PERAN GURU
DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN
Diajukan
untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester pada Mata Kuliah
STUDI
AL-QUR’AN (TEORI DAN METODOLOGI)
Dosen Pengampu :Dr. Abdurochman, M.Ed
Oleh
:
MUNGAFIF
NPM
: 1706671
Jurusan
Tarbiyah Pasca Sarjana IAIN Metro
Pendidikan Agama Islam
ABSTRAK
Seorang guru
mempunyai kepribadian yang khas. Disatu pihak guru harus ramah, sabar,
menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan dan menciptakan suasana aman.
Akan tetapi di lain pihak, guru harus memberikan tugas,mendorong siswa untuk
mencapai tujuan, menegur, menilai, dan mengadakan koreksi. Dengan demikian,
kepribadian seorang guru seolah-olah terbagi menjadi dua bagian. Di satu pihak
bersifat empati, di pihak lain bersifat kritis. Di satu pihak menerima, di lain
pihak menolak. Maka seorang guru yang tidak bisa memerankan pribadinya sebagai
guru, ia akan berpihak kepada salah satu pribadi saja. Dan berdasarkan hal-hal
tersebut, seorang guru harus bisa memilah serta memilih kapan saatnya berempati
kepada siswa, kapan saatnya kritis, kapan saatnya menerima dan kapan saatnya
menolak. Dengan perkatan lain, seorang guru harus mampu berperan ganda. Peran
ganda ini dapat di wujudkan secara berlainan sesuai dengan situasi dan kondisi
yang di hadapi.
Peran dan
fungsi yang cukup berat untuk diemban ini tentu saja membutuhkan sosok seorang
guru atau pendidik yang utuh dan tahu dengan kewajiban dan tanggung jawab
sebagai seorang pendidik. Pendidik itu harus mengenal Allah Swt. dalam arti
yang luas dan Rasul serta memahami risalah yang dibawanya serta mengamalkannya.
Fungsi guru, yaitu :
1. Sebagai
Pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan
melaksanakan program yang telah disusun dan penilaian setelah program itu
dilaksnakan.
2. Sebagai Pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada
tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil, seiring dengan tujuan Allah Swt.
menciptakan manusia.
3. Sebagai
Pemimpin (managerial) yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta
didik dan masyarakat yang terkait. Menyangkut upaya pengarhan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi atas program yang dilakukan itu.
4. Sebagai Pembimbing yang membimbing berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran
perjalanan itu.
5. Sebagai Model dan Teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru.
6.
Sebagai
Penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak
memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat
berharap untuk menasehati orang.
7.
Sebagai
Pembaharu (Inovator) yang menerjemahkan pengalaman dan telah larut ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik.
8.
Sebagai
Emansipator yang mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan
dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah sistem yang mengandung aspek visi, misi,
tujuan, kurikulum, bahan ajar, pendidik, peserta didik, sarana prasarana, dan
lingkungan. Di antara kedelapan aspek tersebut satu sama lainnya
tidak bisa dipisahkan. Karena aspek tersebut saling berkaitan
sehingga membentuk satu sistem. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pendidikan adalah aspek pendidik atau guru.[1]
Begitu besar peran pendidik dalam sebuah keberhasilan pendidikan, oleh
karena itu seorang pendidik dituntut harus bisa mewujudkan pendidikan yang
berkualitas. Pendidik sebagai tonggak utama penentu keberhasilan untuk mencapai
tujuan pendidikan, haruslah menyadari profesinya. Sebagaimana
dikeseharian, tugas formal seorang guru tidak sebatas berdiri di hadapan
peserta didik selama berjam-jam hanya untuk mentransfer pengetahuan pada
peserta didik. Lebih dari itu, guru juga menyandang predikat sebagai sosok yang
layak digugu dan ditiru oleh peserta didik dalam segala aspek kehidupan, hal
inilah yang menuntut agar guru bersikap sabar, jujur, dan penuh pengabdian.
Sebab dalam konteks pendidikan, sosok pendidik mengandung makna model atau
sentral identifikasi diri, yakni pusat anutan dan teladan bahkan konsultan bagi
peserta didiknya.
