A.
Pendahuluan
Guru sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan disamping
memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui
dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis
ini, terutama mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar, guru
paling tidak harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain program
dan keterampilan mengomunikasikan program itukepada anak didik. Dua modal ini
telah merumuskan di dalm sepuluh kompetensi guru, dan memang mengelola
interaksi belajar mengajar itu sendiri merupakan salah satu kemampuan dari
sepuluh kompetensi guru. Sehubungan dengan itu, maka pada pembahasan
pengelolaan interaksi belajar mengajar berikut ini akan diuraikan “sepuluh
kompetensi guru” sebagai sumber dan dasar umum atau sarana pendukung serta microteaching
sebagai program latihan dan “beberapa komponen keterampilan belajar” sebagai
kegiatan pelaksanaan interaksi belajar-mengajar.
Berikut ini pemakalah akan menyampaikan materi berkaitan dengan Pengelolaan
Interaksi Belajar Mengajar. Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk
memahami serta mendalami apa saja yang perlu di persiapkan dalam rangka
melaksanakan Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar secara umum.
1.
Pengertian Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar
Pengelolaan
berarti proses, perbuatan, cara mengelola.[1]
Sedangkan interaksi mempunyai arti aksi timbal balik.[2] Ada
beberapa definisi tentang belajar antara lain:[3]
a)
Cronbach memberikan definisi:
learning is shown by a change in behavior as a result of eperience.
b)
Harold Spears memberikan batasan: learning is to observe, to
read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
c)
Geoch, mengatakan: learning is a change a performance as a
result of prractice.
Dalam
pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan
sebagai usaha pengusasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian
kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.[4]
Sedangkan
mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau
sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Dalam pengertian luas
mengajar diartikan sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi
proses belajar.[5]
Belajar dan
mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan
pengajaran. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh individu (siswa),
sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin
belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala
terjadi hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat
pengajaran berlangsung.[6]
Dalam
pendidikan, interaksi bersifat edukatif dengan maksud bahwa interaksi itu
berlangsung dalam rangka untuk mencapai tujuan pribadi anak mengembangkan
potensi pendidikan. Jadi, interaksi dalam hal ini bertujuan membantu pribadi
anak mengembangkan potensi sepenuhnya, sesuai dengan cita-citanya serta
hidupnya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat dan negara. Dalam
interaksi itu harus ada perubahan tingkah laku dari siswa sebagai hasil belajar.
Di mana siswa yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar dan
guru hanya berperan sebagai pembimbing.[7]
Interaksi belajar
mengajar ialah hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid)
yang harus menunjukkan adanya hubungan yang bersifat edukatif (mendidik).[8] Di
mana interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat
mendidik, yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan.
Dari keterangan
di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengelolaan interaksi belajar mengajar yang
dimaksud di sini adalah cara mengelola terkait interaksi belajar mengajar atau
hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik guna mencapai suatu
tujuan tertentu.
2.
Sepuluh Kompetensi Guru
Dalam pendidikan
guru dikenal adanya “Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi”. Mengenai
kompetensi guru ini, ada berbagai model cara mengklasifikasikan. Untuk program
SI salah satunya dikenal adanya “Sepuluh Kompetensi Guru” yang merupakan profil
kemampuan dasar bagi seorang guru. Sepuluh kompetensi guru itu meliputi:
menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas,
menggunakan media/sumber, menguasai landasan kependidikan mengelola interaksi
belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal
fungsi dan program layanan bimbingan dan penyulihan, mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan hasil
penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut: [9]
1.
Menguasai Bahan
Sebelum guru tampil didepan kelas untuk mengelola interaksi belajar
mengjar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan
sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar
mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi
pelajaran secara dinamis. Dalam hal ini yang dimaksud menguasai bahan bagi
seorang guru akan mengandung dua lingkup penguasaan materi, yakni:
a.
Menguasai bhaan bidang studi dalam kurikulum sekolah
b.
Menguasai baha pengayaan/penunjang bidang studi
Menguasai
bhaan bidang studi dalam kurikulum sekolah yang dimaksud adalah guru harus
menguasai bahan sesuai dengan materi atau cabang ilmu pengetahuan yang dipegangnya
sesuai dengan yang tertera dalam kurikulum sekolah. Kemudian agar dapat
menyampaikan materi itu lebih dinamis, guru juga harus menguasai bahan
pelajaran lain yang dapat memberi pengayaan serta memperjelas dari bahan-bahan
bidang studi yang dipegang guru tersebut.
