sepuluh kompetensi guru, dan memang “Mengelola interaksi belajar
mengajar” itu sendiri merupakan salah satu kemampuan dari sepuluh kompetensi
guru.
Sehubungan
dengan itu, Pembahasan tentang pengelolaan interaksi belajar mengajar di
uraikan sepuluh kompetensi guru sebagai sumber dan dasar umum atau sarana
pendukung serta microteaching sebagai
program latihan dan beberapa komponen keterampilan mengajar sebagai pelaksanaan
interaksi belajar mengajar
BAB
IV
KESIMPULAN
Dalam
pendidikan guru dikenal adanya “Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi”
Kompetensi guru ini meliputi : Menguasai bahan mengelola program belajar
mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/Sumber, menguasai landasan
kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa
untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan menyelanggarakan adminitrasi
sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran.
Guru
sangat berperan, dibutuhkan keterampilan dalam pelaksanannya, keterampilan
mengajar dibagi dalam 3 klasifikasi, yakni aspek materi, modal kesiapan, dan
keterampilan operasional.
Dalam proses antara guru dan siswa memiliki pola yang
meliputi :
a.
Pola dasar interaksi
b.
Pola Interaksi berpusat pada isi
c.
Pola Interaksi berpusat pada guru
d.
Pola Interaksi pada siswa
BAB
V
DAFTAR
RUJUKAN
Sardiman A.M, Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2012 )
Tim Baitul Kilmah, Ensiklopedia
Pengetahuan Al-Qur’an dan Hadist Cetakan
kedua ( Jogjakarta : Kamil Pustaka)
Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta
: Bumi Aksara, 2011 )
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar dan
Mengajar,
( Jakarta : PT Bumi Aksara )
[2] S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam
Proses Belajar & Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1992) h. 3.
[3] Tim Baitul
Kilmah, Ensiklopedia Pengetahuan
Al-Qur’an dan Hadist Cetakan kedua ( Jogjakarta : Kamil Pustaka 2004 ) h, 120
0 komentar:
Posting Komentar