Semua orang yakin bahwa pendidik memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan peserta didik. Guru sangat berperan dan mempunyai peran yang cukup
besar terhadap kematangan intelektual, spiritual, dan emosional peserta didik.
Dalam dunia pendidikan, komponen Guru sangatlah penting, yakni orang yang
bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan anak didik, dan bertanggungjawab atas
segala sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam rangka membina anak didik agar menjadi
orang yang bersusila yang cakap, berguna bagi nusa dan bangsa.[2]
Peran guru sebagai pelaksana dari sebuah kegiatan pendidikan tentu harus
didukung dengan beberapa separangkat keahlian. Dalam istilah lainnya, guru juga
mempunyai batasan-batasan tertentu sehingga ia dikatakan sebagai pendidik atau
guru yang profesional. Hal ini perlu ditekankan, mengingat banyak orang yang
berprofesi sebagai guru tapi tidak bertindak dan berakhlak layaknya seorang
guru profesional. Penulis tidak hendak mengecilkan image sosok guru pada saat
ini, tapi fakta banyak diberitakan di media massa ada sebagian guru yang tidak
punya susila serta tidak pantas disebut sebagai guru.
PEMBAHASAN
A.
Pran Guru Prespektif Al-Quran.
Guru adalah digugu dan ditiru. Guru selalu dijadikan
teladan kapan pun dan dimana pun ia berada. Oleh sebab itu, guru harus
memainkan peranan-peranannya secara efektif dan efisien.
Peranan
(role) guru artinya keseluruhan
tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai
guru.[3]
Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, keluarga, dan di dalam
masyarakat. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru, ia harus menunjukkan
perilaku yang layak (bisa dijadikan teladan oleh siswanya).
Guru yang baik
dan efektif adalah guru yang dapat memainkan peranan-peranan secara baik, di
mana dan kapan saja berada.
Dari
sudut pandang psikologis, peran guru adalah pertama, pakar psikologi belajar
atau psikologi pendidikan dan mampu mengaplikasikannya dalam melaksanakan tugas
sebagai guru dan pendidik, kedua, seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya guru
adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar manusia
khususnya dengan siswa-siswa sehinggga dapat mencapai tujuan pengajaran dan
pendidikan, ketiga, pembentuk kelompok (group
builder), yaitu mampu membentuk atau menciptakan suatu pembaruan untuk
membuat suatu hal yang lebih baik, keempat, inovator, yaitu orang yang mampu
menciptakan sesuatu pembaruan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik, kelima,
petugas kesehatan mental (mental hygiene
worker) artinya guru bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental
para siswa.[4]
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan
kepada anak didik. Guru dalam pendangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga
pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, disurau, dirumah dan sebagainya.
Guru menurut Undang-undang Guru dan Dosen No 14 tahun
2005 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, melatih, menilai dan mengevaluasikan peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidkan dasar dan pendidikan
menengah.
Dalam konteks pendidikan Islam, secara etimologi pendidik/guru
disebut murabbi, muallim dan muaddib. Kata Murabbi berasal
dari rabba, yurabbi. Kata muallim isim fa’il dari ‘alla,a,yu’allimu.
Sedangkan kata muaddib berasal dari addaba,yuaddibu.
Kata murabbi sering dijumpai yang orientasinya
lebih mengarah pada pemeliharaan. Kata mu’allim umumnya digunakan untuk
membicarakan aktivitas fokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan.[5]
Dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang tugas seorang guru.