2.
Mengelola program belajar mengajar
Guru yang kompeten, juga harus mampu mengelola program belajar
mengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru.
Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut:
a.
Merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran
b.
Mengenal dan dapat menggunakan proses intruksional yang tepat
c.
Melaksanakan program belajar mengajar
d.
Mengenal kemampuan anak didik
e.
Merencanakan dan melaksanakan program remidial
3.
Mengelola kelas
Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas,
yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar
mengajar. Kalau belum kondusif, guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk
membenahinya. Oleh karena itu, kegiatan mengelola kelas akan menyangkut
mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajarna dan menciptakan iklim
belajar mengajar yang serasi.
4.
Menggunakan media/sumber
Berikut ini adalah beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh
guru dalam menggunakan media:
a.
Mengenal, memilih dan menggunakan suatu media
b.
Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana.
c.
Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar
d.
Mengunakan buku pegangan/buku sumber.
e.
Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
f.
Menggunakan unit microteaching dalam program pengalaman
lapangan
5.
Menguasai landasan-landasan kependidikan
Rumusan pendidikan nasional didasari pada Pancasila dan UUD 1945.
Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 merupakan landasan
konstitusional. Di dalam UUD 1945 Bab
XIII Pasal 31 dijelaskan bahwa:
a.
Tiap-tiap warga negara berhak pendapat pengajaran
b.
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan undang-undang.
Dalam GBHN telah diberikan arah dan tujuan sistem pendidikan
nasional, yakni sistem pendidikan yang berdasarkan pancasila. Dalam
pelaksanaannya rumusan yang telah ditetapkan dalam GBHN dan sekaligus telah
memberikan arah itu akan dijabarkan, melalui berbagai kebijakan pendidikan di
bidang pendidikan yang dalam hal ini ditangani oleh departemen pendidikan dan
kebudayaan. Pemerintah menetapkan berbagai kebijaksanaan yang akan melandasi
dan memedomani langkah atau proses pendidikan di berbagai lembaga pendidikan,
termasuk kegiaatan guru.
Dengan demikian jelas, guru sebagai salah satu unsur manusia dalam
kegiatan pendidikan harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan
nasional, baik dasar arah/tujuan dan kebijaksanaan pelaksanaannya seperti telah
diuraikan. Dengan memahami itu semua guru akan memiliki landasan berpijak dan
keyakinan yang mendorong cara berfikir dan bertindak edukatif di setiap situasi
dalam usaha menglola interaksi belajar mengajar. Tindakan edukatif itu disadari
oleh satu konsep bahwa manusia pada hakikatnya berhak menerima pendidikan.
Melaui pendidikan inilah akan menciptakan a fully function person
manusia yang berperan secara komprehensif, manusi seutuhnya atau manusia
selaras, serasi dan seimbang dalam pengembangan jasmani maupun rohani. Konsep
ini harus selalu memotivasi guru dalam kegiatan mengelola proses belajar
mengajar. Dengan kata lain, Pancasila, UUD 1945, GBHN merupakan landasan atau
falsafah bagi kegiatan guru dalam menjalankan berbagai ketetapan pemerintah
dalam bidang pendidikan.
6.
Mengelola interaksi belajar mengajar
Agar mampu mengelola interaksi belajar mengajar, guru harus
menguasai bahan/materi, mampu medesain program belajar mengajar, mampu
menciptakan kondisi kelas yang kondusif, termpil memanfaatkan media an memilih
sumber serta memahami landasan pendidikan sebagai dasar pendidikan.
7.
Menilai Prestasi Siswa Untuk Kepentingan Pengajaran
Setiap siswa pada hakikatnya memiliki perbedaan. Perbedaan semacam
ini dapat membawa akibat perbedaan pada kegiatan yang lain, misalnya soal
kreatifitas, gaya belajar bahkan juga dapat membawaakibat perbedaan dalam hal
prestasi belajar siswa. Persoalan ini perlu diketahui guru sehingga dapat
mengambil tindakan intruksional yang lebih tepat dan memadai.
8.
Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah
Bimbingan diartikan sebagai bantuan atau pertolongan yang diberikan
kepada orang lain agar orang lain itu berdasarkan kemampuan intelegensinya
mampu mengadakan penyesuaian diri yang layak. Tugas dari organisasi bimbingan
dan penyuluhan ini adalah merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan
mengendalaikan program bimbingan dan penyuluhan.
Prinsip konseling yang dapat digunakan untuk mengembangkan program
bimbingan dan penyuluhan di lembaga pendidikan/sekolah yakni:
a.
Konseling/penyuluhan merupakan bantuan yang diberikan secara
sengaja
b.
Prosesnya dilaksanakan melalui hubungan antarpersonal
c.
Sasaran konseling adalah konseli atau klien yakni mahasiswa (siswa)
agar dapat mengatasi hambatan yang dialami pada proses perkembangannya
d.
Tujuannya memberikan tuntunan agar konseli atau klien mampu memilih
dan menentukan cara-caranya sendiri untuk mengatasi hambatannya.
9.
Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
Administrasi sekolah berasal dari dua kata, administrasi dan
sekolah. Administrasi dapat diartikan sebagai kegiatan penyusunan keterangn
secara sistematis dan pencatatan secara tertulis dengan maksud untuk memperoleh
sesuatu ikhtisar mengenai keterangn itu dalam keseluruhan dalam kaitannya satu
sama lain.
Garis besar administrasi sekolah atau khusus administrasi kelas dapat
dkatakan sebagai kegiatan catat-mencatat dan lapor-melapor secara sistematis
mengenai informasi mengenai informasi tentang suatu sekolah/kelas. Dengan
demikian ada dua pekerjaan pokok dalam administrasi sekolah/ kelas bagi guru
yakni recording (catat-mencatat) dan reporting (lapor-melapor).
10.
Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran
Dalam rangka menumbuhkan penalaran dan pengembangan prosesbelajar
mengajar guru harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Setiap
mata pelajaran diharapkan dapat memancing baik siswa maupun guru untuk terus
dapat menjawab apa, mengapa dan bagaiman. Dengan demikian akan menambah
wawansan bagi guru dalam upaya mengambangkann interaksi belajar mengajar yang
lebih dinamis. Pertanyaan tersebut sesuai dengan prinsip “hasrat ingin tahu”
dari manusia itu sendiri. Selain itu, hal yang penting adlah guru harus dapat
membaca dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan. Dengan ini guru akan
mendapat masukan yang bisa diterapkan untuk keperluan proses belajar mengajar.
Hal ini sesuai dengan tugas ilmu dan ilmu pengetahuan itu sendiri. Tugas-tugas
itu adalah sebagai berikut:
a.
Mencandrakan atau mengadakan deskripsi maksudnya memberikan
gambaran secara jelas mengnai hal yang dipersoalkan
b.
Menerangkan (eksplanasi)
Maksudnya
menerangkan kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa
c.
Menyusun teori
Mksudnya
penelitian akan mencari dan merumuskan hukum-hukum atau mengenai hubungan
antara kondisi yang satu dengan yang lain atau hubungan peristiwa yang satu
dengan yang lain
d.
Prediksi
Maksudnya
ilmu dan pengetahuan bertugas membuat prediksi atau ramalan, estimasi dan
proyeksi mengenai peristiwa yang akan terjadi atau gejala yang akan muncul
e.
Pengendalian
Maksudnya
dengan penelitian berarti melakukan tindakan guna mengendalikan peristiwa atau
gejala.
3.
Microteching Sebagai Latihan Mengelola Interaksi Belajar Mengajar
1.
Pengertian microteaching
Secara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro
berarti kecil, terbatas, sempit dan teaching berarti pembelajaran.
Secara terminologis, micro teaching adalah redaksi yang
berbeda-beda namun mempunyai subtansi makna yang sama. Berikut pengertian micro
teaching menurut para ahli:[10]
1) Menurut cooper and
Allen (1971), pengajaran mikro (microteaching) merupakan
salah satu bentuk model praktek kependidikan atau pelatihan mengajar.
2) Menurut
Jensen (dalam Yatiman ,1999), pengajaran Micro
sebagai suatu sistem yang memungkinkan seorang calon guru mengembangkan
ketrampilannya dalam menerapkan teknik mengajar
tertentu.