Firman Allah dalam surah Ali Imran :79 yakni :
$tB tb%x. @t±u;Ï9 br& çmuŠÏ?÷sムª!$# |=»tGÅ3ø9$# zNõ3ßsø9$#ur no§qç7–Y9$#ur §NèO tAqà)tƒ Ĩ$¨Z=Ï9 (#qçRqä. #YŠ$t6Ïã ’Ík< `ÏB Èbrߊ «!$# `Å3»s9ur (#qçRqä. z`¿ÍhŠÏY»u‘ $yJÎ óOçFZä. tbqßJÏk=yèè? |=»tGÅ3ø9$# $yJÎur óOçFZä. tbqß™â‘ô‰s? ÇÐÒÈ
“Tidak wajar bagi seseorang manusia Allah berikan
kepadanya Al-kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia Berkata kepada manusia:
“Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan
teteapi (Dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kami
selalu mengajarkan Al-kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya” .(QS.Ali
Imran: 79)
Juga pada
ayat lain, firman Allah SWT:
$uZu‘ ô]yèö$#ur öNÎg‹Ïù Zwqß™u‘ öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Gtƒ öNÍköŽn=tæ y7ÏG»tƒ#uä ÞOßgßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur öNÍkŽÏj.t“ãƒur 4 y7¨RÎ) |MRr& Ⓝ͕yèø9$# ÞOŠÅ3ysø9$# ÇÊËÒÈ
“ Ya tuhan kami, utuslah untuk mereka seseorang Rasul
dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al-kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”(QS.Al-Baqarah:129)[6]
Peran dan fungsi yang cukup berat untuk diemban ini
tentu saja membutuhkan sosok seorang guru atau pendidik yang utuh dan tahu
dengan kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik. Pendidik itu
harus mengenal Allah Swt. dalam arti yang luas dan Rasul serta memahami risalah
yang dibawanya serta mengamalkannya. Fungsi guru, yaitu :
1.
Sebagai Pengajar (instruksional)
yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang
telah disusun dan penilaian setelah program itu dilaksnakan.
2.
Sebagai Pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan
yang berkepribadian insan kamil, seiring
dengan tujuan Allah Swt. menciptakan manusia.
3.
Sebagai Pemimpin (managerial) yang
memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang
terkait. Menyangkut upaya pengarhan, pengawasan, pengorganisasian,
pengontrolan, partisipasi atas program yang dilakukan itu.
4.
Sebagai Pembimbing yang membimbing berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu.
5.
Sebagai Model dan Teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru.
6.
Sebagai administrator pada bidang
pendidikan dan pengajaran.
7.
Sebagai Penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka
tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak
dapat berharap untuk menasehati orang.
8.
Sebagai Pembaharu (Inovator) yang menerjemahkan pengalaman dan telah larut ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik.
9.
Sebagai Emansipator yang mampu memahami potensi peserta didik, menghormati
setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi
kebudayaan.
10.
Sebagai Evaluator atau penilaian yang merupakan aspek pembelajaran yang
paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta
variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang
hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.
B.
Syarat Guru
dalam Prespektif
Al-Quran.
Supaya tercapai tujuan pendidikan,
maka seorang guru haruslah memiliki syarat-syarat pokok. Syarat-syarat pokok
yang dimaksud menurut Sulani adalah :
1. Syarat syakhisyah ( memiliki kepribadian yang dapat diandalkan).
2. Syarat
ilmiah ( memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni )
3.
Syarat idhafiyah (mengetahui,
menghayati dan menyelami manusia yang dihadapinya, sehingga dapat menyatukan
dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan yang ditetapkan)
a.
Bertakwa
Menurut
Zakiyah Daradjat, guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan islam tidak mungkin
mendidik anak agar bertakwa kepada-Nya. Ia adalah teladan bagi muridnya,
sebagaimana juga Muhammad SAW menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh seorang guru
mampu memberikan teladan yang baik kepada anak didiknya, sejauh itu pula ia
akan berhasil mendidik mereka menjadi generasi penerus dan mulia.
Takwa adalah
iman kepada Allah yang dapat menumbuhkan karakter rendah hati dan optimistik.
Bertakwa adalah cinta kepada Allah, sedangkan cinta akan menumbuhkan motivasi
positif dan berkreativitas tinggi. Oleh karena itu, seorang guru haruslah orang
yang memiliki cinta.
b.
Berilmu pengetahuan yang luas.
Islam mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu, sebagaimana dikatakan
dalam hadis Nabi Muhammad SAW: “Menuntut ilmu wajib bagi tiap
muslim”(HR.Baihaqi)
Dalam Al-Qur’an Allah SWT bersabda :
šÆÏBur Ĩ$¨Z9$# Å_U!#ur¤$!$#ur ÉO»yè÷RF{$#ur ì#Î=tFøƒèC ¼çmçRºuqø9r& šÏ9ºx‹x. 3 $yJ¯RÎ) Óy´øƒs† ©!$# ô`ÏB ÍnÏŠ$t6Ïã (#às¯»yJn=ãèø9$# 3 žcÎ) ©!$# ͕tã î‘qàÿxî ÇËÑÈ
“Hanya hamba-hamba Allah yang mempunyai banyak
ilmulah yang akan bertakwa kepada Allah.(QS.Fathir:28)
c.