3) Mc. Laughlin dan Moulton (1975) yang menjelaskan bahwa “microteaching
is as performance training method to isolate the component parts of the
teaching process, so that the trainee can master each component one by one in a
simplified teaching situation” (pembelajaran mikro pada intinya adalah
suatu pendekatan atau model pembelajaran untuk melatih penampilan/ keterampilan
mengajar guru melalui bagian demi bagian dari setiap keterampilan dasar)
4) A. Perlberg (1984)
menjelaskan bahwa “micro teaching is a laboratory training procedure
aimed at simplifyng the complexities of regular teaching-learning processing” (pembelajaran
mikro pada dasarnya adalah sebuah laboratorium untuk lebih menyederhanakan proses
latihan kegiatan belajar mengajar/pembelajaran).
5) Sugeng Paranto (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran mikro merupakan salah satu cara
latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang di
“mikro” kan untuk membentuk mengembangkan keterampilan mengajar.
6) Dari beberapa uraian
diatas dapat simpulkan bahwa, micro teaching adalah suatu strategi yang
telah dimodifikasi secara khusus untuk memberikan pelatihan mengajar
terhadap para calon pendidik (guru) dengan tujuan untuk mengembangkan
keterampilan dasar mengajar seorang calon pendidik, dalam bentuk pengajaran
mikro (skala kecil), dengan menyederhanakan atau memperkecil aspek
pembelajarannya seperti jumlah murid, waktu dan materinya, sehingga para calon pendidik dapat memahami kelebihan dan kelemahan yang
dimilikinya, serta dapat memperbaiki kelemahan dan mengembangkan kemampuan
tersebut agar dapat menjadi seorang pendidik (guru) yang professional.
Micro Teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil,
terbatas, sempit dan teaching berarti mengajar. Jadi, Micro Teaching berarti
suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan atau
segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah murid, waktu, bahan
mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan dapat
diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru secara
akurat. J.Cooper & D.W. Allen ( 1971, h. I ) mengatakan bahwa Pengajaran
mikro adalah studi tentang suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam
waktu dan jumlah tertentu, yakni selama empat atau sampai dua puluh menit
dengan jumlah siswa sebanyak tiga sampai sepuluh orang.bentuk pengajaran di
sederhanakan, guru hanya memfokuskan diri hanya pada beberapa aspek.pengajaran
berlangsung dalam bentuk sesungguhnya, hanya saja di selenggarakan dalam bentuk
mikro. membahas tentang pengertian pengajaran mikro, sejarahnya, rasional,
penggunaan pengajaran mikro dan efektivitas pengajaran mikro, serta rangkuman
penelitian.[11]
Micro teaching atau pengajaran Mikro merupakan kegiatan yang sangat
vital bagi setiap mahasiswa atau calon guru. Untuk memenuhi tuntutan agar dapat
menempatkan kediriannya utuh dan professional di bidang keguruan. Mereka
beranggapan bahwa asal lulus pasti dapat mengajar, karena sudah belajar dan
memiliki banyak teori yang berkaitan dengan cara-cara mengajar. Tetapi
kenyataan banyak masalah yang yang timbul saling bertautan satu sama lain, baik
segi tempat, waktu praktik maupun aspek-aspek yang berasal dari diri mahasiswa
atau siswa praktikan. Latihan praktik mengajar yang dilakukan secara langsung
dalam real class room, akan banyak ditemukan permasalahan baru yang tidak
mungkin dapat dipecahkan secara cepat dan tepat pada saat di depan kelas juga.[12]
Calon guru yang melakukan real class room teaching akan berdampak
cukup signifikan memenuhi maksud proses belajar mengajar. Dengan demikian,
calon guru harus langsung di depan kelas berhadapan dengan 30 siswa atau lebih,
untuk menyampaikan pesan atau misi satuan pelajaran yang padat dan kompleks,
maka akan dirasakan sebagai beban yang berat. Sebab pada hakikatnya ia sendiri
baru belajar untuk mengajar. Dilihat dari aspek historis bahwa Pengajaran mikro
mulai di kembangkan di Universitas Stanford pada tahun 1963, dalam rangka
menemukan metode latihan bagi para calon guru yang lebih efektif.Dalam rangka
mengembangkan keterampilan mengajar, perbuatan mengajar yang kompleks itu
dipecapecah menjadi sejumlah keterampilan agar mudah dipelajari. Disamping itu
diteliti pula cara-cara menggunakan metode secara fleksibel dan efektif, dan
disertai pertanyaan-pertanya an sebagai reinforcement.[13]
Sistem pengajaran kelas telah mendudukkan guru pada satu tempat
yang sangat penting, karena guru yang memulai dan mengakhiri setiap interaksi
belajar mengajar yang diciptakannya. Berbagai peranan guru, dibutuhkan
keterampilan dalam pelaksanaan. Belajar merupakan usaha yang sangat kompleks,
sehingga sulit untuk menentukan tentang bagaimanakah mengajar yang baik itu.
Pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang tidak dapat menjadi petunjuk tentang
pengetahuan seorang guru dalam mengakumulasi dan mengaplikasikan segala
pengetahuan keguruannya.[14]
2.
Maksud dan tujuan microteaching
Tujuan pengajaran micro teaching dapat dibagi menjadi 2 bagian
yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus.[15]
a. Tujuan umum
Tujuan micro teaching menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1) Menurut Rostiyah,
tujuan micro teaching adalah untuk mempersiapkan calon guru menghadapi
pekerjaan sepenuhnya dimuka kelas dengan memiliki pengetahuan, keterampilan dan
sikap sebagai seorang guru professional.
2) Dwight Allen
mengemukakan, bahwa tujuan pembelajaran mikro adalah:
ü
Bagi siswa calon guru
a) Memberikan pengalaman
belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara
terpisah.
b) Calon guru dapat
mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun kekelas yang
sebenarnya.
c) Memberikan kemungkinan
bagi calon guru untuk menguasai beberapa keterampilan dasar mengajar serta
memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan, sehingga calon guru
mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisen dan menarik.
ü
Bagi guru:
a) Memberikan penyegaran
dalam program pendidikan.
b) Guru mendapatkan
pengalaman belajar mengajar yang bersifat individual demi perkembangan
profesinya.
c) Mengembangkan sikap
terbuka bagi guru pembaharuan yang yang berlangsung dipranata pendidikan.
Adapun tujuan umum dari micro teaching adalah, mengembangkan atau
meningkatkan keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh seorang calon
pendidik (guru), sehingga mereka memiliki kesiapan diri untuk mengajar disuatu
lembaga pendidikan (sekolah), dan dalam konteks mengajar yang sesungguhnya.
b. Tujuan khusus
Secara khusus, micro teaching memiliki tujuan yaitu:
1) Calon guru mampu
menganalisis tingkah laku pembelajaran kawannya dan dirinya sendiri.
2) Calon guru mampu
melaksanakan berbagai jenis keterampilan dalam proses pembelajaran.
3) Calon guru mampu
mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, produktif, dan efisien.
4) Calon guru mampu
bertindak profesional
4.
Beberapa Komponen Keterampilan Mengajar
Sistem
pengajaran kelas telah mendukung guru pada suatu tempat yang sangat pentig,
karena guru yang memulai dan mengakhiri setiap interaksi belajar mengajar yang
diciptakannya. Berbagai peran guru, dibutuhkan keterampilan dalam
pelaksanaannya. Mengajar merupakan usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit
untuk menentuan tentang bagaimanakah mengajar yang baik itu. Pelaksanaan
interaksi belajar mengajar yang baik dapat menjadi petunjuk tentang pengetahuan
seorang guru dalam mengakumulasi dan mengaplikasikan segala pengetahuan
keguruannya. Itulah sebabnya, seperti telah ditekankan dimuka bahwa dalam
melaksanakan interaksi belajar mengajar perlu adanya beberapa keterampilan
mengajar. Beberapa keterampilan mengajar itu dapat dibagi dalam tiga
klasifikasi yakni yang berkaitan dengan aspek materi, modal kesiapan dan
keterampilan operasional. Hal ini sesuai dengan item-item yang ada dalam lembar
supervisi dalam microteaching.[16]
Adapun untuk pembahan beberapa keterampilan mengajar yakni yang berkaitan
dengan aspek materi, modal kesiapan dan keterampilan operasional akan
dijelaskan sebagai berikut.[17]
1.
Aspek Materi
a)
Interes
b)
Titik Pusat
c)
Rantai kognitif
d)
Kontak
e)
Penutup
2.
Modal Kesiapan
a)
Gerak
b)
Suara
c)
Titik perhatian
d)
Variasi penggunaan media
e)
Variasi interaksi
f)
Isyarat (verbal)
g)
Waktu selang
3.