Berwibawa.
Kewibawaan
berarti hak memerintah dan kekuasaan untuk membuat kita dipatuhi dan ditaati. Ada
juga orang yang mengartikan kewajiban dengan sikap dan penampilan yang dapat
menimbulkan rasa segan dan rasa hormat. Guru yang berwibawa dilukiskan oleh
Allah dalam Al-Qur’an :
ߊ$t7Ïãur Ç`»uH÷q§9$# šúïÏ%©!$# tbqà±ôJtƒ ’n?tã ÇÚö‘F{$# $ZRöqyd #sŒÎ)ur ãNßgt6sÛ%s{ šcqè=Îg»yfø9$# (#qä9$s% $VJ»n=y™ ÇÏÌÈ z`ƒÏ%©!$#ur šcqçG‹Î6tƒ óOÎgÎntÏ9 #Y‰¤fß™ $VJ»uŠÏ%ur ÇÏÍÈ šúïÏ%©!$#ur tbqä9qà)tƒ $uZu‘ ô$ÎŽñÀ$# $¨Ytã z>#x‹tã tL©èygy_ ( žcÎ) $ygt#x‹tã tb%x. $·B#txî ÇÏÎÈ $yg¯RÎ) ôNuä!$y™ #vs)tGó¡ãB $YB$s)ãBur ÇÏÏÈ tûïÏ%©!$#ur !#sŒÎ) (#qà)xÿRr& öNs9 (#qèùÌó¡ç„ öNs9ur (#rçŽäIø)tƒ tb%Ÿ2ur šú÷üt šÏ9ºsŒ $YB#uqs% ÇÏÐÈ
“ Orang-orang yang berjalan di
bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata keselamatan. Mereka itulah yang dibalasi dengan martabat
yang tinggi karena kesadaran mereka, dan mereka disambut dengan penghormatan
dan ucapan selamat di dalamnya. “( QS.Al-Furqan:63-67 )
KESIMPULAN
Guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pendangan masyarakat adalah
orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di
lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, disurau, dirumah dan
sebagainya.
Peranan (role) guru artinya keseluruhan tingkah
laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.[7]
Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, keluarga, dan di dalam
masyarakat. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru, ia harus menunjukkan
perilaku yang layak (bisa dijadikan teladan oleh siswanya).
Peran dan fungsi yang cukup berat
untuk diemban ini tentu saja membutuhkan sosok seorang guru atau pendidik yang
utuh dan tahu dengan kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik.
Pendidik itu harus mengenal Allah Swt. dalam arti yang luas dan Rasul serta
memahami risalah yang dibawanya serta mengamalkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin
Nata,Ilmu Pendidikan Islam.( Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2010)
Al-Qur’an
dan terjemahannya. Departemen Agama. Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang
Bafadal,
Ibrahim.2003. Peningkatan Profesional Guru Sekolah Dasar.Jakarta : Bumi
Aksara
HS, Nasrul.2014. Profesi dan Etika Keguruan,Yogyakarta:Aswaja
Pressindo
Nasrul
HS,Profesi dan Etika Keguruan,(Yogyakarta:Aswaja Pressindo,2014)
Nata,
Abuddin, H. Drs.2010. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Rama
Yulis,Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para
Tokohnya.( Jakarta: Kalam Mulia,2009)
Tafsir,
Ahmad.1991. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya
Tohirin,Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam,(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2011)
Yulis,
Rama.2009. Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran
Para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia.
[1] Abuddin Nata,Ilmu Pendidikan
Islam.( Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2010)h.90
[2] Rama Yulis,Filsafat
Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya.(
Jakarta: Kalam Mulia,2009)h.138
[3] Tohirin,Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,(Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada, 2011) h.165
[7] Tohirin,Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,(Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada, 2011) h.165
0 komentar:
Posting Komentar