Keterampilan Operasional
a)
Membuka pelajaran
b)
Mendorong dan melibatkan siswa
c)
Mengajukan pertanyaan
d)
Menggunakan isyarat nonverbal
e)
Menanggapi siswa
f)
Meggunakan waktu
g)
Mengakhiri pelajaran
5.
Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran atau lebih terkenal dengan sebutan Contextual
Teaching and Learning adalah Konsep pembelajaran yang membantu guru Mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa (konteks
pribadi, lingkungan fisik, sosial, kultural); Mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan-nya dalam konteks
kehidupan mereka sehari-hari; dan Menempatkan
siswa didalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal
siswa dengan materi yang sedang dipelajarinya
dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa.
Dalam
pembelajaran yang kontekstual ini siswa didorong untuk mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya dan bagaimana mencapai. Diharapkan mereka sadar bahwa
yang mereka pelajari itu berguna bagi hidupnya,. Dengan demikian mereka akan
memosisikan dirinya sebagai puhak yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti.[18]
Untuk
penerapanyya ada tujuh aspek dalam pembelajaran kontekstual yang perlu
mendapatkan perhatian.
1)
Teori Konstruktivisme
2)
Menemkan (inkuiri)
3)
Bertanya
4)
Masyarakat belajar (learning community)
5)
Pemodelahan
6)
Refleksi
7)
Penilaian yang autentik
c.
Kesimpulan
Keterampilan mengelola kelas merupakan kemampuan guru dalam
mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal. Yang mana Tujuan
dari pengelolaan kelas adalah : Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang
memungkinkan peserta didik memgembangkan kemampuannya secara optimal,
Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disipilin yang dapat merintangi
terwujudnya interaksi belajar mengajar, Mempertahankan keadaan yang stabil
dalam susana kelas, sahingga bila terjadi gangguan dalam belajar mengajar dapat
dikurangi dan dihindari, Melayani dan membimbing perbedaan individual peserta
didik dan Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan peserta
didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual
peserta didik dalam kelas.
DAFTAR RUJUKAN
Chalidjah
Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, Surabaya: al-Ikhlas, 1994.
Departemen
Pendidikan Nasional (Tim Penyusun Kamus
Pusat Bahasa), Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Nana Sudjana,
Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1996.
Sardiman A.M.,
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011.
Soetomo,
Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya: Usaha Nasional, 1993.
http://fisika-atom.blogspot.co.id/2014/04/tugas-individu-makalah-tentang.html diakses pada: 8-3-2018 pkl.07:45
https://adimasbayu.wordpress.com/2014/04/20/makalah-pembelajaran-micro-teaching/ diakses pada 8-3-2018pkl:08:35
https://adimasbayu.wordpress.com/2014/04/20/makalah-pembelajaran-micro-teaching/ diakses pada 8-3-2018 pkl:08:35
[1] Departemen
Pendidikan Nasional (Tim Penyusun Kamus
Pusat Bahasa), Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm.
674.
[2] Ibid, hlm.
560.
[3] Sardiman A.M.,
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011), cet. XX, hlm. 20.
[4] Ibid, hlm.
20-21.
[5] Ibid, hlm.
47-48.
[6] Nana Sudjana,
Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 1996), cet. III, hlm. 8.
[7] Chalidjah
Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: al-Ikhlas,
1994), cet.1, hlm. 66.
[8] Soetomo,
Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993),
cet. 1, hlm. 9-10.
[9] Sardiman A.M.,
Interaksi dan Motivasi..., hlm. 164-180.
[10] https://adimasbayu.wordpress.com/2018/04/20/makalah-pembelajaran-micro-teaching/ diakses pada
8-3-1018 pkl:08:35
[11] http://fisika-atom.blogspot.co.id/2018/04/tugas-individu-makalah-tentang.html diakses pada:
8-3-2018 pkl.07:45
[12] Ibid.
[13] Ibid.
[14] Ibid.
[15] https://adimasbayu.wordpress.com/2018/04/20/makalah-pembelajaran-micro-teaching/ diakses pada 8-3-2018 pkl:08:35
[16] Sardiman A.M.,
Interaksi dan Motivasi..., hlm. 193-194.
[17] Ibid, hlm.
195-222.
[18] Ibid, hlm.
222
0 komentar:
Posting Komentar